Â
Kenyataan tersebut menyatakan bahwa massa telah menjadi korban ideologi pemimpin. Ideologi yang disampaikan pemimpin diterima begitu saja tanpa dikritisi. Rasionalitas massa dalam konteks ini dibunuh. Mereka tidak lagi berpikir sacara komunal untuk menerima atau menolak ideologi tersebut. Kesempatan ini dapat digunakan untuk menentukan tindakkan yang harus diambil massa.Â
Â
Jika demikian situasi yang sedang dialami oleh bangsa ini, kemudia massa seperti apa yang mesti diwujudkan di tanah air ini. Armada menebutkan bahwa massa mesti menampilkan suatu gerakan bersama demi suatu maksud perdamaian. Massa mestinya menjadi cetusan kebersamaan dan keprihatinan.[16]
Â
Kebersamaan dan keprihatinan mesti lahir dari rasionalitas subjektif. Rasionalitas tersebut kemudian dikomunikasikan dengan yang lain. Dengan cara tersebut politik dapat terwujud sebagai diskursus yang indah. Politik bangsa ini akan dijalankan dengan rasionalitas yang relasional. Bukan dengan sentimentalitas massa yang irasional.
Â
Dalam konteks ini pemimpin akan memainkan perannya untuk mewujudkan kesejahteraan. Kepentingan umum pasti akan diutamakan. Massa hadir sebagai yang terlibat bukan sebagai alat, tetapi lebih sebagai bagian yang terlibat dalam pembangunan bangsa. Meski berada dalam keberagaman, kesatuan dapat diwujudkan oleh karena relasi berdasarkan resionalitas. Namun bagi Armada persoalan subjektivitas tetap menjadi persoalan massa. Hal ini disebabkan bahwa massa lebih digerakkan oleh seorang pemimpin atau bergerak berdasarkan teks tertentu.
Â
Realitas ini merupakan kelemahan massa. Pemimpin menjadi penentu kemana arah atau gerak massa. Untuk itu dalam hal ini, pemimpin yang berpedoman pada kebenaran sangatlah penting. Karena realitas massa yang bergantung pada pemimpin, maka pemimpin di sini mesti memiliki kemampuan untuk mendidik massa agar tidak jatuh dalam irasionalitas yang seringkali mejerat massa.
 Berhadapan dengan berita haox yang belakangan sering diungkapkan, tampak jelas bahwa bangsa ini membutuhkan seorang pemimpin yang berpedoman pada kebenaran. Pemimpin yang memanfaatkan hoax sebagai alat kontrol massa mesti diabaikan. Pemimpin demikian bukan mendidik masyarakat tetapi membodohi masyarakat.