Jasmerah (Jangan Sekali-sekali melupakan sejarah) istilah ini pantas disematkan untuk Riyanto sebagai Pahlawan Kemanusiaan dari Banser NU.
Tidak lupa pula sebelumnya buat rekan-rekan kompasianer dimanapun berada khususnya bagi teman-teman kristianiku dimanapun berada.Â
Saya atas nama pribadi Samhudi Bhai dari Kompasianer Brebes Community mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru semoga damai selalu menyertai kita.
Sekalipun dalam masa Pandemi Covid-19 ini, kita harus tetap spirit biar imun bertambah dan daya tubuh meninggat sehingga dan covid-19 minggat.Â
Untuk sementara ditahun ini perayaan natal ala kadarnya saja dirayakan karena kta harus mengikuti sesuai anjuran pemerintah tentang protokol kesehatan. Sehingga jika tidak seramai pada tahun-tahun sebelumnya harap dimaklumi.Â
Saya lihat properti seperti terompet pun gada, biasa sudah rame loh, minimal dua minggu menjelang tahun baru pedagang terompet sudah berjejer sepanjang jalan. Apa mungkin tukang terompetnya ngak punya duit kali ya? jadi ngak bikin Hehe..
Natal 2020 untuk temen-temen tercinta yang merayakan. Saya berdoa semoga anda semuanya diberikan kedamaian dan semoga pula spirit dari cinta dan kasih Yesus Kristus menyatu padu pada hamba-hamba terkasih.
Semoga kedamaian menjadi pesan yang merebak kemana-mana yan menentramkan dihari perayaan natal ini, dimana musim ini masih penuh dengan intoleransi karena virus kebencian dalam beragama.
Ada yang ingin saya sampaikan tentang sosok pemuda yang bernama Riyanto seorang Banser NU dari Mojokerto. Tentu agar dapat diambil hikmahnya bahwa hidup dalam kebergaman sangalha indah.
Kuy, kita lanjutkan mengenang sosok pemuda yang bernama Riyanto seorang pemuda Banser NU juga seorang pahlawan kemanusiaan.Â
Natal 2020 tidak lupa pula Saya doakan semoga bangsa Indonesia senantiasa diberikan keselamatan dari orang-orang yang ingin mengoyak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tercinta.
Riyanto Sebagai Banser Nahdlatul Ulama
Mengenang Riyanto sebagai sosok pemuda yang telah berjasa bagi banyak nyawa anak manusia. Kalau melupakan mantan, itu baru boleh. Hahaha..
Mengutip dari situs resmi nuonline bahwa Riyanto adalah seorang Banser NU yang meninggal terkena bom yang dipeluknya sambil berlari.
Semoga Allah menerima segala amal ibadahnya dan semoga Beliau mendapat balasan surga bersama para pejuang yang berjihad dijalan kebenaran.Â
Kronologi kejadian dari meninggalnya Riyanto pada malam natal yakni pada tanggal 24 Desember 2000 yang lalu.
Dengan ditemani oleh 4 sesama anggota Banser NU kala itu, Riyanto mendapat tugas guna menjaga Gereja Eben Haezar Mojokerto. Riyanto bersama empat teman lainnya hanya seorang anggota Banser dari kesatuan koordinasi cabang Mojokerto. Mereka bukan tentara ataupun anggota kepolisian.
Pada Tahun 2000 yang lalu memang kala itu tengah merebak berbagai macam aksi teror bom. Sehingga Banser NU yang tugas utamanya adalah menjaga stabilitas keamanan, maka tidak mengherankan jika Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) memberi instruksi kepada para kader atau pun jajarannya.
Hal ini dilakukan oleh GP Ansor semata-mata demi tugas mulia pada bangsa dengan dedikasi pada dirinya yang tinggi guna membantu aparat keamanan yang juga ikut mengamankan perayaan malam natal pada Gereja Eben Haezar tersebut.
Waktu itu jam menunjukan pukul 20.30 malam. Ibadah pada malam itu baru saja dimulai hingga separuhnya berjalan.
Seketika ada yang memberi tahu kepada rekan-rekan banser NU lainnya jika didepan pintu Gereja tersebut terdapat bungkusan berwarna hitam dan jelas bungkusan tersebut dicurigai.
Ketika Riyanto mendengar kabar tersebut, tanpa dikomando lagi Riyanto langsung tancap gas. Bergegas menghampiri bungkusan tersebut.
Inilah ciri khasnya seorang Banser NU cepat, gesit, tangkas, berani dan tangguh. Riyanto tanpa ragu-ragu lagi, ia kemudian setelah tiba dilokasi langsung membuka bungkusan tersebut.
Dan alangkah terkejutnya Riyanto ketika dirinya mengetahui bahwa kabel tersebut terhubung dengan sumber percikan api.
Riyanto tahu bahwa itu adalah bom. Jika pun niat ingin kabur ke Arab saat itu Riyanto bisa melakukanya untuk kabur demi keselamatan jiwanya. Kok jadi ke arab? Hehe.. biar gak slow gak tegang karena ini kisah nyata.
Tiba-tiba terdengar suara dengan kerasnya. "Tiarapppppp" itulah aba-aba dari Riyanto yang menyuru rekan Banser Lainnya untuk tiarap.
Dengan membawa bom yang dipeluknya, Riyanto sekuat tenaga dan secepat mungkin berlari menjauh dari Gereja tersebut yang didalamnya penuh dengan ratusan Jemaat yang sedang beribadah pada malam natal 2000
"Duarrrrrrrrrrrrr" tiba-tiba terdengar suara ledakan keras. Bom yang dibawa lari sambil didekap ternyata meledak duluan. Tak ayal tubuh Riyanto pun terpental hingga ratusan meter dari Gereja.
Suara kuat dari ledakan bom tersebut hingga mampu merobohkan tiang beton. Seluruh tubuh Riyanto berceceran dilokasi. Tangan, jari, kaki, muka dan semua tubuhnya hancur lebur seketika.
Riyanto yang baru berumur 25 tahun itu pun meninggal seketika dengan membawa misi telah menyelamatan ratusan banyak nyawa kala malam itu.
Seorang yang gagah perkasa dari Banser NU diusia muda namun berprestasi luar biasa. Keberanian yang sempurna yang patut diapreasikan dan diacungi jempol.
Itulah makna toleransi dalam beragama sampai nyawa pun menjadi taruhannya meskipun bukan saudara seiman atapun seagama. Riyanto melakukan hal tersebut demi misi kemanusiaan sebagai umat beragama mengamankan umat kristiani sebagai saudara kemanusian.
Atas keberanian Riyanto maka Gus Dur berkata: "Riyanto telah menunjukan diri sebagai umat beragama yang kaya akan nilai kemanusiaan. Semoga dia mendapatkan imbalan sesuai dengan pengorbananya"Â
Semoga para Banser NU dapat meneladani dari pada perjuangan Riyanto dalam menjaga toleransi beragama dan semoga menumbuhkan jiwa-jiwa patriot yang perkasa menumbuhkan Riyanto-riyanto yang lain dari Banser NU.
Samhudi Bhai
Kompasianer Brebes Community (KBC) 68 Jawa Tengah-Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H