Ada delapan prinsip dasar yang menjadi pedoman ajaran Tarekat Naqsyabandiyah, yakni :
1.     Hush Dardam (kesadaran dalam bernafas)
2.     Nazar bar Qadam (memperhatikan tiap langkah diri)
3.     Safar dar Watan (perjalanan mistik di dalam diri)
4.     Khalwat dar Anjuman (kesendirian di dalam keramaian)
5.     Yad Kard (pengingatan kembali)
6.     Baz Gard (menjaga pemikiran sendiri)
7.     Nigah Dasht (memperhatikan pemikiran sendiri)
8.     Yad Dasht (pemusatan perhatian kepada Allah)
Kedelapan prinsip tersebut, menurut Omar Alishah dapat dijadikan rambu-rambu dalam terapi sufis (tasawuf) untuk mengatasi problem psikologis manusia. Prinsip pertama biasa ditafsirkan dengan suatu proses introspeksi dan evaluasi keluar masuknya nafas untuk mengatasi "kelupaan" akan eksistensi Allah dalam keseluruhan lingkup ruang maupun waktu. Tujuan dari pemeliharaan atas pernafasan tersebut adalah agar setiap pengikut tradisi selalu hadir dan ingat kepada Allah SWT dalam setiap tarikan dan hembusan nafasnya. Karena yang bisa memberi penyembuhan datangnya hanya dari Allah manusia hanyalah sebagai perantara saja. (Omar Alishah 2002, 138)
Prinsip kedua adalah memperhatikan langkah dirinya. Apabila seorang sufi berjalan, ia selalu melihat ke tempat kakinya melangkah dan apabila dalam keadaan duduk, ia akan melihat pada kedua tangannya. Seorang sufi tidak boleh memperluas pandangannya karena dikhawatirkan dapat membuat hatinya bimbang dalam mengingat Allah. Dalam tradisi ini seorang terapis harus selalu berusaha mendekatkan diri pada Allah dengan selalu melangkah ke jalan yang benar. (Omar Alishah 2004 : 121)