Mohon tunggu...
salwa putri adriani
salwa putri adriani Mohon Tunggu... Jurnalis - @salwaputrii_

"man jadda wajadda" siapa yang bersungguh sungguh pasti berhasil.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Istikharahku Untukmu

5 Maret 2020   17:23 Diperbarui: 5 Maret 2020   17:17 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tali iman yang kuat adalah cinta karena Alloh dan benci karena Alloh"

***

"Dear Alloh, Why Him?"
Kalau dipikir hidup itu singkat, seperti baru kemarin aku jadi bullyan kegiatan ospek,sekarang sudah jadi pengisi acara. Benar kata mereka, bahwa waktu it uterus berjalan, umur semakin berkurang, dan dosa semakin bertambah.

Melihat maba berseragam putih hitam denga dasi hitam itu menyenangkan, generasi baru telah datang dan akan meneruskan generasi lama. Tapi, melihat kedua kalinya ke barisan hitam putih itu aku merasa kasihan, jalan yang mereka tapak baru anak tangga pertama, mereka bakal melewati waktu dimana kehidupan bangku kuliah itu sangat menyengsarakan. Waktu dimana mereka akan merasakan putus asa hanya karena dosen tidak memberi tanda tangan.

Ah, aku bernapas panjang. Alhamdulillah, berkat kekuatan dari Alloh, aku bisa wisuda dan mendapat gelar sarjana  keperawatan. Dimana, tahun yang paling berat ketika semester tiga telah terlewati.

"Mbak Nai, beritahu Dokter Wildan kalua peserta sudah siap diberi materi". Kata Dara, time keeper acara ospek fakultas keperawatan.
"oke de". Jawabku seraya menutup buku materi yang aku sampaikan setelah Wildan memberi materi. Kaki ku langsung berjalan cepat kearah ruang himpunan mahasiswa, tempat dimana wildan kini berada.

***

"Assalamualaikum..."
Aku membuka knop pintu dengan perlahan dengan menyeimbangkan detak jantung yang berdetak tak karuan saat akan berhadapan dengan kaum pria satu ini. Irama napasku sedikit memburu tapi aku berhasil menetralkan dengan beberapakali bacaan Bismillah. Ku sapu ruangan bernuansa abu-abu itu dan kudapati sosok pria yang kucari itu tengah duduk diatas sajadahnya.
"Allohu Akbar!" dia duduk diantara dua sujud.
Aku memandanginya penuh kagum. Ditengah kesibukannya sebagai dokter sekaligus pembicara, tapi masih sempatnya dia sholat dhuha dengan khusyunya. MasyaAlloh...
Aku kembali melangkahkan kakiku mendekatinya setelah ku dengar dua salam pertanda sholat sudah selesai.
"Assalamualaikum, Dokter Wildan". Ucapku
"Waalaikum salam". Jawab nya sambil merapikan  sajadahnya.
"Laporan dari tim keeper kalua pemberian materi ospek sudah bisa dimulai". Laporku kepada dokter Wildan
Ujung rambutnya yang basah karena air wudhu membuatku menelan air liur sejenak. Sungguh, setan ramai membisikiku untuk terus memandanginya. Astaghfirulloh...

Seketika aku menundukan kepala menatap lantai putih yang dan membuyarkan khayalanku tentang Wildan.

Puk!
Astaghfirulloh! Wildan seenak jidatnya menipuk keningku sambil berjalan berlalu gitu saja.
"Lapin tuh keringet,jelek banget keringetan gitu". Celetuknya sebelum hilang dibalik pintu.

Aku menatapnya heran, lantas aku raba keningku dan kudapati tisu 2lembar menempel disana.  Sambil tersenyum, aku mengelap wajahku yg benar benar penuh keringat. MasyaAlloh... wildan, kau semakin membuatku tidak bisa move on dari bayang bayangmu.
***
Semua peserta ospek digiring masuk ke aula fakultas Kedokteran yang digabung dengan jurusan Keperawatan. Mereka mendapat materi tentang "Peran Dokter dan Perawat guna peningkatan kesehatan masyarakat". Materi yang diberikan wildan menyangkut peran dan bentuk kerjasama antara dokter dan perawat, setelah menjelaskan peran perawat , Wildan kembali menjelaskan pentingnya kekompakan dan kerjasama dokter dan perawat. Di ahir materinya Wildan menjelaskan bahwa perawat  bukan pembantu dokter, tapi perawat adalah patner dokter. Agar mencapai kesuksesan meningkatrkan kesehatan masyarakat, dokter dan perawat harus mampu kolaborasi  dengan baik.

Entah kenapa hatiku terasa sakit tapi tak berdarah saat mengingat Wildan tak akan pernah jadi milikku. Pria itu tak akan menjabat tangan Papah dan mengucapkan Ijab Qobul atas namaku.
Pria sempurna itu sudah jadi milik gadis lain.

"Dear Alloh kenapa cinta mudah datang tapi sulit untuk pergi?"

Wildan diberikan waktu 20 menit untuk menyaympaikan materinya.
Setelah mengahiri materinya beberapa menit setelah diberitahukan bahwa istirahat akan tiba. Dia juga mengumumkan peserta untuk istirahat, sholat, dan makan dalam waktu setengah jam. Tanpa basa basi, peserta dengan tertib berjalan keluar Aula menuju kantin dan masjid kampus.

"Nai, nanti sore setelah acara ikut aku ya"kata Wildan tiba-tiba saat aku menata buku pemateri di meja.
Aku mengerutkan dahiku sambil berkata "Kemana?"
"Ke toko mas beli cincin." Jawab Wildan dengan santai nya.

Deg! Hatiku sesak, tubuhku seketika lemas, fikiranku berkata Wildan akan memberikan cincin itu untuk calon istrinya.

"Ya Alloh kenapa harus aku yg harus diajak? Sakitnya itu hanya aku dan hati aku yg merasakannya.
Batinku masih menggemuruh. Ya Alloh aku mohon damaikan hati ini, ihlaskan hati ini untuk melihat Wildan bersama wanita yang dicintainya.

"I...i...ya, Wil." Ucapku dengan suara yg sedikit terbata bata dan bergetar menahan air mataku agar tidak keluar.
"Oke" ucapnya sambil menyunggingkan senyum khasnya, yg membuat debaran dadaku semakin meningkat.
***
Setelah acara selesai, aku menunggu Wildan di teras masjid. Pria yang aku tunggu itu sedang melaksanakan sholat ashar. Aku sedang tidak sholat, karena sedang berhalangan.

Tidak lama kemudian, Wildan terlihat keluar dari pintu utama Masjid dan melambaikan tangan ke arahku. Aku segera turun dari teras masjid dan memasang sepatuku. Aku harus menyiapkan mental dan hati untuk menghadapi kecemburuan yang tak punya penawar ini. Kami berjalan menuju jalan raya dan menaiki angkutan umum.

Di tengah gundah gulanaku, aku melihat tangan Wildan sedang melambai pada salah satu mobil putih yang melaju jalanan. Dan detik berikutnya, satu mobilpun melaju pelan ke arah kami dan berhenti tak jauh dari kami berdiri. Aku sangat penasaran sebenernya siapa yg tengah ditunggu Wildan.
seseorang didalam pun membuka kaca mobil nya dan menyapa wildan dengan memberi senyuman yang manis
"Assalamualaikum.. "
" Waalaikumsalam.. "  ucap wildan sembari membalas senyum nya
" ayo masuk jadi kan kita beli cincin? "
dan ternyata seorang cewe itu tunangan nya wildan. cantik, anggun sekali memakai gamis pink dan kerudung pasmina, sangat cantik sekali dia memakai kerudung pasmina yang senada warna nya dengan gamis. manis sekali, namanya adinda
" ehh "  dia menoleh ke arah ku dan melihat ke wildan
" dia itu partner kerja aku,dia perawat namanya nayra, aku mengajak nya karna supaya kita ga berduaan kita kan belum sah nanti yang ketiga nya setan yaudah aku ajak dia aja gapapa kan? " kata wildan
aku pun tersenyum ke arah adinda
" oh iyaa gapapa bagus jugaa, salam kenal ya aku adinda " kata nya sambil menyalurkan tangan dan memberi senyuman
"  iya aku tau pasti kamu adinda soalnya wildan suka cerita tapi aku gatau adinda yang mana hehe " kata ku sambil membalas senyuman dan mulai berjabat tangan
 setelah berbincang bincang akhirnya kita masuk ke dalam mobil adinda karna mobil wildan sedang dibengkel, aku duduk dibelakang bersama adinda dan wildan yang menyetir mobilnya. perasaan ku sangat sangat nyesek sekali karena aku harus menemani orang yang aku sukai aku cintai bersama tunangannya membeli cincin. sedih sekali aku disini, kalau bukan karna wildan aku gakan pernah ikut

***
  Setelah beberapa jam memilih cincin yang tepat, Wildan mengajak kami makan siang. Tadinya Nayra menolak tapi Adinda memaksa, akhirnya Nayra terpaksa ikut. Setelah makan, Nayra pulang ke rumah. Nayra menyempatkan waktunya untuk melakukan shalat istikharah, ia meminta segala keinginan nya selama ini, Nayra sadar selama ini ia sudah menyembunyikan sakitnya, mungkin hidup nya tidak akan lama lagi, tapi Nayra selalu bersyukur meski bagaimana pun Nayra masih bisa menghirup udara segar, melihat Wildan, melihat orang orang yang ia sayangi. Nayra berfikir,boleh tidak sih dia egois sekali saja. Untuk mendapatkan kebahagiaannya. Dia ingin merasakan bagaimana bersama dengan orang yang ia cintai. Dia ingin bersama Wildan, walaupun ia tahu Wildan sudah menjadi milik orang lain.
***
Esoknya, Nayra seperti biasa pergi ke rumah sakit. Di dalam perjalanan,ketika dia sedang menunggu di halte bus. Tiba-tiba ada sebuah mobil yang menepi di hadapannya. Saat pengendara itu keluar, ternyata itu adalah Wildan.
" Nay, ayo naik! Berangkat bersama"Ajak Wildan di balik kemudinya
Dia begitu senang mengetahui bahwasannya Wildan mengajaknya untuk pergi bersama. Dengan semangat dia memasuki mobil tersebut. Namun, hatinya kembali bergejolak, matanya memanas menahan cairan yang sebentar lagi akan keluar. Namun ia menahannya. Dia tak mau air mata nya dilihat oleh sang tunangan orang yang ia cintai. Ya! Di dalam mobil tersebut, tepatnya di samping Wildan terdapat Adinda selaku tunangan Wildan. Ia pun berusaha tetap tersenyum.
"Assalamualaikum" ucap Nayra ketika memasuki mobil Wildan
"Waalaikumsalam" jawab Adinda dengan ramah
"Oh iya, aku belum sempet kenalan secara baik-baik  sama kamu. Nama aku Adinda tunangannya Wildan. Aku udah tahu banyak tentang kamu dari Wildan. Wildan sering cerita kalau kamu anaknya lembut banget, Sholehah juga dan ternyata kamu cantik banget ya Nay, aku iri sama kamu." ucap Adinda panjang lebar
"Makasih Din, kamu juga cantik" ucap Naura sambil tersenyum lembut

***
Aku dengan segenap jiwaku menahan rasa sakit yang bergejolak dalam tubuhku. Entah apa yang harus aku lakukan dengan waktuku yang sudah tak lama lagi. Aku ingin bahagia ya Allah. Tolong izinkan aku, sekali saja.

" Nay" ucap suara yang sangat aku kenal
"Iya ada apa Wil?" Tanyaku sembari berusaha menyembunyikan kesedihanku
"Kamu nangis?" Tanyanya menyelidik
" Enggak kok, aku cuman ngantuk. Semalem aku tidur malem banget hehe. Mungkin cape juga gara-gara kemarin" ucapku menyangkal
" Duh pasti gara-gara aku kemarin ya. Maaf ya, aku cuman gak mau aja berduaan karena aku sama Dinda belum muhrim. Jadi aku ajak kamu, karena kamu udah aku anggap kayak adek aku sendiri. Tanpa mikirin kamu, aku egois banget ya. Maaf nay" ucapnya dengan merasa bersalah, tanpa tahu bahwa aku pun merasa sakit lagi karena omongannya barusan.
"Nggak,nggak papa kok Wil. Santai aja"ucapku berusaha setenang mungkin.

"Will.." panggilku ragu
" Iya Nay,kenapa?" Jawab Wildan
"Aku..mmm ga jadi." Ucapku akhirnya
" Kenapa? " Jawab wildan dengan santay nya
" mmm pulang kerja bisa ga kita mampir ke cafe dulu.. " kata ku ragu
" tumben, ada apa? "
" jawab dulu, bisa ga? " tanya ku
" bisa, tungguin aja nanti aku nyusul " jawabnya seraya keluar dari ruangan

**
 setiba nya di cafe nayra langsung menunggu wildan sembari memesan makanan
15 menit kemudian, Wildan tiba di cafe dan langsung menghampiri Nayra lalu duduk di hadapan Naura
"Ada  apa Nay?" Tanya Wildan penasaran
" Bentar, nungguin dulu makanan" jawab Naura terlihat dia ingin menutupi kegugupannya
" Oh oke, aku udah dipeseninkan?" Tanya Wildan tersenyum culas
" Ya udahlah masa iya aku yang ngajak,gak mesenin" jawab Naura
"Ciee tumben neraktir" ucap Wildan iseng
Setelah makanan yang ditunggu datang, mereka pun terlihat menikmati makanan yang telah disajikan. Hingga tak terasa makanan yang mereka pesan pun telah habis dinikmati.
"Ehemm,jadi apa yang mau kamu omongin Nay?" Tanya Wildan to the point
" Wil, tapi aku mohon jangan benci sama aku ataupun jauhin aku setelah ini. Aku cuman mau jujur sama kamu." Ucap Nayra akhirnya
"Oke"
"Ehem, aku...aku suka sama kamu. Maksud aku, aku udah sayang sama kamu dari aku pertama liat kamu. Entah kenapa, ketika aku berusaha menghilangkan rasa ini, perasaanku malah bertambah sama kamu. Aku..aku tahu kamu udah punya seseorang. Tapi, apa aku salah mencoba berusaha jujur ke kamu, berusaha buat dapetin kamu." Ucap Nayra  jujur
"Tahu gak Nay  aku kaget denger ini, aku ga nyangka kamu punya perasaan lebih ke aku. Jujur, aku ngerasa nyaman sama kamu. Tapi tolong kamu bisa kan ngilangin perasaan itu buat aku? Aku gak bisa terima perasaan kamu. Ada perempuan yang aku cintai, yang akan segera terikat sama aku, yang udah jaga kepercayaan dia ke aku. Jadi, tolong sekali lagi ilangin perasaan itu.Maaf, aku pergi ya. Dinda nungguin aku, aku udah janji mau jemput dia" ucap Wildan dan segera pergi.
Bagai di tusuk ribuan tombak, Nayra menangis tanpa suara. Ternyata begini rasanya ditinggalkan. Nayra pergi meninggalkan kafe itu.

***
Setelah lewat hari hari dimana ia di buat menangis hebat, Nayra pergi ke Rumah Sakit tempat ia bekerja, segera menghubungi atasannya dan memberi keluhan tentang ia yang harus terpaksa mengundurkan diri dari Rumah sakit itu, tentu saja ia tidak memberi alasan yang sejujurnya. Tanpa sepengetahuan Nayra ternyata atasannya itu diam diam mengubungi Wildan, menanyakan tentang pengunduran diri nayra dari rumah sakit.
Wildan menelpon nayra, menanyakan tentang pengunduran dirinya yang begitu mendadak
" Assalamualaikum..Nay."
"Waalaikumsalam"
"Nay, kenapa tiba-tiba mengundurkan diri? Maaf kalau soal kemarin aku membuatmu sakit hati
"Engga papa, Wil. Karena satu dan lain hal, terpaksa aku harus mengundurkan diri."
" Kamu kenapa? cerita ke aku.. "
" Kenapa aku harus cerita? kamu bilang kita teman. Aku harus coba hapus perasaan aku ke kamu. Aku harus bisa berusaha membatasi diri aku ke kamu. Ada saatnya kamu tau, dan ada saat nya kamu diam, wil."
" eh nay aku harus tau kamu kena.. paa "
Wildan sangat gelisah karna telpon nya tiba tiba saja dimatikan. apa lagi keputusan nya yang sangat mendadak.

***
 Nayra menjalani kehidupan barunya dikota bandung, dia masih menjadi perawat tetapi hanya di klinik kecil saja. Rutinitas Nayra di bandung berbeda dengan di jakarta, kini Nayra lebih mengurangi aktivitasnya, sepulang dari klinik biasanya Nayra langsung ke Rumah sakit yang pernah ia kunjungi waktu kecil, untuk melakukan terapi. Nayra mempunyai penyakit kanker tetapi temen temenya yang dijakarta tidak tau nayra mempunyai kanker, termasuk wildan.
" semoga ini terapi terakhir, aku ingin sembuh dan beraktivitas seperti dulu " kata ku di dalam hati
" baik mba nayra silahkan berbaring, mari kita cek seluruh tubuh terlebih dahulu sebelum melaksanakan terapi "
 Setelah ber jam jam terapi akhirnya aku keluar dari ruangan tersebut, lalu aku duduk di kursi, sambil menunggu dipanggil dokter untuk berbincang denganku soal penyakit ku ini, dan mengambil resep obat.
****
Adinda pergi ke rumah sakit karena temannya kecelakaan. Ketika dia sedang menuju ke ruangan temannya, ia tak sengaja melihat seseorang yang ia kenal dari celah pintu. Itu Nayra. Matanya menyipit untuk memastikan, apakah betul itu Nayra?

"Itu Nayra kan? Ngapain dia disini?tempat perawatan penyakit cancer pula." Gumam Adinda kepada dirinya sendiri

"Bener itu Nayra. Aku harus cari tahu kenapa dia ada disini. Aku sembinyi aja gitu? Buat nguping?" Tanyanya dalam hati

"jadi bu, kanker ibu sudah stadium akhir dan kemungkinan ibu bertahan itu sangat sedikit. Terapi ini hanya mengulur waktu untuk ibu bisa bertahan hidup" jelas sang dokter di dalam ruangan tersebut. Tanpa keduanya ketahui ada seseorang yang mendengar pembicaraan mereka

" Ya Allah, Nayra kena kanker?!! Innalilahi, tapi dia kuat banget. Wildan udah tahu belum sih? Masa iya sih gatau. Atau aku coba kasih tahu dulu aja gitu?" Gumam Adinda langsung pergi

****

Esoknya Adinda menyempatkan pergi ke rumah sakit tempat Wildan bekerja untuk membicarakan hal yang dia dengar kemarin sore di rumah sakit.

"Wil" panggil Dinda ketika dia sudah tiba di rumah sakit
" Iya". Jawab Wildan datar
"Nayra.."

"Kenapa Nayra?" Tanya Wildan sembari matanya menyipit penasaran
" Kemarin aku liat Nayra, di ruangan kemo terapi. Gak sengaja aku denger percakapan dia sama dokter. Nayra kena kanker stadium akhir. Ku udah tahu kan?" Tanya Adinda

"Aku..baru tahu. Kenapa dia nyembunyiin hal sebesar ini dari aku." Ucap Wildan khawatir sembari pergi meninggalkan Adinda

" Aku tahu kamu punya perasaan yang gak kamu sadari sama Nayra Wil" gumam Dinda dalam hati sembari menahan tangis

****
Setibanya Wildan di rumah Nayra untuk membicarakan hal yang ia dengar dari tunangannya. Jujur, ia masih syok dengan kenyataan ini

"Assalamualaikum" ucap Wildan sembari mengetuk pintu rumah Nayra

"Waalaikumsalam, loh Wil?" Gumam Naura heran

Wildan menatap dalam Nayra, perasaanya tak karuan, dada nya bergemuruh tidak tentu, ingin rasanya Wildan memeluk erat Nayra tapi itu tidak bisa di lakukan.

Wildan mengambil kedua tangan Nayra, menggenggam erat tangannya
" Nay, kenapa kamu gak jujur sama aku?" Tanya Wildan
" Jujur apa Wil? Kamu aneh banget " jawab Nayra bingung
" Kamu gak bilang ke aku! Kamu nyembunyiin hal yang ga seharusnya kamu sembunyikan dari aku! Sejak kapan? Sejak kapan kamu kena kanker Nay?" Tanya Wildan tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja

"Wil..aku..aku cuman gak mau nyusahin kamu. Sekarang kamu pergi ya aku pengen istirahat" ucap Nayra sembari menutup pintu rumahnya namun ditahan oleh Wildan

"Cukup! Aku mau kamu jujur Nay! Aku..entah kenapa hati aku sakit denger ini. Kamu kok tega banget sih sama aku" ucap Wildan penuh emosi
" Kamu bukan siapa-siapa aku Wil. Kamu gak ada hak untuk tahu semua tentang aku. Pergi!"

"Nay aku gak tahu perasaan apa yang aku alami saat ini. Yang jelas aku ga mau kehilangan kamu. Aku gak mau!" Jawab Wildan

"Will, aku sayang sama kamu. Jangan coba buat aku naruh harapan lagi sama kamu. Aku mohon..kamu sayang sama Dinda. Tolong jaga dia, jangan sakiti dia."

" Aku sayang sama kamu nay..aku baru sadar itu. Aku mohon, jangan pergi."ucap Wildan dan langsung memeluk Naura begitu saja

"Hiks..." Tangis Nayra pecah saat itu juga

"Aku gak bisa Wil,maaf. Aku sakit, hidup aku udah gak lama lagi. Aku..aku seneng banget denger ini dari kamu. Tapi aku hanyalah umatNya yang hanya bisa berusaha tanpa tahu akhirnya nanti."
" Nay, kamu mimisan" ucap Wildan tiba-tiba
"Aku..aku gak apa-apa " ucap Naura berusaha mengendalikan tubuhnya yang sebentar lagi limbung.
Namun tak kira, tubuhnya jatuh begitu saja dalam dekapan Wildan.

"Nay..heyy..bangun. Nayra!!!" Wildan langsung memasuki Nayra ke mobilnya dan pergi ke rumah sakit

"Dok,tolong. Tolong selamatkan dia" ucap Wildan kepada dokter yang langsung membawa Mayra ke UGD

Wildan mondar-mandir menunggu keadaan Nayra di dalam,dengan perasaan yang tak karuan

"Ya Allah,tolong selamatkan dia. Aku mohon" ucap Wildan dalam hatinya

Beberapa jam kemudian,dokter keluar dengan nafas yang terengah dan wajah yang pasrah. Wildan tahu artinya, sangat tahu. Dia dokter, dia pernah merasakan hal ini.

"Dok...Nayra?" Tanya Wildan berkaca-kaca
"Ya, maafkan saya. Ibu Nayra tidak selamat. Penyakitnya sudah menyerang organ vitalnya sehingga ibu Nayra tak dapat bertahan lagi. Saya turut berduka,permisi." Ucap dokter itu dan melenggang pergi begitu saja

"Maaf..nay. maafin aku" Wildan melihat Naura yang terbujur kaku tak berdaya.

****
Tak terasa sudah 1 tahun Nayra pergi meninggalkanku, meninggalkan cintanya, dan membawa cintaku pergi dengannya. Bodohnya aku yang baru menyadari perasaanku ketika dia pergi. Tepat saat itu pula aku membatalkan pernikahanku dengan Adinda. Dia tahu bahwa perasaanku mulai berubah dan aku pun menyadarinya. Aku hanya berdoa supaya aku dipertemukan lagi dengan Nayra. Dengan cinta yang abadi.

                                         Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun