Mohon tunggu...
Salsabila Ahsani Hanifah
Salsabila Ahsani Hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mencoba menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rasionalitas, Emosionalitas, dan Irasionalitas: Bagaimana Manusia Berpikir dan Mengambil Keputusan

8 Januari 2025   19:15 Diperbarui: 8 Januari 2025   19:08 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: FREEPIK/3d-rendering-human-brain-concept_45125544

Dinamika Pemikiran Manusia

Pemikiran manusia adalah sebuah proses rumit yang terdiri atas pikiran, perasaan, dan kepribadian. Setiap orang memiliki cara berpikir yang berbeda-beda. Seperti tenunan kaya yang terdiri dari benang analisis rasional, intuisi emosional, dan (kadang-kadang) impuls irasional, ketiga jenis pemikiran ini memainkan peran yang berbeda dalam hidup kita. Kita berpikir untuk mengambil keputusan, entah itu dalam hal penting seperti hubungan, pertumbuhan pribadi, sampai keputusan sepele seperti apa yang mau kita makan hari ini. Dengan mengeksplorasi interaksi ketiga hal tersebut bersama aspek kesadaran serta konsep kecerdasan emosional, kita dapat memahami lebih dalam bagaimana hati dan pikiran bekerja bersama.

Rasionalitas dan Emosionalitas: Cara Dasar Manusia Mengolah Informasi

Rasionalitas

Kata “Rasional” sering didefinisikan sebagai ‘logis’, dan didasarkan pada ‘penalaran’.

Cara berpikir rasional melibatkan penalaran logis, penilaian berdasarkan bukti, dan pemecahan masalah yang melibatkan proses sadar. Pemikiran rasional dibentuk oleh pengetahuan, pengalaman, dan pembelajaran. Cara berpikir ini adalah hasil dari perkembangan kognitif dan interaksi sosial kita sehari-hari. Berpikir rasional memungkinkan kita untuk menganalisis situasi secara objektif, memprioritaskan tujuan, dan membuat rencana secara efektif. 

Emosionalitas

Berbanding dari pemikiran rasional, pemikiran emosional kerap didefinisikan sebagai “perasaan”.

Cara berpikir emosional berasal dari perasaan dan respons naluriah kita. Pemikiran ini bersifat langsung, sering kali didorong oleh bagaimana situasi selaras dengan keinginan, ketakutan, atau nilai-nilai pribadi kita. Tidak seperti pemikiran rasional, pemikiran emosional bersifat pribadi dan autentik, karena mencerminkan dunia batin kita. 

Dari definisi di atas, mudah untuk menyimpulkan bahwa kedua cara berpikir ini berjalan bertentangan. Namun, kenyataan justru berkata sebaliknya.

Emosi dan pikiran bukanlah dua konsep yang sepenuhnya terpisah, melainkan dua bentuk konsep yang saling terjalin. Penelitian neurosains menunjukkan bahwa emosi secara signifikan mempengaruhi fungsi kognitif seperti memori, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. Sebagai contoh, amigdala, wilayah otak yang terkait dengan emosi, seringkali berkolaborasi dengan korteks prefrontal, yang bertanggung jawab atas pemikiran rasional.

Emosi berfungsi sebagai dasar dari pengalaman manusia, yang berakar kuat pada sifat alamiah kita. Emosi bersifat autentik dan naluriah, yang mencerminkan nilai-nilai inti dan identitas kita. Rasionalitas, di sisi lain, adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan diasah melalui pengalaman hidup dan interaksi sosial. Sementara emosi menyediakan data mentah dari dunia batin kita, rasionalitas membantu kita memproses dan menyalurkan emosi ini menjadi tindakan yang konstruktif.

Pikiran Sadar vs Ketidaksadaran

Pikiran kita beroperasi pada dua tingkat utama: pikiran sadar dan tidak sadar. 

Pikiran sadar meliputi tindakan dan keputusan yang disengaja, yang sering dikaitkan dengan rasionalitas. Sebaliknya, proses bawah sadar mempengaruhi naluri, emosi, dan bias kita, yang membentuk sebagian besar pemikiran emosional dan, terkadang, irasional kita.

Namun, bagaimana jika bukan itu yang selalu terjadi?

Meski emosionalitas dan rasionalitas kerap dikelompokkan berdasarkan dua kategori tersebut, nyatanya kedua hal ini bisa terjadi di dua tempat tersebut. Sebagai contoh, ketika kita memiliki sebuah masalah yang memerlukan solusi, kita akan berpikir secara sadar untuk menemukan penyelesaian tersebut. Meski begitu, penyelesaian yang muncul terkadang juga bisa muncul secara tiba-tiba dan tanpa dasar yang konkrit. Bukti dari konsep ini bisa kita lihat dari para peneliti terkenal seperti teori relativitas Albert Einstein yang ia dapatkan dari sebuah inspirasi yang muncul tiba-tiba. Jadi, proses berpikir rasional atau logis bisa terjadi sebagai proses sadar maupun tidak sadar. Proses bawah sadar otak manusia adalah bagian dari kejeniusan dan kehebatan pikiran manusia. Pola yang sama dari proses dan pengaruh bawah sadar ini juga terlihat dalam emosi manusia. 

Sebagai contoh, kita mungkin merasakan perasaan senang ketika mendapatkan pujian dari orang lain. Perasaan senang yang kita rasakan adalah proses sadar karena kita mengetahui alasan dari perasaan senang itu, yang mana karena kita mendapatkan pujian. Disisi lain, kita mungkin memiliki firasat atau perasaan ragu yang tidak benar-benar bisa kita jelaskan. Kita mengetahui betul bahwa kita sepenuhnya memiliki perasaan tersebut, namun tidak bisa sepenuhnya menjelaskan alasan kita merasakan perasaan tersebut. Satu hal pasti yang terjadi pada saat itu adalah perasaan tersebut diproses oleh pikiran bawah sadar kita (yang mana tidak bisa kita akses sepenuhnya). Jadi, emosi merupakan hal yang dapat disadari maupun tidak disadari. Bahkan emosi yang kita rasakan juga bisa bersifat rasional atau tidak rasional. 

Kemudian, ada lagi satu konsep selain rasionalitas dan emosionalitas yang terjadi dalam diri kita.

Irasionalitas: Ketika Emosionalitas Menghapuskan Rasionalitas

Emosionalitas bukanlah lawan kata dari rasionalitas. Mereka berdua, seperti yang sudah dijelaskan tadi, merupakan dua sistem dasar yang hadir melengkapi satu sama lain. Namun, apabila faktor perasaan mengabaikan pertimbangan rasional, maka itulah irasionalitas.

Irasionalitas adalah kecenderungan untuk berpikir, bertindak, atau berbicara tanpa rasionalitas. Hal ini sering kali muncul dari bias, ketakutan, atau informasi yang tidak lengkap. Cara pikir irasional dapat menyebabkan pengambilan keputusan dan penalaran yang tidak optimal, dan sering kali ditandai dengan bias kognitif. 

Meskipun biasanya dianggap sebagai penghalang, pemikiran irasonal juga dapat menawarkan jendela ke alam bawah sadar karena pemikiran irasional sering kali berasal dari ketakutan bawah sadar, bias, atau luka emosional. 

Sebagai contoh, ketika seseorang memiliki ketakutan untuk berbicara di depan umum, seseorang tersebut secara tidak rasional percaya bahwa mereka akan gagal meskipun telah melakukan persiapan yang matang.

Contoh lainnya dari pemikiran irasional, ketakutan akan kegagalan dapat mencegah seseorang mengejar peluang yang berarti. Namun dengan mengakui ketakutan irasional ini, mereka dapat menghadapinya dan membuka jalan menuju pertumbuhan. Memahami asal-usul pemikiran irasional adalah kunci untuk mengurangi efek negatifnya. 

Salah satu cara untuk mengurangi pemikiran irasional serta menyeimbangkan rasionalitas dan emosional adalah dengan mengembangkan kecerdasan emosional.

Menghindari Irasionalitas dengan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional (emotional intelligence; EI, atau juga bisa direferensikan dengan emotional quotient; EQ) adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi—baik emosi kita sendiri maupun emosi orang lain. Kemampuan ini dapat bertindak sebagai jembatan yang menyelaraskan pemikiran rasional dan emosional kita untuk meningkatkan pengambilan keputusan, hubungan, dan ketahanan pribadi.

Komponen utama kecerdasan emosional meliputi:

  • Kesadaran diri: Mengenali dan memahami emosi diri.

  • Pengendalian diri: Mengelola reaksi emosional secara konstruktif.

  • Motivasi: Menyelaraskan emosi dengan tujuan dan nilai.

  • Empati: Mengenali dan menghormati emosi orang lain.

  • Keterampilan sosial: Membangun hubungan yang bermakna dan kooperatif.

Dengan mengembangkan EI, kita dapat menavigasi kompleksitas pikiran dan emosi, mendorong pola pikir yang seimbang dan adaptif.

Cara Mengembangkan Kecerdasan Emosional

Beberapa cara dapat dilakukan untuk melatih dan mengembangkan kecerdasan emosional, diantaranya:

  • Menerima kritik dan tanggung jawab

  • Tetap melanjutkan hidup setelah melakukan kesalahan

  • Mampu mengatakan tidak ketika diperlukan

  • Mampu berbagi perasaan dengan orang lain

  • Memecahkan masalah dengan cara yang cocok untuk semua orang

  • Memiliki empati terhadap orang lain

  • Memiliki keterampilan mendengar yang baik

  • Mengetahui dan menyadari alasan melakukan hal-hal yang dilakukan

  • Tidak mudah  menghakimi orang lain

Dengan melakukan kegiatan-kegiatan diatas, sedikit demi sedikit kecerdasan emosional kita akan terlatih sehingga kita bisa menjalani hari-hari dengan lebih baik dan bijaksana.

Kesimpulan

Pemikiran rasional, emosional, dan irasional masing-masing memberikan kontribusi tersendiri terhadap pemahaman kita tentang dunia dan diri kita sendiri. Emosi menghubungkan kita dengan sifat autentik kita, sementara rasionalitas memberikan kita kesempatan untuk menavigasi hidup dengan kejelasan dan tujuan. Bahkan pemikiran irasional bisa menawarkan wawasan berharga tentang alam bawah sadar kita.

Dengan mengenali dimensi pikiran sadar dan bawah sadar serta mengembangkan kecerdasan emosional, kita dapat menyelaraskan aspek-aspek ini untuk menciptakan keseimbangan antara hati dan otak. Usaha ini tidak hanya berguna untuk pertumbuhan pribadi, tapi juga melatih kita untuk lebih terhubung dengan orang lain dan berkembang di dunia yang tak henti berubah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun