Mohon tunggu...
Sammy Sahertian
Sammy Sahertian Mohon Tunggu... -

tinggal di Bag Timur Indonesia, bekerja sebagai Buruh Bulanan hanya mampu menulis apa yang ada dan terlintas dipikirannya.

Selanjutnya

Tutup

Money

Penentuan UMP yang Tak Berujung Damai

6 Mei 2013   12:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:01 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu juga dengan indikator makro ekonomi yang lain.

Biasanya indikator makro ekonomi secara agregat lebih cenderung hanya digunakan untuk menggambarkan berhasil/tidaknya suatu kegiatan secara umum, lain dari itu harus dicermati baik dari sisi landasan teori atau konsep dan defenisi yang digunakan maupun metodologi penghitungannya.

Perbedaan Cara Pandang Antara Buruh Dan Pengusaha.

Menurut hemat saya buruh hanya melihat upah yang diterima dibandingkan dengan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi tanpa mau mengerti keberadaan perusahaan yang menampungnya sebagai tenaga kerja. Celakanya nilai upah yang diterima dibandingkan dengan nilai upah pekerja lain yang ada disekitarnya bahkan dengan Negara lain yang penataan perekonomiannya lebih baik. Sebaliknya bagi pengusaha, upah buruh bukan satu-satunya komponen biaya produksi tetapi masih ada komponen biaya produksi lain yang harus ditanggulanginya. Yang namanya usaha pasti akan mencari untung atau setidaknya kelangsungan hidup perusahaan bisa dipertahankan.

Ketidakterbukaan Perusahaan Terhadap Buruh menyangkut Perkembangan Usaha Dari Perusahaan Itu Sendiri.

Menurut hemat saya, perbedaan cara pandang di atas, akan membuka peluang terjadinya kecurigaan buruh terhadap para pengusaha. Ditambah dengan masalah status pendidikan para buruh yang umumnya rendah, sehingga pemahaman mereka lebih bertumpu pada apa kata orang disekitarnya. Apa kata orang disekitarnya tidak tertutup kemungkinan dijadikan sebuah kebenaran yang akan digunakan untuk memperjuangkan kenaikan upah mereka Memang sulit dihindari keadaan pemahaman buruh semacam ini, karena tidak sedikit pula pengusaha nakal yang berperilaku buruk dalam menjalankan usaha mereka. Pengusaha yang jujur terpaksa ikut menggung resiko akibat ulah pengusaha nakal tadi.

Alangkah baiknya jika pengusaha mau membuka diri untuk memperlihatkan data keuangan perkembangan usaha kepada buruhnya sendiri dalam batas-batas kerahasiaan tertentu sehingga tercipta suatu pengertian untuk saling membutuhkan dan saling menghidupkan. Supaya tidak ada dusta lagi diantara pengusaha dan buruh.

Ketidakmampuan Perusahaan Maupun Buruh Dalam Memahami Arti Hubungan Kerja Diantara Keduanya.

Dari berbagai berita, baik media cetak maupun elektronik, tersirat hubungan antara buruh dan pengusaha tidak jauh berbeda seperti hubungan antara tuan yang berkuasa dengan hamba yang hidupnya sangat bergantung kepada tuan. Hubungan yang demikian menyebabkan buruh hanya berpikir soal besar kecilnya upah yang mesti dibayar oleh perusahaan dikaitkan dengan kebutuhan hidup mereka tanpa memikirkan kelangsungan hidup perusahaan. Sebaliknya perusahaan hanya berpikir bagaimana mengejar keuntungan sebesar-besarnya dengan memanfaatkan tenaga buruh yang telah diupahnya.

Dengan hubungan yang demikian maka baik buruh mapun pengusaha sama-sama akan merasa tertekan, padahal hubungan mereka adalah hubungan yang saling membutuhkan demi kelangsungan hidup bersama. Hubungan yang saling menghidupkan inilah yang mungkin dimaksudkan dengan hubungan Industrial Pancasila yang dipopulerkan saat almarhum bapak Sudomo menjadi Menteri Tenaga Kerja R.I waktu jaman Orde Baru.

Pemerintah Belum Mampu Memainkan Peranannya Dengan Baik Untuk Mempertemukan Perbedaan Cara Pandang Antara Buruh Dan Pengusaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun