Mohon tunggu...
Sam Pasai
Sam Pasai Mohon Tunggu... -

Pengkhayal gila ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mirah

24 November 2010   19:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:20 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senyap menggigil. Dedaunan berkerisik.

Siap mengecup lengannya yang bertato kaligrafi MIRAH, tiba-tiba Kha berlari ke arah Jenal. Cring-cring-cring, bunga api berloncatan dari ujung kelewang yang diseret-seret pada jalan.

Jenal lompat menerkam. Semasih di udara tangannya menyelip ke belakang lantas sebilah kapak telah teracung, mengarah ke kepala Kha.

***

"Usy-usy-usy... dieeem... diem nak udah larut."

Mirah, bayi berusia lima bulan, menangis keras-keras. Ia menepis susu botolan. ASI pun tak berhasil menenangkan. Jena menggendongnya ke beranda.

"Ninabobo o ninabobo, ya Allah, diem nak diem... usy-usy-usy."

Tangis Mirah menjerit-jerit.

Reranting kering seakan urat nadi pada bulan: purnama berdenyut-denyut. Airmata Jena netes segulir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun