Detik-detik pengumuman hasil akan segera dimulai. Ternyata Haikal menelepon Maura menanyakan bagaimana hasilnya. Agar Haikal bisa melihat acara itu dari jauh mereka melakukan panggilan video. Tak lama kemudian nama Lusi terpanggil, ia mendapatkan juara ke 3. Maura senang mendengarnya, tapi ia juga khawatir jika tidak berhasil mendapatkan juara itu.
"Juara pertama dari lomba melukis tingkat provinsi yaotu jatuh kepada Maura Ranti." ucap pembawa acara itu.
"Alhamdulillah kak, akhirnya aku bisa juara 1" ucap Muara sembari menangis tersedu-sedu karena saking bahagia.
"Kamu bisa membuktikannya pada Ibu," ucap Haikal dengan rasa bahagia. Dan Maura hanya mengangguk saja.
"Ayo Maura naik ke panggung, Maura, Mauraaa!" Seru seluruh orang ayng ada diruangan itu untuk menyemangati Maura.
Lalu Maura naik ke panggung dan mengambil penghargaannya. Rasa tak percaya itu masih ada, tapi ini semua nyata adanya. Seluruh pemenang mengabadikan momen tersebut dengan berfoto.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 15.00 semua cara telah selesai. Maura dan Lusi berpisah di tempat, mereka pulang ke rumah masing-masing. Saat di perjalanan pulang, rasanya tak sabar memberi tahukan pada ibu, ayah, dan Angga, serta sahabat-sahabatnya juga.
"Ibu, ibu... Aku berhasil mendapatkan juara 1 lomba melukis dan ini hasilnya," sembari menunjukkan karyanya itu.
"Selamat nak untuk pencapaiannya," Sonya hanya tertegun dan mengucapkan satu kalimat itu saja.
"Terima kasih bu. Akhirnya semua penantian aku terwujud," ucap Maura dengan rasa yang campur aduk.
Maura langsung naik ke kamarnya, meskipun tanggapan ibunya itu tidak sesuai ekspetasi tetapi ia bangga pada diri sendiri. Ia tidak terlalu sedih karena tahu bahwa ayah, kakak, dan adiknya pasti senang sekali dan bangga padanya.
Ternyata benar, sepulang kerja ayahnya membawakannya hadiah berbagai alat-alat untuk melukis dan menggambar. Adiknya pun mengucapkan selamat padanya. Semua itu pun berkat motivasi yabg diberikan oleh orang-orang tersayangnya. Terutama Lusi yang telah menyadarkan bahwa ia bisa suskes walaupun tidak ada keluarga yang mendukungnya. Yang ia lakukan bagaikan lempar batu sembunyi tangan. Maura dan Lusi baru saja berteman dari beberapa hari yang lalu, tapi itu semua membawa pengaruh yang besar untuk Maura.Â