"Tapi bu itu mahal sekali mana mungkin aku minta uang ke ibu segitu."Jawabku.   Â
 "Tidak apa Nak, kami akan mencari uang untukmu berobat. Ibu yakin kamu bisa masuk AKMIL." Kata ibu sambil menengok ayah yang juga mengangguk.
Aku yang mendengar jawaban kedua orang tua ku merasa senang. Tapi apakah hati ini sanggup melihat kedua orang tua ku bekerja keras demi menggapai mimpiku. Dan pikiranku pun bertanya tanya apakah aku sendiri sudah melakukan perjuangan untuk menggapai mimpiku seperi yang dilakukan orang tua ku?. Dari situ aku menyadari dan mulai mengejar mimpiku. Mulai dari melakukan latihan fisik sampai dengan mengikuti latihan akademik.
***
Pagi pun tiba, aku seperti biasa berangkat ke sekolah. Disekolah ku rutin 1 bulan sekali ada bimbingan dari guru BK, pada bimbingan kali ini membahas masa depan yang berawal dari mimpi.
Guru BK menanyai satu persatu siswa tentang apa cita citanya. Sekarang giliranku.
  "Raka setelah lulus kamu mau kuliah dimana?"
  "Mau masuk AKMIL buk." Aku pun menjawab.
  "Mana bisa kamu masuk AKMIL, ngebedain warna aja gak bisa." Saut seseorang yang terdengar dari belakang diiringi suara tawaan.
 Aku hanya terdiam mendengar tawaan mereka, tapi aku ingat perkataan seseorang .
  "Jika mimpimu belum ditertawakan orang lain artinya mimpimu masih rendah." Seketika itu rasa sedih hatiku menjadi rasa gembira, yang artinya mimpiku sudah tinggi.