Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kudeta Merangkak Soeharto dan Tumpulnya Wasiat Sukarno

5 Juli 2020   13:08 Diperbarui: 5 Juli 2020   13:07 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soeharto mampu memanfaatkan situasi chaos ini dan keluar sebagai "super hero". Di bawah kendalinya, PKI dibumihanguskan, seluruh anggota berikut simpatisannya ditangkap. Kemudian dihukum hingga banyak juga yang dibunuh.

Dalam buku 30 tahun Indonesia Merdeka, setidaknya ada 1.334 orang ditangkap di Jakarta per 16 Oktober 1965. Dan, diperkirakan 400.000 anggota dan simpatisan partai telah dibunuh oleh tentara atau anggota Ormas yang berafiliasi dengan musuk politik PKI.

Dari sinilah banyak pihak percaya bahwa kudeta Soeharto bermula. Sejarah mencatat bahwa Sukarno bertumpu pada dua kekuatan politik besar, yakni ABRI dan PKI. Kedua kekuatan politik ini sangat berpengaruh dalam menciptakan demokrasi terpimpin ala Sukarno.

Namun, pasca pemberontakan G 30 S PKI, menjadikan putra sang fajar harus "berebut" kekuasaan dengan tentara yang sudah berada di bawah kendali Soeharto. Dampaknya, kekuasaan Sukarno menjadi semakin melemah.

Puncaknya terjadi pada waktu Sukarno menerbitkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) untuk Jendral Soeharto.

Sayangnya, mandat Supersemar yang sejatinya memerintahkan Soeharto menjamin jalannnya pemerintahan dan menjaga keselamatan Sukarno, dipergunakan Soeharto sebagai kendali penuh. Supersemar dijadikan alat untuk mengambil panggung dan mengasingkan Sukarno.

Hingga pada akhirnya, kekuasaan Sukarno benar-benar berada di ujung tanduk saat pertanggungjawabannya sebagai presiden ditolak MPRS.

Hingga akhirnya seperti dikutip dari Tirto.id, pada tanggal 20 Februari 1967, Soeharto meyakinoan Sukarno dan para pengikutnya bahwa kekuasaannya telah usai. Dengan terpaksa, Sukarno pun bersedia menyerahkan kekuasaan dan mundur dari jabatan presiden.

Tak cukup, Soeharto tetap menginginkan adanya penyerahan kekuasaan secara konstitusional. Soekarno pun tanpa daya menyerahkan kekuasaan eksekutif pada 22 Februari 1967. TAP MPRS No. XXXIII tahun 1967 pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno dan menetapkan Soeharto sebagai presiden.

Peristiwa tersebut adalah tanda kematian karier politik Sukarno sekaligus menjadi era baru kepemimpinan Soeharto. "The Smiling General" julukan Soeharto benar-benar apik dalam menyelesaikan kudeta merangkaknya. Segala upayanya mampu menggulingkan kekuasaan Sukarno dengan PKI menjadi "kambing hitamnya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun