Mereka adalah Kepala Divisi Hubungan Internasional Inspektur Jenderal Napoleon Bonaparte dan Sekretaris NCB Interpol Indonesia Brigadir Jenderal Nugroho Slamet Wibowo.
Dikutip dari CNNIndonesia, pencopotan dua perwira tinggi itu tertuang dalam surat telegram (STR) nomor ST/2076/VII/KEP/2020 yang ditandatangani oleh Asistem Sumber Daya Manusia (SDM) Polri Irjen Sutrisno Yudi Hermawan atas nama Kapolri tertanggal 17 Juli 2020.
Nugroho dalam jabatannya sempat bersurat ke Dirjen Imigrasi pada 5 Mei 2020 lalu untuk memberikan informasi terkait terhapusnya data red notice Joko Tjandra di Interpol.Â
Menurut Argo, terdapat kesalahan dalam penerbitan surat tersebut dan tidak melalui proses pelaporan terhadap pimpinannya.
Masih dikutip CNNIndonesia, hal itu kemudian merembet juga pada Napoleon yang merupakan pimpinan dari Nugroho di Divisi Hubungan Internasional Polri.
"Kelalaian dalam pengawasan staf," kata Argo.
Dalam surat telegram itu, Napoleon dimutasi sebagai Analis Kebijakan Utama Inspektorat Pengawasan Umum Polri. Sementara Nugroho dimutasi sebagai Analis Kebijakan Utama bidang Jianbang Lemdiklat Polri.
Dengan adanya keterlibatan tiga perwira tinggi Mabes Polri dalan pusaran kasus Djoko Tjandra tentu saja telah "menampar" muka Kapolri, Idham Azis.
Telah menjadi tanggung jawabnya untuk memastikan kasus ini diusut dengan tuntas. Sebab, tidak menutup kemungkinan masih merembet kemana-mana.
Dan, yang paling penting, Idham Azis bisa memastikan bahwa kejadian serupa tidak lagi terjadi di masa-masa mendatang.
Salam