Mohon tunggu...
Samiarti
Samiarti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sedang belajar menulis, salam literasi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Akibat Covid-19, Bagaimana Pemerintah Menghadapinya?

6 April 2020   10:53 Diperbarui: 6 April 2020   11:13 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ketidakstabilan ekonomi global juga menyebabkan ketidakstabilan pada nilai tukar yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Nilai tukar berbagai negara mengalami defisit, begitupun juga nilai tukar rupiah. 

Rupiah masihlah beruntung dibandingankan dengan mata uang lainnya. Namun juga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih berubah-ubah (naik – turun). 

Bahkan perubahan nilai tukar rupiah terhadap Amerika Serikat yang terus bergejolak (volatile) disebabkan sentiment negatif terhadap wabah global Covid-19 dan kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang menurunkan tingkat suku bunga (Fed Fund Rate) sebanyak dua kali pada Maret 2020, dengan total suku bunga yang diturunkan sebesar 1,5 persen menjadi hampir nol.

Ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus menerus berlanjut bahkan hingga akhir Kamis (2/4) nilai tukar rupiah ditutup melemah di Rp 16.470, dan pada Jum’at (3/4) nilai tukar rupiah dibuka menguat di level Rp 16.450. Memang di dua hari tersebut pergerakan nilai tukar rupiah tidak terlalu besar.

Namun rupiah pernah mengalami volatilitas yang tinggi pada 23 Maret 2020. Di tanggal itu rupiah sedang tinggi-tingginya mengalami volatilitas dengan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di level Rp 16.608, yang bermula sebelumnya pada tanggal 20 Maret 2020 nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terletak pada level Rp 16.273. 

Kemudian pada tanggal 24 Maret 2020 yang sebelumnya pada 20 Maret 2020 hingga 23 Maret 2020 rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat, tetapi di hari berikutnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat terhitung pada level Rp 16.486. Mayoritas mata uang Asia juga bergerak melemah. 

Beberapa di antara yang melemah adalah won Korea melemah sebesar 2,71 persen, ringgit Malaysia melemah sebesar 0,88 persen, dan baht Thailand melemah sebesar 0,65 persen. Sementara yang bergerak menguat hanya yen Jepang sebesar 0,37 persen.

Upaya Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan moneter, serta pemerintah menetapkan kebijakan fiskal untuk mencegah volatilitas pada nilai tukar agar tidak terjadi terus menerus terhadap nilai tukar rupiah. 

Hal ini sangat diperlukan mengingat pandemi Covid-19 tidak ada yang tahu kapan akan mereda dan tanpa ada yang tahu kepastiannya. Perlunya kerjasama antara para pemegang otoritas dan juga perlunya kebijakan yang sesuai dan tepat, sehingga tidak akan menimbulkan permasalah lain dalam memecahkan suatu masalah.

Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar terus memperkuat intensitas triple intervention baik secara spot, DNDF (Domestic Non Delivery Forward), dan pembelian SBN (Surat Berharga Negara) dari pasar sekunder.

Bank Indonesia telah melakukan pembelian SBN di pasar sekunder sebesar 172,5 triliun (ytd), yang diantaranya sebesar Rp 166,2 triliun dilakukan melalui pembelian dari pasar sekunder yang dilepas investor asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun