Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Arwah Penasaran Tumbal Pesugihan

3 Oktober 2020   14:08 Diperbarui: 3 Oktober 2020   14:12 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RUDI membego depan laptop. Jari-jarinya tak bisa menari lincah layaknya penari salsa. Otaknya beku. Padahal satu bungkus Marllboro sudah hampir habis. Dua gelas kopi pait pun telah meluncur mulus menyusuri kerongkongan.

"Aku punya tempat bagus untuk bahan misterimu, Rud," Ucap Krisna.

Rudi yang sedang membego hanya menoleh. Krisna tengah asik menghisap roko kelobot. Roko yang biasa dihisap oleh orang-orang tua zaman dulu.

"Ah, kamu. Telah berapa kali bawa aku ke tempat gituan, nyatanya tak pernah dapat feel. Tak pernah dapat info dari penduduk untuk lebih hidupkan karyaku," Tukas Rudi.

"Tapi, ini beda Rud. Konon tempat itu angker. Siapa yang masuk ke tempat itu pasti tidak akan selamat."

"Yang bener?"

"Kata penduduk di sana katanya bener."

"Ya udah. Yuk, kita ke sana," Ucap Rudy. Gairahnya timbul lagi.

Dua sahabat ini kemudian berangkat mengendarai mobil menuju tempat angker dimaksud. Sesampainya, ternyata tempat itu sebuah gedung tua yang sudah sangat tak terurus.

"Nah, ini tempatnya, Rud!" Ucap Krisna. Namun, tak ada sahutan dari Rudi.

Krisna penasaran. Ditengoknya wajah Rudi. Ternyata dia sedang melongo ke arah gedung. Matanya melotot. Wajahnya pucat.

"Hey..kenapa kamu?" Tanya Krisna.

"Ta ... Tadi aku lihat Ozzy keluar dari gedung itu menuju pinggir gedung. Tapi...."

"Tapi kenapa?" Krisna penasaran.

"
Dia menghilang!".

"Jangan ngarang kamu. Ozzy kan sudah meninggal beberapa tahun lalu," tukas Krisna.

"Serius, Kris. Tapi, kenapa dia bisa hilang, ya?"

"Ah, udahlah. Mending kita ke sana. Siapa tau orang tadi bukan Ozzy. Dia mungkin penunggu gedung ini," Krisna coba menenangkan hatinya.

"Ayo. Aku juga penasaran," jawab Rudi.

***

Waktu itu hari menjelang malam. Rudi dan Krisna memberanikan diri memasuki gedung tua.

Setelah mendekati pelataran gedung, keduanya merasakan hawa berbeda. Aura yang menakutkan. Tiba-tiba, Rudi mundur selangkah. Dia langsung merasakan mual.

Melihat gelagat tak beres, Krisna penasaran. "Kenapa kamu, Rud?"

"Aku mencium bau amis darah," jawab Rudi, terus mual-mual.

"Ngarang kamu. Aku tak mencium bau apa-apa," bantah Krisna, sambil merogoh minyak angin dalam saku celananya. Lalu, mengoleskannya ke hidung kawannya itu.

"Kamu benar, Kris. Tempat ini angker," ucap Rudi, setelah rasa mualnya hilang.

"Apa kataku juga. Sekarang gimana, lanjut atau tidak?"

"Lanjutlah, udah kepalang tanggung," sigap Rudi.

"Tapi, aku merasakan bulu kudukku berdiri, Rud," aku Krisna, mulai dihantui rasa takut.

Rudi belum merespon, tiba-tiba ada suara keras seperti pintu yang didorong paksa. "BRAAAAKKK..!!".

Kontan kedua sahabat itu terkejut. Apalagi, setelah itu dari balik pintu keluar sosok pemuda dengan rambut acak-acakan dan wajahnya penuh darah.

"It ...it...itu Ozzy," tunjuk Rudi ke arah sosok pemuda tadi.

"Mana ... Mana Ozzy? Jangan ngarang kamu, Rud! Dia udah meninggal!" Krisna coba membantah Rudi. Padahal, tubuhnya menggigil diamuk rasa takut. Dan, tak terasa dia pun pipis di celana.

Krisna tipikal orang yang tidak ingin dicap penakut. Dia terus meyakinkan Rudi, yang dilihatnya halusinasi semata. "Udahlah, itu hanya halusinasi kamu saja."

Beda hal dengan Rudi yang memang melihat jelas penampakan sosok pemuda tadi. Telunjuknya terus mengarah pada sosok tadi, sambil meracau. "It ... It ... Itu Ozzy. Coba kamu tengok!"

Meski dilanda takut luar biasa, Krisna coba mengarahkan pandangannya ke balik pintu yang ditunjuk Rudi. Aneh, Krisna tak melihat apapun.

"
Mana ...mana? Aku gak lihat apapun," kata Krisna.

"Serius tadi ada di sana," Rudi yakin sambil mengarahkan telunjuknya ke arah pintu gedung.

"Ah. Itu hanya bayanganmu saja. Makanya jadi orang jangan penakut," Krisna merasa di atas angin dan hatinya merasa lega, sosok pemuda itu tidak ada.

Namun, tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang tempat kedua sahabat itu berdiri. Suara itu parau dan sedikit mendesah. Bahkan, cenderung menyerupai suara gema.

"Aku di sini teman-teman!"

Sontak, Rudi dan Krisna kaget. Wajah keduanya langsung pucat, dengkul kakinya mendadak lemas.

"Su ... Su ... Suara apa itu?" Tanya Krisna. Kali ini dia tidak bisa lagi menyembunyikan rasa takutnya.

"Entahlah. Se ... Se ... Sepertinya dari arah belakang," jawab Rudi.

Seperti ada yang menggerakan, kedua sahabat itu sama-sama membalikan badannya. Dan, mereka langsung terkejut, matanya melotot, lidahnya kelu, leher terasa dicekik. Tampak, dihadapan mereka sosok pemuda dengan rambut acak-acakan dan wajah penuh darah.

"Han ... Han ...." Keduanya hendak meneriakan kata "Hantu". Namun, sosok pemuda itu lebih dulu mengeluarkan suara. "Bebaskan aku teman ... Bebaskan aku."

Kedua sahabat itu makin ketakutan. Saking takutnya, tidak terasa keduanya ngompol di celana. Untuk Krisna ini yang kedua kalinya.

"Be ... Be ... Bebaskan apa?" Rudi coba paksakan diri bertanya. Namun, sosok itu menghilang sebelum memberi jawaban. Dan, kedua sahabat itu pun langsung pingsan.

***

Rudi Heran, ketika membuka matanya dia sudah berada sebuah kamar berbilik bambu. Di sampingnya tampak Krisna masih pingsan.

"Aku dimana?" Pikir Rudi, bingung.

Kebingungan Rudi tak lama kemudian terjawab. Seorang laki-laki paruh baya masuk ke kamarnya.

"Oh, kamu sudah sadar, nak?" Tanya laki-laki itu.

"Iya, Pak. Tapi, saya ini di mana sekarang?" Rudi penasaran.

"Santai saja, Nak. Kamu aman di rumah bapak. Nama bapak, Ayah Tuah. Tetua di kampung ini!".

"Terimakasih, Pak."

"Oh, ya kalau boleh tahu apa yang terjadi pada kalian berdua?" Tanya Ayah Tuah.

Sebelum Rudi menceritakan pengalamannya, Krisna keburu sadar. Sama halnya dengan Rudi, dia pun bingung bisa berada di rumahnya Ayah Tuah.

Setelah berbasa-basi sejenak, Rudi kemudian menceritakan pengalaman mereka berdua, hingga akhirnya pingsan.

Mendengar itu semua, Ayah Tuah hanya manggut-manggut dan tersenyum kecil. Kemudian, dia pun menceritakan bahwa puluhan tahun lalu gedung tua itu di huni oleh tuan tanah kaya raya. Sipatnya ramah dan murah hati.

Namun ada hal aneh, setiap kali ada penduduk yang diundang makan atau acara apa ke rumah itu hampir selalu meninggal dunia. Caranya beragam. Misal jatuh dari pohon tinggi, dipatuk ular, tertabrak mobil, dll.

Hingga akhirnya penduduk sadar, bahwa semua korban itu adalah tumbal pesugihan dari tuan tanah dimaksud. Penduduk pun marah. Mereka mengusir seluruh keluarga tuan tanah dari kampung itu. Dan rumahnya dibiarkan terbengkalai.

"Jadi, jangan heran kalau kalian berdua bertemu hantu di gedung itu. Bisa jadi itu arwah penasaran korban pesugihan," Ayah Tuah mengakhiri ceritanya.

"Tapi, Pak. Hantu yang saya lihat semalam menyerupai kawan saya yang baru beberapa tahun meninggal. Mana mungkin dia korban pesugihan?" Tanya Rudi.

"Masa? Kalau begitu coba kalian datang lagi nanti malam, dan tanyakan kenapa dia ada di sana!" Ucap Ayah Tuah.

Mendengar ucapan Ayah Tuah yang menyuruhnya kembali ke gedung tua itu sontak membuat Rudi dan Krisna kaget. Dan, keduanya pun kembali pingsan.

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun