Mohon tunggu...
SALZHA BHILAFITRIA
SALZHA BHILAFITRIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tugas pesmaba

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stop Self Diagnosis

30 September 2021   23:42 Diperbarui: 30 September 2021   23:48 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NAMA: SALZHA BHILA FITRIA
NIM: 202110230311063

STOP SELF DIAGNOSIS!

Baru-baru ini sedang marak trend mendiagnosis diri sendiri, sebetulnya dalam kasus ini tidak bisa kita sebut dengan trend, karena mendiagnosis diri sendiri belum tentu tervalidasi kebenarannya. Jadi "Apa sih self diagnosis itu?" "Bagaimana cara untuk menghindarinya?". Nah jadi kita ingin membahas apa itu self diagnosis dan bagaimana cara menghindarinya.

Self diagnisis adalah sebuah tindakan atau upaya mendiagnosis diri sendiri berdasar informasi yang didapatkan secara mandiri, bisa melalui mulut ke mulut seperti dari keluarga, teman, atau oranglain, bisa juga melalui pengalaman buruk yang dulu dilalui, atau bisa juga informasi tersebut didapat melalui sosial media.

Tindakan self diagnisis tidak pernah dibenarkan oleh tenaga medis profesional, karena hal ini dapat sangat membahayakan orang tersebut. Karena kalau sampai kita salah mendiagnosis sebuah maka akibatnya bisa sangat fatal. 

Bahaya dari self diagnosis, yaitu kita dapat mengalami salah penanganan. Seperti contoh : kita mendiagnosis diri sendiri mengalami gangguan kepribadian, padahal apabila dia memeriksakan diri ke tenaga medis profesional, ada penyakit yang berbahaya, seperti adanya sel tumor yang sedang bersarang di otak, hal itu dapat mengakibatkan pertumbuhan tumor yang lebih berbahaya apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat oleh tenaga medis profesional. 

Bahaya self diagnosis selanjutnya yaitu, kita bisa saja salah dalam dosis obat ataupun kita dapat salah meminum obat, yang bisa mengakibatkan hal -- hal yang tidak kita inginkan. Dengan itu kita dapat menghindari self diagnosis, dengan cara di bawah ini.


Adapun cara - cara untuk menghindari self diagnosis , yaitu:

Pertama, memilah dan memilih informasi dari internet secara pintar dan slektif, karena apabila informasi yang kita dapatkan itu salah maka akibatnya bisa sangat berbahaya bagi diri kita sendiri.

Kedua, mencari lingkungan yang mendukung kegiatan yang kita lakukan, kita dapat mencari lingkungan yang positif dengan mengikuti kegiatan - kegiatan sosial, kegiatan amal, dan dapat juga dengan mengikuti kegiatan olahraga.

Ketiga, dengan cara berdiskusi dengan teman, kerabat yang pernah memiliki gejala -  gejala seperti yang sedang di alami, dengan hal ini kemungkinan kita bisa mendapat arahan yang tepat, namun kita masih harus memilah - milah lagi mana informasi yang benar dan mana informasi yang salah.

Keempat , dengan cara menghubungi atau mendatangi tenaga profesional untuk berkonsultasi langsung, bisa ke Sikolog atau ke Psikeater, mendatangi tenaga medis profesional tidak ada salahnya. 

Karena, ketika kita berkonsultasi langsung ke tenaga medis profesional, mereka dapat membantu kita mendapatkan diagnosis yang tepat, kita juga bisa mengetahui gangguan - gangguan kesehatan mental yang lebih lanjut atau dalam kata lain kita dapat mengantisipasi gangguan kesehatan mental yang lebih parah sejak dini.

Di era digital seperti saat ini, konsultasi ke tenaga medis profesional tidaklah sulit, sudah banyak wadah di internet yang dapat langsung menghubungkan kita dengan tenaga medis profesional, jadi kita tidak perlu mendatangi tempat praktek tenaga medis profesional tersebut, kita hanya perlu membuka hp dan membuka situs situs terkait, kemudian mulai berkonsultasi dengan tenaga medis profesional melalui telpon atau chatting.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Muhammad F. "Analisis Pasien Self-diagnosis Berdasarkan Internet Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama." INA-Rxiv. June 25 (2019).
Maramis, Willy F., and Albert A. Maramis. Catatan ilmu kedokteran jiwa edisi 2. airlangga university Press, 2009.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun