Dikutip dari RadarTegal.com, Surat rekomendasi itu tertera dengan Nomor 2097/IN/DPP/VIII/2020 tentang Persetujuan Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Walikota tertanggal 29 Agustus 2020. Dalam rekom itu, PDIP memasangkan Helldy dengan Reno.Â
Dengan penolakan tersebut berarti dalam Pilkada serentak 2020, telah dua daerah yang tidak melibatkan PDIP. Rasanya janggal sebagai partai penguasa, partai banteng ini tidak ikut terlibat.Â
Bahkan, pengamat politik, Â Jerry Massie mengaku tak habis pikir rekomendasi PDIP seolah tak begitu diminati dan terkesan kurang laris. Menurutnya, perlu ada evaluasi atas peristiwa yang terjadi di Sumbar dan Cilegon.Â
"Saya jadi bingung nih, PDIP sebagai partai penguasa dan raksasa tapi partai lain tak berminat. Ada apa ini. Kok kesannya PDIP kurang laris. Ada baiknya PDIP tetap melakukan evaluasi dari peristiwa yang terjadi di Sumbar dan Kota Cilegon," terangnya, Kamis (10/9). Dikutip dari RadarTegal.com.Â
Sambung Jerry, Â bisa jadi dua penolakan rekom itu sebagai warning terhadap hegemoni PDIPÂ
"Perlu juga berkaca antara faktor X dan faktor Y. Barangkali bias politik dari pernyataan Puan Maharani berdampak buruk. Contoh di Sumbar dan Cilegon. Sebuah tanda awas PDIP untuk Pilpres 2024 mendatang," ungkap Jerry.Â
"Ada idiom karena mulut badan binasa. Memang buntutnya RUI HIP lalu saya duga bisa jadi pemicu terjadi hal ini. Lepas Jokowi saya prediksi PDIP bakal turun pamornya. Sebetulnya semakin besar tetap semakin humble," urai Jerry.
Harapan Christ Wamea
Bagi para pengurus PDIP Pusat berikut kadernya di daerah, boleh jadi dengan adanya dua penolakan rekomendasi tersebut di atas merupakan sebuah kerugian dan merontokan marwah partai.Â
Namun, tidak halnya dengan salah seorang kader Partai Demokrat, Christ Wamea.Â
Tokoh Papua tersebut justeru berharap di masa yang akan datang tidak ada lagi PDIP dalam kontestasi-kontestasi Pilkada di tanah air. Dia menilai partai banteng itu sebagai sumber masalah.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!