Memikatnya tampilan Kamala Harris yang mampu dan paham proporsi. Dengan gestur serta suara rileks yang sengaja dibuat lambat mengungkap dari pada pernyataan-pernyataan inspiratif.
Tidak hanya tergelincir menjadi slogan dan puisi yang indah serta dapat dihayati oleh semua pendengarnya.
Kamala Harris berterima kasih kepada para pemilihnya karena telah memilih Joe. Harris tak berkata mereka memilih joe biden dan dirinya atau biden-harris.
Kamala tahu bahwa posisinya dipanggung tersebut hanyalah sekadar pinjaman milik sepenuhnya Joe Biden.
Oleh kebesaran hati seniornya itulah ia dapat tampil dipanggung terpenting dalam pidato. Harris pun berulang kali memuji kepada sang presiden terpilih.
Harris seakan menjelaskan pernyataan joe biden yang punya tekad mengakhiri "the grim era of demonization". Suatu masa pencercaan yang banyak diobral oleh pendahulunya.
"...kita ingin memajukan kesetaraan, harapan, sains dan kedilan untuk semua.." ujarnya.
Bahkan ia memuji bangsa kulit hitam, exit polls menyebut 91 % mereka memilih pasangan joe biden dan kamala harris.
Bangsa kulit hiyam diremehkan katanya. Akan tetapi sesungguhnya sesungguhnya mereka merupakan tulang punggung bagi demokrasi Amerika Serikat.
Ia mengajak mereka untuk menghadapi hari baru tanpa terbebani oleh apa yang telah terjadi. Ia juga mampu menyampaikan simpati, empati dengan elegan tanpa menjadi sentimental.
Ia menekankan bahwa pada akhirnya yang terpenting adalah optimisme yang sehat bukan pesimisme yang murung.