Media sosial kini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Sebuah laporan dari We Are Social dan Hootsuite menyebutkan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari 3 jam sehari di media sosial. Meski membawa banyak manfaat, seperti kemudahan berkomunikasi dan akses informasi, media sosial juga memiliki dampak negatif, terutama pada kesehatan mental. Salah satu dampak tersebut adalah Fear of Missing Out (FOMO) dan burnout, yang semakin banyak dialami oleh pengguna media sosial di era digital ini.
Apa itu FOMO dan Burnout?
FOMO adalah rasa takut ketinggalan atau melewatkan sesuatu yang menarik atau penting. Misalnya, ketika kita melihat teman sedang liburan ke destinasi impian atau menghadiri acara menarik, muncul perasaan iri atau kecemasan bahwa hidup kita kurang menarik dibandingkan orang lain. Kondisi ini sering diperparah oleh algoritma media sosial yang menampilkan konten "terbaik" dari orang-orang di sekitar kita.
Di sisi lain, burnout dalam konteks media sosial adalah kelelahan emosional, mental, dan bahkan fisik yang disebabkan oleh tekanan untuk terus aktif, produktif, dan relevan di dunia maya. Burnout ini kerap dialami oleh mereka yang merasa harus terus memposting, menanggapi komentar, atau mengikuti tren demi menjaga eksistensi mereka di media sosial.
Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental
Penggunaan media sosial yang tidak terkendali dapat memberikan dampak negatif yang signifikan. Berikut adalah beberapa efek yang sering dialami:
1. Meningkatkan Risiko Kecemasan dan Depresi
Studi dari Journal of Social and Clinical Psychology (2018) menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan berkaitan erat dengan peningkatan rasa cemas dan depresi. Ketika kita terus membandingkan hidup kita dengan unggahan orang lain, muncul perasaan rendah diri, kurang percaya diri, hingga kesedihan.
2. Gangguan Pola Tidur
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh Sleep Foundation, cahaya biru dari layar gadget dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur. Tidak jarang, scrolling media sosial sebelum tidur justru membuat kita sulit tidur, sehingga memengaruhi kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan.
3. Penurunan Produktivitas
Notifikasi yang terus berdatangan dari media sosial mengganggu fokus dan konsentrasi. Akibatnya, tugas yang seharusnya selesai tepat waktu menjadi tertunda. Sebuah studi dari Harvard Business Review menyebutkan bahwa orang membutuhkan rata-rata 23 menit untuk kembali fokus setelah terganggu oleh notifikasi.
4. Ketergantungan Psikologis
Ketergantungan pada media sosial untuk mendapatkan validasi melalui like, komentar, atau jumlah pengikut bisa menyebabkan kegelisahan ketika tidak ada respons yang diharapkan. Hal ini dikenal sebagai dopamine loop, di mana otak kita terus-menerus mencari kepuasan instan dari interaksi digital.
Bagaimana Mengurangi Dampak Negatif Media Sosial?
Meski media sosial memiliki sisi negatif, dampaknya dapat diminimalkan dengan langkah-langkah berikut:
1. Lakukan Detoks Digital
Batasi waktu menggunakan media sosial dengan membuat jadwal tertentu. Misalnya, hindari membuka media sosial saat pagi hari atau sebelum tidur. Detoks digital bisa membantu mengurangi stres akibat paparan berlebihan terhadap konten yang tidak relevan.
2. Gunakan Media Sosial dengan Bijak
Pilihlah akun yang diikuti dengan hati-hati. Ikuti akun-akun yang memberikan inspirasi, motivasi, atau edukasi. Sebaliknya, berhenti mengikuti akun yang membuat Anda merasa minder atau iri.
3. Fokus pada Dunia Nyata
Alihkan perhatian ke aktivitas offline, seperti berolahraga, membaca, atau menghabiskan waktu bersama keluarga. Berinteraksi secara langsung dapat membantu mengurangi ketergantungan pada interaksi digital.
4. Kenali Tanda Burnout dan FOMO
Sadari kapan Anda mulai merasa lelah atau cemas karena media sosial. Jika perlu, ambil langkah mundur dan beri waktu untuk diri sendiri.
5. Manfaatkan Fitur Pendukung di Media Sosial
Beberapa platform media sosial, seperti Instagram dan Facebook, kini memiliki fitur pengingat waktu penggunaan. Gunakan fitur ini untuk membatasi durasi Anda online.
Kesimpulan
Media sosial adalah pedang bermata dua. Jika digunakan secara bijak, media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk memperluas wawasan, menjalin koneksi, dan membangun karier. Namun, penyalahgunaan media sosial dapat membawa dampak buruk, seperti FOMO dan burnout, yang merusak kesehatan mental dan kualitas hidup.
Untuk itu, kita harus lebih sadar akan dampak media sosial terhadap diri kita sendiri. Jangan biarkan media sosial mengendalikan hidup kita. Ingatlah bahwa apa yang terlihat di layar hanyalah sebagian kecil dari kehidupan orang lain. Fokuslah pada diri sendiri dan hal-hal yang benar-benar berarti.
Bagaimana pengalaman Anda dengan media sosial? Apakah Anda pernah merasa terjebak dalam FOMO atau burnout? Yuk, bagikan cerita Anda di kolom komentar!
Sumber: We Are Social, Journal of Social and Clinical Psychology, Sleep Foundation, Citra of Education Journal, and Journal of Communication Studies.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H