"Kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga sungguh berat aku rasa kehilangan dia sungguh berat aku rasa hidup tanpa dia" (Roma Irama).
Kehilangan hewan sering kali dialami oleh sebagian orang saat dimana hewan yang dipelihara dari kecil hingga dewasa namun ternyata mati disitulah mereka mengalami dunia terasa hampa dan sunyi sepi.
Mempunyai hewan peliharaan bukan hal yang baru lagi dikehidupan manusia dari dulu hingga sekarang masih tetap digeluti hingga menjadi hobi bagi sebagian orang yang menyukainya.
Umumnya faktor utama dari seseorang merasa kehilangan hewan karena mati khususnya, sebab mereka sudah menganggapnya sebagai hewan peliharaan kesayangan hingga hewan tersebut menjadi bagian dari keluarganya.
Tidak sedikit bagi mereka didalam memelihara hewan peliharaannya senantiasa memberikan kasih sayangnya secara menyeluruh. Dari mulai memberi makanan, minuman bahkan tempat tidur yang spesifik.
Oleh karenanya ketika kehilangan hewan peliharaan yang sudah mati-matian saat dipeliharanya kemudian hewan tersebut mati maka hal itu bagian dari manusia yang normal dan wajar jika merasakan duka lara.
Bukan hanya mereka yang merasakan duka ketika ditinggal hewan peliharaan. Berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dirawat, diasuh dan dipelihara. Jadi apa yang kau rasakan penulis pun merasakannya.Â
Oleh karena itu wajar jika kematian pada hewan kesayangannya lebih menyakitkan dari pada kehilangan pacar ataupun gebetan. Hahaha..
1). Anak Kambing Mati
Jika pada umumnya hewan kesayangan yang menjadi bagian dari keluarganya berupa kelinci, burung ataupun kuncing namun penulis justru mempunyaiMempunyai hewan seperti kambing memang gampang dan mudah bahkan ditempat penulis selain mata pecaharian warganya sebagai petani juga mempunyai berbagai macam peternakan seperti ayam, burung dara atu merpati dan juga kambing.
Memelihara kambing gimbas merupakan sebuah formalitas saja sebagai kerja sampingan. Menguntungkan karena hasilnya lumayan sebagai alternatif petani disaat kondisi ekonomi sulit.
Bahan makanannya berupa rumput yang dihasilkan dari mencari sendiri disawah tidak butuh modal untuk bayar alias secara gratis sak lempohe. Itulah kemudahannya dalam memelihara hewan kambing.
Satu ekor kambing dewasa bisa dijual rata-rata dari harga 3 sampai 4 jutaan bahkan lebih. Khususnya jika mendekati hari idul fitri dan idul adha. Bahkan saat-saat tertentu harga kambing juga bisa menjadi mahal seperti untuk acara aqiqah dan selametan atau tasyakuran.
Bisnis menguntungkan ini hanya dapat berkembang dari bulan ke bulan siring berkembang biaknya kambing. Pasalnya banyak yang mencari atau pesan sebelum membeli mulai dari anak kambingnya sampai kambing muda.
Anak kambing yang baru lahir saja sudah ada yang menawarnya. Mereka rata-rara jurgan empang eh juragan kambing maksudnya. Berani bayar dengan harga 300 sampai dengan 1/2 juta rupiah per ekor.
Tentu saja dari juragan kemudian dijual kembali pada para peternak lainnya. Inilah keuntungan yang dihasilkan memelihara kambing.
Namun anak kambing tersebut tidaklah gampang didapatkan khususnya saat melahiran. Faktor kematian anak kambing bermacam-macam mulai dari terinjak-injak sama kambing lainnya karena melahirkannya didalam kandang dan tidak diketahui oleh pemiliknya.
Jika saat melahirkan siang mungkin bisa diketahui oleh pemiliknya namun jika malam ini yang sering terjadi kematian alias gagal mendapatkan anak kambing. Tidak ada suara embek namun anak kambing sudah tidak bernyawa.
Hal inilah yang membuat lemes penulis. Rasa bersalah bercampuk aduk jadi satu. Rasa duka seketika datang dari lubuk hati yang paling dalam. Akhirnya ya sudahlah..
2). Anak Ayam Mati
Salah satu yang diminati atau digemari oleh sebagian orang Indonesia adalah berbudidaya ayam, baik ayam kampung, ayam pedaging maupun ayam khusus petelur. Tiga jenis ini juga alternatif andalan para petani dikampung sebagai formalitas pekerjaan prioritasnya guna membantu perekonomian keluarganya.
Selain dagingnya enak gurih dan empuk, ayam kampung paling banyak diminati. Harga daging ayam dipasar biasa naik ketika mendekati hari lebaran. Oleh karena itu menjadi laris manis tanjung kimpul ayam habis duite ngumpul.
Kebetulan selain kambing penulis juga memelihara ternak ayam kampung, bebek dan juga ayam jago. Alasannya jenis ayam ini lebih mudah dipelihara dari ayam petelur.
Seperti unggas yang berkembang biak secara normal pada umumnya. Ayam kampung pun sama melalui perkawinan kemudian bertelur. Sedangkan ayam petelur dan pedaging biasa bisa berkembang biak dengan menggunakan zat khusus untuk ayam tersebut.
Namun pada tahun lalu mendadak puluhan ekor ayam milik penulis mati mendadak karena penyakit menular yang bernamaHampir separuh dari 100 ayam mati mengenaskan tidak diketahui pun para tetangga dihari-hari itu mengalami hal yang sama yakni terkena flu burung.
Bagai anak ayam yang kehilangan induknya. Seketika jua lemes dedes bak kehilangan tenaga. Bagaimana tidak, tiap hari pagi siang sore selalu dipelihara dengan baik seperti orang tua sama anaknya tiba-tiba mati. Namun ya sudahlah semua itu penulis anggap belum rejeki.
Oleh karena itu untuk para pecinta hewan, ternak hewan jaga dan rawat dengan baik peliharaanya jangan sampai mati karena bukan hanya meninggalkan trauma namun ternyata kematian hewan kesayangan lebih menyakitkan dibanding belum punya pacar. Upsss..
Semoga bermanfaat dan salam hangat..
Samhudi Bhai
Kompasianer Brebes Community (KBC) 68 Jawa Tengah Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H