Mohon tunggu...
Salsabila Shafiyah
Salsabila Shafiyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pelajar

Learn to appreciate a process for a change

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Penantian

24 Februari 2021   06:28 Diperbarui: 24 Februari 2021   06:54 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


Awan-awan menyelimuti langit yang berwarnakan gelap disandingkan dengan gemercik rintik air menetes satu demi satu membasahi dedaunan. Redupnya sinar matahari digantikan dengan sinar rembulan menemani seorang gadis sembari menatap berkilaunya cahaya dari  bintang-bintang dimalam itu.

Alunan musik terdengar dari suatu kotak kecil yang berisikan miniatur wanita sedang menari dan berputar-putar.

Setiap malam hanya gadis itu hanya berdiam seorang diri dengan musik yang bergeming dalam kamarnya. Gadis itu bernama Maura berasal dari keluarga yang serba berkecukupan, semua yang diinginkannya pasti akan dipenuhi oleh kedua orangtuanya. Dia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Tetapi semakin bertambahnya umur dan semakin dewasa hanya Maura saja yang sangat diperlakukan berbeda dengan saudara lainnya.

"Maura ayoo keluar dari kamar, jangan hanya diam saja!" seru sang Ibu.

"Baik bu, sebentar lagi Maura akan turun ke bawah," jawab Maura sembari bergegas keluar kamar.

Kamar Maura memang terletak di lantai dua, dengan sebuah dekorasi yang begitu khas. Semua ia kerjakan sendiri dengan fashion dan style yang unik menggunakan ornamen klasik. Dengan begitu, Maura sangat nyaman diam di dalam kamarnya itu. Sampai kadang-kadang dari pagi sampai siang, ia tak menampakkan batang hidungnya.
Maura melihat ada Ayah, Ibu, dan sang adik yaitu Angga tengah menunggu Maura untuk sarapan bersama yang telah menjadi rutinitas setiap pagi di keluarga.

"Ayo sayang kita sarapan" ujar sang ayah dengan nada yang lembut.

"Iyaa siap yah, aku pun sudah lapar sekali" balas Angga yang sudah tidak menahan lapar.

Mereka sarapan bersama dengan makanan yang sangat lezat dan berkualitas. Karena orang tua Maura ingin semuanya mendapatkan hal terbaik bagi anak-anaknya. Semua dari hal terkecil sampai terbesar pun pasti sudah dipersiapkan dengan baik. Maka dari itu mereka sedari kecil menjadi pribadi yang manja.

Setelah itu, Taufik yakni ayah Maura bersiap untuk pergi bekerja yang berprofesi sebagai tentara. Sedangkan ibunya bekerja sebagai guru di SMP yang dekat dengan rumahnya. Dan Angga pun sekarang sudah menginjak kelas 7 SMP di tempat ibunya bekerja.

Sekarang Maura pun ikut bergegas mempersiapkan semua alat tulis untuk pergi ke sekolah. Tidak lupa ia selalu berpamitan kepada kedua orang tuanya. Waktu tempuh dari rumah menuju sekolah berkisar 40 menit, dengan menggunakan sepeda. Maura bukan sosok yang manja, karena bagaimanapun ia berpikir untuk mandiri dalam segala hal.

Setelah sampai di sekolah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Bibir Maura tak terasa langsung naik merekah, dengan melihat perilaku lucu yang dilakukan sahabatnya.

"Hai selamat pagi Maura sayangku cintaku," ucap Shyla sambil tertawa terbahak-bahak.

"Ehh Shyla ada ada aja kamu tuh," jawab Maura dengan suara yang terdengar bahagia dengan lelucon temannya itu.

"Sini Ra kita ngobrol-ngobrol dulu sebelum bel masuk nih, si Marco dari tadi bahas yang aneh-aneh mulu jadi bikin ketawa terus kan," ujar Windy dengan candaannya.

"Awas jangan sampe kebablasan, sebentar lagi pasti bel masuk bunyi," ujar Fandi mengingatkan yang lain selaku ketua kelas.

Ternyata tidak lama kemudian bel masuk kelas pun berbunyi. Semua siswa terbirit-birit duduk di bangkunya masing-masing. Kagiatan belajar mengajar Maura berjalan dengan baik seperti biasanya. Maura merupakan salah satu siswa yang sangat ambisius agar mendapatkan nilai yang tinggi dakam semua mata pelajaran. Tidak heran jika dari TK hingga sekarang kelas 12 SMA ini ia selalu masuk peringkat ke 3 besar.

Teng.. Teng.. Teng..

Bel istirahat pun berbunyi, bel yang sudah dinanti nanti para siswa dan siswi setiap harinya. Dengan cepat semua siswa dan siswi berhamburan menuju kantin untuk mengisi perutnya dan menenangkan otaknya yang sudah panas bergejolak karena pelajarannya yang sangat sulit. Begitu pun dengan Maura dan sahabat serta temannya, mereka langsung menuju kantin. Maura dan sahabatnya tertuju ke warung bakso langganannya. Selagi makan bakso kesukaannya, mereka berbincang membicarakan berbagai hal mulai dari pelajaran yang sudah lewat sampai membahas hal-hal lucu lainnya.

"Ra sekarang gimana kabar Kak Haikal?" Tanya Windi pada Maura.

"Dua hari lalu aku telponan, kabarnya disana baik-baik aja kok Win" jawab Maura dengan tenang.

Sahabat Maura sudah tak asing lagi dengan Kak Haikal yang tak lain adalah kakak kandung Maura yang sedang bertugas di rumah sakit Singapura. Benar sekali, Kak Haikal sekarang sudah menjadi dokter yang profesional dan memiliki banyak prestasi. Kehadirannya sangat dinantikan banyak orang, dan Maura pun sangat merindukan kakak kesayangannya.

Kakak Maura juga salah satu alumni di sekolahnya. Ia menjadi panutan untuk adik kelasnya, karena Haikal sering mengisi acara atau webinar yang diadakan di SMA tanpa bayaran. Maka dari itu semua orang mengagumi sosok Haikal. Selain itu, kepintaran Haikal dan Maura bagai pinang dibelah dua.

Pada pukul 15.00 sebelum suara bel berbunyi, sudah ada siswa yang keluar kelas karena jam pelajaran pun habis. Seperti biasa Maura pergi melewati lorong kelas menuju parkiran yang berada disebelah lobby. Tetapi langkah Maura terhenti, ada sesuatu yang membuatnya tertarik. Ia melihat sebuah poster lomba melukis tingkat provinsi. Tak perlu pikir panjang lagi, Maura mengambil lebaran poster itu sembari berlari untuk mengambil sepeda di parkiran dan bergegas pulang ke rumah.

Sepanjang jalan senyum Maura tak pudar sedikit pun. Ini merupakan salah satu sumber semangat dan kebahagiaannya. Ia harus mengabari sang kakak dengan adanya info lomba melukis tersebut.

Setibanya di rumah Maura dengan cepat menyimpan sepeda di garasi dan lari naik ke atas. Dia langsung mandi karena baju seragamnya kotor terkena air kubangan. Berniat untuk menelpon Haikal sedari sekolah, tak lama kemudian ternyata Maura dapat telpon dari Singapura yang tak lain adalah Haikal.

"Assalamu'alaikum Ara," ucap salam dari Haikal.

"Wa'alaikumussalam kakakku tersayang," jawab Maura penuh rasa gembira.

"Kayaknya kamu lagi seneng yaa Ra? Ada kabar apaan nih yang bikin kamu segembira ini?" Tanya Haikal.

"Kak tadi aku liat ada poster lomba melukis, sumpah ini kesempatan bagus banget.. Aku mau ikut lomba ini kak," ujar Maura dengan penuh harap.

"Itu berita yang bagus, kamu harus ikut Ra. Kakak pasti dukung penuh kamu, jangan takut tentang aoa-apa." ujar Haikal.

"Oke kak, nanti aku pasti ikutan. Makasih yaa kak buat semuanya," ucap Maura penuh haru.

Haikal sangat mengetahui apa yang disukai Maura sejak kecil, bahkan hal terkecil yang tidak disukainya pun ia pasti tahu. Karena selama tinggal di rumah Haikal yang memperhatikan Maura, adik perempuan satu-satunya. Ia pasti tidak akan rela jika nanti ada sesuatu yang akan merenggut kebahagiaannya itu. Maura ternyata pernah mengidap penyakit jantung dari umur 5 tahun, dan Haikal pun baru mengetahuinya setelah 1 tahun. Tapi, pada akhirnya saat umur 16 tahun Maura dioperasi. Sebab itu Haikal bertekad ingin menjadi seorang dokter, dan kini semuanya cita-citanya terwujud. Karena ia tidak mau melihat anggota keluarganya sakit parah seperti Maura dahulu. 

Keesokan harinya...

Seperti biasa pagi-pagi pukul 7 Maura pergi sekolah. Saat di sekolah, Maura menabrak seorang perempuan yang tidak ia kenal. Ternyata benar bahwa perempuan itu adalah murid baru yang menduduki kelas 12 sama sepertinya. Akhirnya mereka berkenalan, murid baru itu bernama Lusi yang merupakan murid pindahan dari sekolah di Makassar dan sekarang tinggal di Jakarta seorang diri. Maura pun terkejut, setelah mengetahui bahwa Lusi ini juga sangat pintar menggambar dan juga melukis. Maura senang sekarang ada teman baru yang mempunyai hobi yang sama dengannya. Tak lupa, ia memberi tahu, bahwa sebentar lagi akan ada lomba melukis. Dan sudah pasti Lusi pun mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba itu.

"Lusi nanti kita diskusi bareng-bareng yuk buat bahas lomba ini," ujar Maura.
"Boleh banget Ra, mungkin nanti kita bisa ketemu lagi kalau ada waktu luang yaa," ucap Lusi.

Setelah berbincang-bincang dengan Lusi tadi pagi. Kini Maura ada kegiatan ekstrakulikuler kesenian karena bulan depan akan ada acara yang diselenggarakan oleh sekolah. Dan Maura menjadi salah satu pengisi acara tersebut.

Siang sudah berganti menjadi malam, waktu terus berjalan. Maura akhirnya baru bisa pulang ke rumah, sedari tadi pembahasan di organisasi itu sangat banyak sekali, ditambah ia harus latihan terlebih dahulu.

Beberapa hari kemudian..

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Maura kini telah tiba. Mungkin dari malam ia tidak bisa tidur, karena menunggu hari yang sangat dinantikannya selama bertahun tahun. Ketika menunaikan ibadah pun, ia tak kuasa menahan tangis bahagia.
Maura pergi ke tempat lomba itu seorang diri saja, Lusi telah menunggunya langsung disana. Kebetulan tempatnya lebih dekat dengan rumah Lusi. Meskipun jaraknya terbilang dekat, tapi Lusi tak mau jika terlalu santai dan terlambat. Ia tidak memiliki orang tua, maka dari itu ia berhasil sampai di Jakarta dengan beasiswa dan menjadi seorang yang mandiri.

Sesampainya Maura di tempat acara itu, terlihat banyak sekali orang-orang yang berkumpul bahkan ditemani oleh keluarganya. Mungkin bagi Maura dan Lusi terasa menyakitkan, tapi semuanya harus dilewati. Maura tak ingin seperti bagai alu pencungkil duri yang telah ia rasakan dari dulu. Kini ia harus mematahkan kata-kata itu dan dibuktikan pada keluarganya.

Pukul 13.00 seluruh peserta lomba dikenankan untuk keluar dari ruangan agar bisa beristirahat. Pengumuman hasil lombi ini akan disampaikan 1 jam kemudian. 

"Lusi semoga kita bisa dapatkan medali dan piala itu yaa," ujar Maura penuh harap.

"Ya semoga saja, sekarang kita hanya perlu berdo'a untuk yang terbaik," ucap Lusi.

Detik-detik pengumuman hasil akan segera dimulai. Ternyata Haikal menelepon Maura menanyakan bagaimana hasilnya. Agar Haikal bisa melihat acara itu dari jauh mereka melakukan panggilan video. Tak lama kemudian nama Lusi terpanggil, ia mendapatkan juara ke 3. Maura senang mendengarnya, tapi ia juga khawatir jika tidak berhasil mendapatkan juara itu.

"Juara pertama dari lomba melukis tingkat provinsi yaotu jatuh kepada Maura Ranti." ucap pembawa acara itu.

"Alhamdulillah kak, akhirnya aku bisa juara 1" ucap Muara sembari menangis tersedu-sedu karena saking bahagia.

"Kamu bisa membuktikannya pada Ibu," ucap Haikal dengan rasa bahagia. Dan Maura hanya mengangguk saja.

"Ayo Maura naik ke panggung, Maura, Mauraaa!" Seru seluruh orang ayng ada diruangan itu untuk menyemangati Maura.

Lalu Maura naik ke panggung dan mengambil penghargaannya. Rasa tak percaya itu masih ada, tapi ini semua nyata adanya. Seluruh pemenang mengabadikan momen tersebut dengan berfoto.

Sekarang sudah menunjukkan pukul 15.00 semua cara telah selesai. Maura dan Lusi berpisah di tempat, mereka pulang ke rumah masing-masing. Saat di perjalanan pulang, rasanya tak sabar memberi tahukan pada ibu, ayah, dan Angga, serta sahabat-sahabatnya juga.

"Ibu, ibu... Aku berhasil mendapatkan juara 1 lomba melukis dan ini hasilnya," sembari menunjukkan karyanya itu.

"Selamat nak untuk pencapaiannya," Sonya hanya tertegun dan mengucapkan satu kalimat itu saja.

"Terima kasih bu. Akhirnya semua penantian aku terwujud," ucap Maura dengan rasa yang campur aduk.

Maura langsung naik ke kamarnya, meskipun tanggapan ibunya itu tidak sesuai ekspetasi tetapi ia bangga pada diri sendiri. Ia tidak terlalu sedih karena tahu bahwa ayah, kakak, dan adiknya pasti senang sekali dan bangga padanya.
Ternyata benar, sepulang kerja ayahnya membawakannya hadiah berbagai alat-alat untuk melukis dan menggambar. Adiknya pun mengucapkan selamat padanya. Semua itu pun berkat motivasi yabg diberikan oleh orang-orang tersayangnya. Terutama Lusi yang telah menyadarkan bahwa ia bisa suskes walaupun tidak ada keluarga yang mendukungnya. Yang ia lakukan bagaikan lempar batu sembunyi tangan. Maura dan Lusi baru saja berteman dari beberapa hari yang lalu, tapi itu semua membawa pengaruh yang besar untuk Maura. 

Ibu Maura dengan tiba-tiba memanggilnya untuk keluar rumah dan menunggunya di taman belakang rumah. Sangat tidak biasanya Sonya ingin ditemani oleh Maura saat malam di luar rumah. Ketika Muara keluar rumah, terdapat sebuah kado yang sangat mewah tersimpan di atas meja.

"Maura sini nak, ibu punya sesuatu buat kamu," ujar Sonya pada Maura.

"Iyaa bu, ada apa semua ini?" tanya Maura, karena ibu tudak pernah melakukan ini semenjak beberapa tahun lalu.

"Ini hadiah karena kamu telah memenangkan lomba itu sayang," ujar sang ibu yang mulai meneteskan air matanya.

"Terima kasih banyak bu untuk hadiahnya," jawab Maura yang sangat tak kuasa menahan tangis.

Tak lama kemudian sang Ayah, Haikal, dan Angga, beserta sahabat-sahabat Maura datang, untuk memberikan kejutan. Maura tak menyangka debgan semua ini, dalam hati ia berkata bahwa semua ini adalah anugerah yang paling dangat berharga bagi dirinya yang tak akan pernah dilupakan selama-lamanya. 

Sonya menceritakan semuanya, selama ini ia sudah tidak adil dalam memberikan sesuatu pada anak-anaknya. Terutama Maura, mungkin sedari kecil Maura yang paling dijaga dan dirawat. Tapi setelah sembuh dari sakit, ibunya bersikap berbeda padanya, karena Sonya merasa lelah dan berbuat salah pada Maura dan keluarganya yang telah membeda-bedakan segalanya.

Semua ini telah direncanakan oleh Haikal, dan ia juga yang telah menyadarkan ibunya karena selama ini yang diperbuat ibunya salah. Dan telah menghalangi kesuksesan anaknya yang memiliki bakat yang sangat luar biasa. Sonya pun tak memungkirinya, Maura punya bakat yang bagus dan penantian dari kecil kini telah tercapai.

Rasa bangga semua orang yang disayangi Maura tak terbataskan. Sejak datang sahabat dan temannya ke rumah pada malam itu, Maura sangat merasa bersyukur, semua yang ia alami selama ini, mulai dari masalah keluarga, pertemanan, hingga mendapatkan seorang teman baru yang sangat berpengaruh pada kehidupannya sekarang. Jangan sia-siakan orang yang sayang dan mendukung kita dalam keadaan apapun. Karena kita akan sangat dihargai, disayangi, dan dicintai oleh orang yang benar-benar tepat untuk kita, baik dulu, saat ini, dan masa depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun