Mohon tunggu...
Sela setia
Sela setia Mohon Tunggu... Petani - Gadis Pemalu

menulislah, apapun! suatu saat pasti berguna -PAT

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Salah Tafsir Akbar Faisal terkait Kemarahan Presiden Joko Widodo

2 Juli 2020   12:35 Diperbarui: 2 Juli 2020   12:30 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini jelas tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh masyarakat Bugis. Yang notabene Akbar Faisal sendiri adalah orang Bugis dari Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

Dengan cara nyinyirnya seperti itu, Akbar tidak cocok dengan nilai "sittinaja" atau kepatutan. Dalam konsep sitinaja, kepatutan ini berarti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya dan sesuai dengan porsinya.

Konsep sitinaja dalam suku Bugis membuat masyarakatnya harus mampu menempatkan dirinya sesuai kedudukan. Misalnya berbicara sesuai dengan porsi dan ukurannya, tidak ngibul dan seenaknya sendiri.

Apa yang dilakukannya sungguh menciderai nilai-nilai luhur Bugis yang ada. Ia mengabaikan sopan santun dan rasa kepatutan hanya demi "mungkin" panggung politik.

Padahal kalau dipikir-pikir, reshuflle di masa seperti ini justru sangat riskan. Karena perombakan kabinet dapat menganggu keberlangsungan kebijakan yang telah berjalan. Apalagi saat ini semua pihak sedang fokus mengatasi dampak krisis.

Oleh karena itu, alih-alih sebagai penghukuman, ungkapan Presiden Jokowi terkait reshuffle itu sepertinya lebih sebagai pengingatan. Harapannya agar para menteri bisa bekerja lebih baik dan cepat.

Sangat wajar jika pemimpin itu memacu anak buahnya dengan berbagai cara. Presiden Jokowi mungkin menggunakan lecutan 'reshuflle' agar semua menteri bisa bekerja optimal sesuai harapannya.

Yang jelas, semua itu demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun