Di Barat, kendati dengan kemajuan teknologi modern orang tidak benar-benar tahu apa itu otak, maka jika kita bekerja dengan sesuatu yang kita tidak ketahui seratus persen, upaya kita akan selalu meragukan. (Omar Alisha 2002: 20).
E. Penutup
Kajian-kajian konseling religius (Islam) yang lebih mendalam tentang tasawuf sebagai terapi masih sangat kurang. Luasnya lahan pengalaman terapis dan sedikitnya orang yang mengalaminya menjadikan salah satu penyebab kajian-kajian konseling religius (Islam) bergerak lambat. Demikian pula kajian-kajian ilmiah isoterik keislaman juga jarang diulas bahkan kajiannya tidak mendapatkan tempat karena adanya fitnah bahwa hal tersebut berkaitan dengan khurafat dan takhayul serta tidak ilmiah. Tuduhan demikian, tanpa mau meninjau lebih dalam terhadap suatu fenomena alami sangat menghambat perkembangan konseling Islami dan membentuk suasana yang kurang sehat dalam kajian keilmuan. Mudah-mudahan tulisan singkat ini memacu dan menambah semangat kita dalam mengkaji masalah-masalah spiritual keislaman sehingga konseling Islami tidak hanya berkutat pada bagaimana mencari format dan merumuskan konsep tapi lebih pada action menggali dunia konseling Islami secara riil.
BIBLIOGRAFI
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka, Yogyakarta, 2002.
Alishah, Omar, Tasawuf sebagai Terapi, Pustaka Hidayah, Bandung, 2002.
ÂÂÂ_______, Alishah Terapi Sufi, Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2004
Al-Taftazani, Abu Al Wafa Al-Ghanimi, Sufi dari Zaman Ke Zaman, Pustaka, Bandung, 1997.
Annajar, Amin, Psikoterapi Sufistik dalam Kehidupan Modern, Mizan Media Utama, Bandung, 2004.
Asmaran as, Pengantar Studi Tasawuf, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1992.
Aziz, Abdul, Psikologi Agama, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1987.