Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Syahwat Politik Gatot Nurmantyo yang Disindir Megawati

27 Agustus 2020   19:10 Diperbarui: 27 Agustus 2020   19:05 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KONTESTASI Pilpres 2024 sudah sama-sama diketahui semua pihak masih jauh. Namun, pergerakan politik menuju perburuan kursi Indonesia satu dan dua ini gaungnya sudah terasa jauh-jauh hari. 

Hal ini jelas terbukti dengan beragam berita yang ditulis oleh media nasional yang ada di tanah air. Tak jarang, media mainstream ini mewartakan gerak-gerik para kandidat, mewacanakan nama yang akan maju nyapres, dan info-info hasil analisis elektoral dari beberapa lembaga survei. 

Sejauh ini telah cukup banyak nama yang digadang-gadang memiliki syahwat untuk maju Pilpres 2024. Ada yang benar-benar hendak diusung oleh partai politiknya, ada yang memproklamirkan diri punya niatan nyapres, dan ada pula yang digadang-gadang oleh publik cukup layak jika dicalonkan. 

Semua tersebut di atas pasti sah-sah saja terjadi dalam iklim demokrasi. Hanya saja, siapapun dan darimanapun keberangkatan nama-nama yang punya niatan nyapres, tentu harus melewati dulu regulasi yang masih berlaku sekarang, yakni Undang-Undang Pemilu Nomor 7 tahun 2017. 

Dari sekian banyak kandidat, beberapa diantaranya diprediksi memiliki potensi cukup besar bisa lolos dari regulasi tersebut di atas. Sebut saja diantaranya, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Ketua DPR RI, Puan Maharani, Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar, Airlangga Hartarto, Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. 

Nama-nama di atas memiliki potensi paling besar untuk bisa maju Pilpres mengingat memiliki partai politik yang jelas, sebagai syarat utama pencalonan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pemilu. 

Namun, di luar nama-nama yang sudah memiliki partai politik, ada juga nama non partai yang sepertinya memiliki syahwat tinggi untuk nyapres. Salah seorang diantaranya adalah mantan Panglima TNI, Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo. 

Nama Gatot Nurmantyo sebenarnya bukan pertama kali digadang-gadang bakal maju pencapresan. Sebelumnya pada Pilpres 2019 lalu, jendral bintang empat ini sempat mengemuka sebagai salah satu calon yang bakal meramaikan kontestasi pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Namun, karena satu dan lain hal, dia gagal mewujudkan maksudnya. 

Bergabung dengan KAMI 

Seiring gagal lolosnya Gatot pada Pilpres 2019, perlahan namanya pun hilang dari peredaran politik nasional. Dia seolah hilang ditelan bumi. 

Nama Gatot Nurmantyo kembali mencuat ke permukaan setelah sejumlah tokoh nasional membentuk Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), yang diantaranya ada nama pria kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 ini sebagai salah seorang penggagasnya. 

Banyak spekulasi beredar, bergabungnya Gatot dengan KAMI adalah ingin mendapatkan dukungan atas niatnya yang sempat tertunda pada Pilpres 2019 lalu. 

Benar tidaknya spekulasi tersebut belum ada ketetangan resmi dari yang bersangkutan. Namun, setidaknya di media sosial sempat ramai, bahwa Gatot Nurmantyo diduetkan dengan Titiek Soeharto, sebagai pasangan calon Pilpres 2024. 

Kendati begitu, keinginan warganet yang ramai di media sosial itu akhirnya hanya dianggap angin lalu. Lantaran sudah barang tentu tidak semudah itu menduetkan Gatot dengan mantan isteri Prabowo Subianto dimaksud. 

Kenapa? 

Alasannya adalah sebesar apapun keinginan warganet, sudah barang tentu tidak akan pernah terwujud jika regulasi yang dipakai untuk Pilpres 2024 mendatang masih menggunakan Undang-Undang Pemilu Nomor 7 tahun 2017. 

Dalam aturan ini, partai politik sebagai kunci utama pencalonan, kemudian baru dipagari oleh ambang batas pencalonan, atau presidential threshold. 

Megawati Sindir Gatot 

Rupanya yang menduga bergabungnya Gatot Nurmantyo dengan KAMI hanya ingin mendapatkan dukungan atas niatnya mencalonkan diri pada Pilpres 2024 mendatang juga terendus oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. 

Putri sulung presiden pertama RI, Sukarno itu menyindir bahwa deklarasi KAMI yang dihadiri sejumlah tokoh seperti Din Syamsuddin, Gatot Nurmantyo, Refly Harun, Said Didu, Rocky Gerung, Ichsanuddin Noorsy, dan Ahmad Yani itu merupakan gerakan moral yang diantara sebagian individunya ingin menjadi presiden RI. 

Hal tersebut Mega--nama pendek Megawati Soekarnoputri sampaikan pada acara pembukaan Sekolah Partai Angkatan II bagi Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah PDIP secara virtual, Rabu (26/8/2020). 

"Jadi kemarin-kemarin ini ada pemberitaan ada orang kan yang membentuk KAMI, itu KAMI. Di situ kayaknya banyak banget yang kepengin jadi presiden," ujar Megawati. Dikutip dari detikcom. 

Pada kesempatan yang sama, Mega mengatakan, jika nama-nama yang tergabung dalam KAMI itu ingin mencalonkan diri menjadi orang nomor 1 di Indonesia, tentu harus didukung oleh partai politik. 

Masih kata Mega, bisa saja melalui jalur independen, namun dipastikan tidak akan mempunyai kawan di parlemen. 

"Banyak orang yang tidak berpartai mencoba masuk lewat independen. Tidak ada salahnya, hanya jangan lupa, independen kalau jadi dia tidak punya fraksi lho. Jadi bagaimana kalau akan bicarakan namanya pemerintahan di daerah, kan harus ada toh pemerintahan melalui bupati/wali kota/gubernur, kan harus bicara dengan DPRD I atau nasional," sebut Megawati. 

"Itu juga gitu, gimana coba kalau gitu, mikir, kan PR (pekerjaan rumah)," sambungnya. 

Lebih jauh, Megawati menyarankan agar KAMI membentuk partai politik saja. 

"Saya itu mikir, lah daripada bikin KAMI seperti itu, kenapa ya nggak dulu bikin partai ya," ungkap Megawati. 

Apa yang diutarakan Megawati memang sangat tepat. Jika memaksakan diri nyapres lewat jalur perseorangan tentu diperbolehkan. Hanya saja selama ini belum ada satu pasangan calonpun sejak Pilpres dipilih langsung, yang berani bertarung. 

Pada Pilpres 2014 sempat muncul nama Fadjroel Rachman yang ingin mencalonkan diri dari jalur independen. Tapi, niat itu akhirnya hanya wacana. Fadjroel Rachman pun tenggelam dengan sendirinya. 

Kembali pada Gatot. Jika memang dirinya serius ingin maju Pilpres 2024, selain harus mampu meyakinkan para tokoh-tokoh yang ada di KAMI, dia juga mesti bisa mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya. Kemudian melobi partai politik agar mau mengusungnya pada pesta demokrasi lima tahunan tersebut. 

Jika tidak? Penulis rasa, lebih baik Gatot Nurmantyo mengubur kembali dalam-dalam tentang keinginannya tersebut.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun