Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Tiga Nama Layak Tampil Pilpres 2024, Anies ke Mana?

13 Juli 2020   12:46 Diperbarui: 13 Juli 2020   12:59 4264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KONSTELASI politik dalam rangka "penjaringan" nama-nama kandidat yang layak dan bakal maju pada pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres/Pilwapres) 2024 mendatang masih terus menunjukan fluktuasi.

Elektabilitas sosok yang digadang-gadang bakal meramaikan pesta demokrasi lima tahunan ini terus menunjukan perubahan. Saling tikung, saling salip kerap terjadi. Hal tersebut tentu saja dilihat dari beberapa hasil lembaga survey di tanah air.

Contohnya seperti hasil survei dari Center for Political Communication Studies (CPCS). 

Lembaga yang digawangi oleh Tri Okta SK ini, menunjukkan ada tiga tokoh yang layak bertarung di Pilpres 2024 mendatang.

"Tiga tokoh muncul sebagai kekuatan utama dalam pertarungan memperebutkan posisi calon presiden 2024, yaitu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil," ujar Okta, Minggu (12/7). Jpnn.com.

Dari ketiga nama itu, Prabowo masih bertengger di posisi teratas dengan capaian elektabilitas 18,4 persen. Meski hasil ini turun dari hasil bulan Maret, 22,7 persen.

Kenaikan justru diperlihatkan oleh Ganjar dan Ridwan Kamil. Elektabilitas Gubernur Jawa Tengah itu naik dari 8,5 persen jadi 13,5 persen. Sedangkan Kang Emil (panggilan Ridwan Kamil), dari 5,8 persen jadi 11,3 persen.

Masih dikutip Jpnn.com, Okta menyebut, kenaikan elektabilitas Ganjar dan Kang Emil tidak bisa dilepaskan dari posisi keduanya sebagai kepala daerah kaitannya dengan penanganan pandemi COVID-19 di daerahnya.

Bagi saya, wajar jika Prabowo selalu mendapat rating elektabilitas paling atas dari hampir seluruh lembaga survei di tanah air. Sebab, sudah sama-sama kita maklumi, dia adalah politisi paling berpengalaman di antara nama-nama kandidat yang selama ini digadang-gadang bakal maju Pilpres 2024.

Mantan Danjend Kopasus tersebut adalah figur sentral dalam dua gelaran Pilpres sebelumnya, yakni pada tahun 2014 dan 2019.

Dia adalah satu-satunya tokoh yang dianggap mampu mengimbangi "keperkasaan" Jokowi dalam pentas politik Pilpres. Namun hasilnya memang belum memihak terhadap Ketua Umum Partai Gerindra dimaksud.

Jika ditarik ke belakang. Prabowo juga sebelumnya pernah mencalonkan diri sebagai wakil presiden mendampingi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri pada Pilpres 2009.

Modal yang sudah cukup kuat ini makin diperkokoh dengan jabatannya saat ini sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) pada Kabinet Indonesia Maju (KIM). Diakui atau tidak, posisinya ini sangat berkontribusi besar terhadap eksistensi Prabowo dalam pusaran politik nasional.

Paling tidak, dengan menempati posisi menteri, Prabowo diberi kesempatan untuk membuat "panggung politiknya" sendiri. Apalagi jika pelimpahan tanggung jawab tentang ketahanan pangan nasional berhasil dia jalani dengan baik. 

Bukan mustahil bakal lebih meroketkan elektabilitasnya pada saat jelang Pilpres mendatang.

So, apa yang menjadi alasan naiknya elektabilitas Ganjar dan Ridwan Kamil?

Sebagaimana diutarakan Okta dari CPCS, kenaikan mereka berdua tak lepas dari peranannya sebagai kepala daerah dalam penanganan pandemi covid-19.

Hanya saja, tentu bukan itu saja alasan satu-satunya. Toh, kepala daerah yang menangani pagebluk ini bukan hanya mereka berdua. 

Dalam pandangan saya, hal tersebut diakibatkan keseriusan dan aksi nyata yang mereka perlihatkan di lapangan.

Sebut saja Ganjar Pranowo. Bukan rahasia umum, dalam penanganan pandemi virus corona, politisi PDI Perjuangan ini tampak fokus. Hampir tak pernah ada ekses yang bertolak belakang dengan kebijakan pusat.

Satu hal lagi. Ganjar juga tak segan untuk terjun langsung berbaur dengan masyarakat. Tak salah jika ada yang menilai bahwa dia merupakan tipikal pemimpin yang sangat dekat dan gampang berbaur dengan masyarakat bawah. Imbasnya, dia tidak kesulitan mendapat simpati publik.

Pun dengan Ridwan Kamil. Dia juga sosok pemimpin yang tidak banyak neko-neko. Fokus pada penanganan pandemi covid-19. Hingga akhirnya Jawa Barat dianggap sebagai provinsi yang cukup berhasil menekan penyebaran virus asal Wuhan, China tersebut.

Hasil dan kerja nyata ini mungkin yang menjadikan publik lebih simpati dan memilihnya dalam voting yang diselenggarakan oleh beberapa lembaga survei. Dan dianggap salah satu dari tiga tokoh yang layak bertarung pada Pilpres 2024 mendatang.

Upssst. Saya jadi lupa. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kemana ya? Koq tidak masuk The Best of Three. Bukankah dia sebelumnya kerap disebut-sebut sebagai The Real President.

Disalip di Tikungan

Awal-awal tahun 2020 hingga Maret. Berdasarkan survei, elektabilitas Anies Baswedan selalu bertengger paling atas jika dibanding dengan kandidat dari kepala daerah lainnya. Elektabilitas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini hanya kalah oleh Menhan Prabowo Subianto.

Tapi belakangan, Anies Baswedan seperti kehabisan bensin dan terpaksa disalip di tikungan oleh kepala daerah lainnya. Dalam hal ini, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil.

Tanda-tanda mandeknya Anies juga sudah mulai tampak saat hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI). Survei yang dilaksanakan bulan Mei 2020 tersebut merilis elektabilitasnya turun dan disalip Ganjar Pranowo.

Tapi, pada hasil survei IPI, Anies masih mampu bertengger pada posisi ke-3. Di bawah Prabowo dan Ganjar.

Parahnya pada hasil survei CPCS, elektabilitas Anies kembali harus disalip oleh kandidat lainnya, Ridwan Kamil. Mantan Rektor Universitas Paramadhina ini terlempar dari tiga besar.

Berdasarkan survei CPCS yang dikutip dari Jpnn.com, elektabilitas Anies turun dari 13,8 persen menjadi 10,6 persen.

Boleh jadi turunnya elektabilitas Anies ini tak lepas dari segala permasalahan yang terjadi di DKI Jakarta selama penanganan virus corona.

Sebut saja masih tetap tingginya penyebaran virus corona, sengkarutnya pendistribusian bantuan sosial (Bansos) sehingga menimbulkan silang pendapat dengan para menterinya Jokowi.

Peta Masih Bisa Berubah

Tentu saja hasil survei CPCS ataupun IPI bukanlah hasil final. Masih sangat memungkinkan bahwa peta elektabilitas para kandidat ini kembali berubah.

Yang bisa merubah itu tentu saja tergantung bagaimana kinerja para calon yang bakal maju Pilpres ini ke depannya.

Bagi yang sekarang berada pada posisi teratas, jika lengah bukan mustahil akan di salip oleh siapa saja. Bahkan mungkin oleh nama-nama yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Kenapa?

Karena gelaran Pilpres masih sangat lama. Masih banyak kesempatan bagi para kandidat membuat strategi dan berbenah memperbaiki diri. Menutupi segala kekurangan atau meningkatkan lagi hasil yang sudah baik menjadi jauh lebih baik.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun