Memperhatikan dari perkembangan pemilu as yang sedang berlangsung, terkesan semakin seru. Saya melihat pemilihan presiden di Amerika serikat ini nyaris sama ketika tahun lalu terjadi di Indonesia. Penuh kecurangan katanya.
Banyak orang-orang Indonesia baik sebagai pendatang maupun warga negara. Mereka juga terus mengamati perkembangan demi perkembangan update yang terjadi dinegara paman sam Amerika tersebut.
Sebagai warga negara yang baik dan taat pada pemerintah tentu kita pun akan memilih sosok pemimpin yang mempunyai dedikasi tinggi pada bangsanya. Seperti yang sudah sama-sama kita lalui dipilpres 2019 lalu di Indonesia.
Kedua kandindat sama-sama baik sama-sama mempunyai keunggulan masing-masing dalam bidangnya. Keduanya sama-sama anak bangsa yang berintegritas tinggi. Menguasai sendi kehidupan, sektor dan bidang.
Hal biasa dalam demokrasi terjadi pro kontra. Namun tidak perlu berlanjut sampai terjadi aksi anarkisme seperti yang terjadi di negara Amerika di New york, Philadelphia. Serta di Paris, Perancis.
Inilah akibatnya jika mempunyai seorang presiden yang pro terhadap zionis dan pro terhadap ISIS yang sudah dianggap bagian darinya.
Setelah memulangkan semua anggota ISIS dari kegagalan perang yang dialaminya serta War Proxy dengan Suriah. Mereka membuat kebijakan yang rasis.
Membuat makar di negaranya sendiri agar terjadi chaos, memancing keributan serta melawan fakta yang ada dengan cara membuat propaganda murahan.
Salah satu contohnya menuduh tanpa data valid terkait kemenangan pilpres yang dianggapnya sebagai bentuk dari kecurangan. Mbegedes..
Perilaku bar-bar di negara sendiri seperti ISIS, teroris dan para pemberontak berbaju agama lainnya. Mereka terus bergerak terus merayap disela-sela pemerintahan yang dibencinya.
Para kelompok-kelompok inilah yang sejatinya ingin menjadikan agar perang saudara sesama anak bangsa.
Anda mau melawan pemerintah? Berarti anda tidak "..Athiullaha Wa Athiurasula dang .."?  Sudah tahu organisasinya telah dibubarkan sejak beberapa tahun lalu tepatnya 2017 dengan keputusan presiden eh masih saja arwahnya bergentayangan mencari mangsa agar cita-citanya tercapai yakni ajaran khilafahnya.
Framing demi framing dijadikan alat utama untuk menebar hoak, ujaran kebencian serta membuat ahlul fitnah wal jamaah. Namanya juga pemberontak.
Tuduhan kepada pemerintah yang sah agar rakyat termakan gorengannya mereka gunakan dengan senjata anti ini anti itu.Â
Tak cukup dengan kata anti saja bahkan ediannya mereka gunakan isu yang lebih parah dari kata anti tersebut. Komunis? Iya begitulah kura-kura.
Kenapa sedemikian bejatnya moral mereka hanya gegara pilpres, pilgub dan pil-pil yang lainnya termasuk pileg. Anda mikir sendirilah, karena ngak penting untuk saya bahas.
Seperti yang terjadi di Amerika. Dibomnya Gedung Word Trade Centre (WTC) yang sudah tentu pelakunya adalah teroris.Â
Mereka para teroris lakukan hal tersebut agar satu sama lain saling tuduh saling ribut dan perang. Jelas bahwa hal in pada akhirnya yang akan disalahkan sebagai framingnya adalah Islam.
Mereka yang membikin sendiri, mereka yang membakar sendiri dan mereka pula yang ribut sendiri. Pacingane ora payu.
Inilah hadza zaman.. inilah hadza zaman kata Habib luthfi. Jika ingin menghancurkan Indonesia maka hancurkan dulu NU nya. Baru kemudian dibenturkan satu sama lainnya dengan fitnah dan hoak. Diadu domba dengan sesamanya. Miris..
Jika sudah sudah demikian siapa yang mau bertanggung jawab? Padahal keutuhan sebuah negara berada dipundak masing-masing orang Indonesia. Agar bersatu tidak mudah untuk dapat dipecah belah.
Sungguh sangat luar biasa efek pilpres. Hanya gegara beda aliran, beda partai, dan beda pilihan satu sama lain sesama saudara saling benci. Move on lah..
Sebagaimana dalam pengamatan saya terkait pemilihan presiden di Amerika yang nyaris persis dengan pilpres di Indonesia. Hanya beda tipis selisihnya. Namun jika melihat suara elektoral joe lebih unggul atas trump.
Hingga saat ini jumat 6 November 2020 jumlah yang diraih dari Joe Biden dari partai demokrat 253 surat elektoral dan Donal Trump meraih 214 suara elektoral.
Inilah uniknya pemilu as pilpres di amerika penghitungannya via suara elektoral yaitu jumlah suara yang di miliki pada tiap negara bagian Amerika Serikat.
Sebab jumlah pada penduduk suatu negara bagian selatan Amerika mempunyai pengaruh yang sangat signifikan dalam pilpres dari pada langsung menggunakan suara publik.
Saya Tidak Memilih Donald Trump, apa bila saya disuruh memilih. Alasannya? jelas, belum mampu menangani berbagai suku, budaya, agama, dan ras. Pokoke cenderung rasisme. Hanya opini Saya loh..?
Bodo amat dengan tampikan trump yang tidak mau disebut rasis. Trump buktinya kerap semakin membuat rakyat kontroversial atas pidato-pidatonya.
Trump anjlok dalam pengitungan surat suara pilpres di dua negara penting Amerika, yakni New York, Philadelpia, Oregon. sebab kerap terjadi penjarahan dan perampokan dikota tersebut.
Bahkan tega-teganya menuduh kecurangan surat suara dalam pemilihan presiden dicuitannya.Â
Persis di Indonesia. Trump sudah klaim kemenangan di Gedung Putih, Whasingthon. Semisalnya trump yang kalah itu kan berarti pemilu curang katanya. Tentu kecurangannya didukung media massa.
Donald trump sampun sesumbar. Apa bila ia kalah, maka akan dilaporkan kecurangan itu kepada Mahkamah Agung (MA) juga tak mau serahkan kekuasaan kepada pemenang (Joe Biden). Piye iki?
Disamping itu juga, trump memohon untuk hentikan penghitungan suara via pos yang telah dikirim. Karena dalam penghitungan pasti penuh kecurangan katanya. Wes angel-angel..
Seperti itulah perkembang pemilu as yang terjadi di Amerika Serikat. Unik dan Menarik. Terkesan memalukan. Sungguh terlalu, kata bung haji Rhoma.
Samhudi Bhai
Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah-Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H