Mohon tunggu...
salsanursabila
salsanursabila Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Hobi mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Boneka Salju

21 November 2024   14:00 Diperbarui: 21 November 2024   14:01 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di saat ia sedang menangis histeris tiba-tiba di belakang nya ada pria yang tadi telah membuntuti mereka sedang memegang pisau yang telah berdarah, ibu yang melihatnya ketakutan. Ia meminta tolong, tetapi di sana tidak ada orang lain kecuali mereka. Si ibu berusaha untuk kabur, namun ia kalah cepat dengan si pria berjaket hitam itu, pria itu menusuk si ibu dengan brutalnya seperti orang yang kesetanan.


Dan kejadian itu di saksikan oleh anak sulungnya, karena tadi ketika mereka sedang bermain boneka salju tiba tiba mereka mendengar teriakan orang histeris. Si kakak yang mengetahui itu seperti teriakan ibunya ia meminta kepada adiknya untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. "dek masuk ke mobil duluan yaa, kakak mau nyamperin ibu sama ayah dulu, jangan dulu keluar sebelum kakak datang yaa,inget!!."  "iya kak, tapi cepat yaa". Ucap sang adik.


Di tengah ingin menyusul orang tuanya, si kakak mendengar suara orang minta tolong yang suaranya tidak jauh dari tempat dia, ia dengan hati- hati mengendap-ngendap untuk mengetahui siapa yang meminta tolong itu. Di balik pohon ia melihat orang yang meminta tolong itu ibunya dan disana juga ada seorang pria yang sedang memegang pisau seperti akan menyelakai ibunya. Ia pun syok melihat itu apalagi di sana ia melihat sang ayah sudah terkapar tak berdaya. Ia ketakutan tanpa sadar ia mengeluarkan suara lirih "ibuuu, ayahhh." Ucapnya sambil menangis, refleks ia menutup mulutnya. Tetapi si pria itu mendengar suaranya, dengan cepat si pria menghabisi si ibu.


Setelah  kakak ketahuan oleh si pria,  ia pun dengan cepat berlari ke arah mobil. Ia masuk kedalam mobil dan mengunci semua pintu mobil dengan terburu buru. Si adik yang melihat tingkah kakaknya pun kebingungan. "Kak kenapa??, terus ibu sama ayah mana??" tanyanya dengan bingung. "udah dek sekarang kamu masuk ke lemari di sana sekarang cepet!!" dengan tergesa gesa si adik masuk ke dalam lemari kecil di dalam mobil walaupun bingung ia turuti apa kata kakaknya, dan dengan panik si kakak mengunci lemari itu dan dia bersembunyi di bawah kursi.


"sheett, sheeettt" terdengar suara gesekan pisau di luar mobil. Di sana si pria melihat mobil campervan itu dan mengetuk ngetuk kaca mobilnya, ia seperti psikopat yang terobsesi untuk membunuh orang. Tidak membutuhkan waktu lama ia memecahkan kaca jendela mobil dan membuka kuncinya dari dalam, ia masuk sambil bersiul dan menggesekkan pisau, ia sangat menikmati suasana ini. Dia mencari keberadaan mangsa kecilnya, ia mencari ke arah lemari dan berusaha membukanya, tetapi di kunci, menggunakan pisau nya ia berusaha merusak lemari itu. Si kakak yang melihat adiknya terancam ia terpaksa mengeluarkan suara yang dengan cepat si pria menengok dan menemukannya di bawah kursi lalu menariknya keluar.

Si adik diam-diam mengintip dari lubang kunci di sana ia melihat si pria yang sedang menyiksa kakaknya, matanya terbelalak melihat kakaknya sedang di bunuh secara brutal oleh seorang pria tak di kenal. Ia menangis sambil menutup mulutnya, ia sangat syok dengan apa yang dia lihat. Si pria yang hanya mengetahui keberadaan si kakak pun membuka maskernya karena ia berpikir hanya ada satu anak di keluarga ini, setelah ia membunuhnya ia pun langsung pergi dengan membawa jasad-jasadnya, entah apa yang akan di lakukannya.

Tak lama kemudian tempat itu pun menjadi TKP di sana sudah ada banyak dari polisi, forensik dan wartawan dan juga sudah di kerumuni warga sekitar sana. Mereka yang melihatnya bergidik ngeri dengan apa yang terjadi, dan warga di sana pun jadi takut karena telah terjadi pembunuhan di sana. Detektif yang menangani kasus ini pun sedang melihat keadaan di sana dan ia berusaha untuk berkomunikasi dengan korban yang selamat yaitu si adik, yang sekarang masih syok ia pun diam saja ketika di tanya oleh sang detektif, detektif pun memakluminya.


Di kantor polisi dengan keadaan yang sama si adik masih diam, dia tidak mau berbicara dengan siapapun. Detektif yang melihatnya pun turut prihatin, ia membelikannya makanan namun sampai sekarang belum di makan oleh si adik. Pak detektif sedang berpikir siapa pelakunya karena dari data tim forensik belum menemukan buktinya, sidik jari pun tidak ada. Sepertinya pelaku kali ini sangat cerdik atau mungkin ini bukan pertama kalinya bagi di pelaku pikir si detektif.


Si adik yang dari tadi bengong ia mulai terpaku kepada papan iklan yang ada di sana, matanya melotot menandakan ia terkejut dan dengan histeris ia mulai menangis ketakutan. Ketika di tanya oleh detektif si adik pun menunjuk ke papan iklan tersebut. Di papan iklan terlihat seorang dokter pria yang ahli dalam oprasi. Melihat mungkin itu sebuah petunjuk, si detektif pun meminta data alamat lengkap.dokter itu.


Tidak butuh waktu lama detektif bersama polisi-polisi lain telah sampai di rumah yang dekat dengan TKP, itu adalah rumah sepasang suami istri yang istrinya sedang mengandung. Sepasang suami istri yang melihat banyak polisi di luar pun kebingungan kenapa banyak polisi di luar sana, mereka pun keluar untuk melihat situasi."pak anda di tangkap atas pembunuhan, anda dapat memanggil pengacara dan berhak diam." Ucap polisi dengan menodongkan pisau. "pak ini kenapa ya?, suami saya gak mungkin membunuh orang pak". Ucap si istri dengan nada khawatir. Detektif memanggil beberapa petugas untuk menggeledah rumahnya untuk menemukan barang bukti, namun nihil tidak ada barang bukti di sana, bercak darah pun tak.di temukan.


Ketua polisi yang melihat tidak adanya barang bukti dan salah dalam menduga pelaku itu pun memerintahkan agar membuka borgolnya dan meminta maaf karena terjadi kesalahan. Si adik yang melihatnya pun teriak "BOHONGG! BOHONG! Dia penjahatnya, dia yang telah membunuh kakak!!!". Teriak si adik dengan penuh amarah. Detektif yang melihatnya pun meminta waktu kepada ketua untuk mencari lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun