Aku yang masih menatap dari kejauhan menjadi heran dan penasaran. Siapa perempuan itu dan mengapa dia tidak bergegas pulang. Padahal malam telah sangat larut.Â
Sempat terpikir olehku, dia hanya seorang perempuan gila. Tapi, tampak dari baju kebayanya yang begitu bersih. Wajahnya cantik putih dan mulus. Rasanya tidak mungkin.Â
"Lalu, siapa perempuan itu?" otakku mulai dicengkram rasa penasaran hebat. Sejumlah tanya ingin rasanya kulontarkan pada perempuan itu.Â
"Ah. Lebih baik aku hampiri saja," pikirku.Â
Baru juga aku mempunyai pikiran tersebut, tiba-tiba pemilik angkringan tempatku nongkrong melarang. "Jangan kau hampiri perempuan itu, anak muda!".Â
Aku kaget. Kenapa si pemilik angkringan bisa tahu pikiranku.Â
"Emangnya kenapa dan darimana bapak tahu, kalau saya bakal menghampirinya?" tanyaku.Â
Si pemilik angkringan hanya tersenyum. Lalu, dia mendekatiku.Â
"Anak muda sepertimu sudah sering bapak lihat. Mereka selalu penasaran dengan perempuan yang duduk di sana," terang si pemilik angkringan sambil mengacungkan telunjuknya ke arah perempuan tadi.Â
Aku hanya diam. Dalam hati merasa malu. Niatku sudah terbaca olehnya. Namun, rasa penasaranku makin membuncah. " Tapi kenapa, Pak?".Â
"Sudahlah. Lebih baik kamu pulang! Jangan pikirkan lagi perempuan itu!" alih-alih mendapatkan jawaban, si pemilik angkringan malah menyuruhku pulang.Â