Pernyataan tersebut bakal menjadi resistensi bagi wanita kelahiran Jakarta, 6 September 1973 ini untuk langkah politik ke depan.Â
Bukan rahasia umum kalau Puan telah digadang-gadang oleh PDI Perjuangan sebagai calon yang akan diusung untuk maju pada Pilpres 2024.Â
Untuk bisa dicalonkan dengan kalkulasi politik yang menguntungkan, tentu saja Puan harus memiliki modal popularitas dan elektabilitas tinggi. Namun, sayangnya modal tersebut hingga hari ini masih belum bisa digenggam.Â
Menilik pada hasil beberapa lembaga survei, Puan Maharani masih berkutat di papan bawah, dengan kisaran angka elektabilutasnya sebesar 2 persen. Sebuah angka yang boleh dibilang masih sangat kecil untuk bisa bersaing dalam perebutan kursi Indonesia 1 atau 2.Â
Parahnya, alih-alih mampu mendapat simpati publik guna mendongkrak elektabilitas lebih naik, Puan malah mendapat cibiran dan kritikan publik. Hal ini jelas mengancam angka elektoralnya lebih ambyar, apabila terus dibiarkan dan menjadi "bola salju".Â
Dan, ini pasti menjadi kerugian besar bagi PDI Perjuangan dan Megawati, jika kekeuh memaksakan Ketua DPR RI ini maju Pilpres. Kecuali Puan dan segenap perangkat yang ada di sekitarnya bergerak cepat dan terus memperbaiki diri.Â
Jika tidak, bukan mustahil PDI Perjuangan dan Megawati akhirnya akan menjatuhkan pilihannya pada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.Â
Ya, modal awal sebagai calon potensial untuk maju pada kontestasi Pilpres 2024 telah Ganjar genggam. Elektabilitas dia selalu berada di papan atas.Â
Bahkan, survei terakhir yang diselenggarakan Indikator Politik Indonesia (IPI) medio Juli 2020, mantan anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan ini mampu menempati urutan pertama dengan 16,2 persen.Â
Nah, kita lihat saja. Apakah keseleo lidahnya Puan Maharani akan membuat PDI Perjuangan dan Megawati mengalihkan pilihannya pada Ganjar Pranowo sebagai calon utama, atau malah masih kekeuh memaksakan mantan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ini? Menarik kita tunggu.
Salam