Mohon tunggu...
Salsabila
Salsabila Mohon Tunggu... Pramugari - Pelajar di SMA NEGERI 1 PADALARANG

Hi!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Yuk, Berbuat Baik!

16 Februari 2021   18:54 Diperbarui: 16 Februari 2021   18:57 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mariana Zenata Widyatama, kerap dipanggil dengan sebutan Ana. Ia adalah orang yang memiliki blasteran Indonesia-Mesir, anak kedua dari orang tua yang bernama Alexander Bintoro Widyatama dan Vanya Sandrinata, juga seorang adik dari Bayu Marthio Widyatama. Ana terlahir dari keluarga berada, yang bahkan papa nya merupakan seorang konglomerat nomor 1 di Mesir.

Ana adalah sosok orang yang selalu ceria, ramah, pintar, namun sedikit angkuh atau terbilang sombong terhadap uang, akan tetapi semenjak ia mendapat nasehat dari sang mama, ia menjadi orang yang baik, dan semenjak itu pula sifat angkuh Ana luntur seiring waktu. 

Ya, karena ketika Ana menduduki kelas 10 di sekolahan yang bernama SMA 1 Bina Bakti, ia selalu dinasehati oleh seorang ibu bernama Vanya Sandrinata itu yang suka ia panggil dengan sebutan "mama". Dan sekarang ia menduduki bangku kelas 12 di SMA 1 Bina Bakti.

"Ana, mama cuman mau bilang sekaligus memberikan nasehat untukmu nak." kata Vanya.

"Apa itu mah?" tanya Ana.

Kemudian Vanya menatap mata Ana dengan begitu tulus dan mengelus kepala Ana, kemudian Ana pun bersandar pada pundak Vanya.

"Tetep jadi orang baik kebanggaan mama dan papa ya nak, kami mau kamu jadi anak yang ramah kepada semua orang, rajin membantu orang tanpa memandang apapun, mama juga mau kamu untuk belajar bersedekah sejak dini agar ketika kamu besar nanti kamu jadi terbiasa untuk bersedekah kepada banyak orang." ucap mama panjang lebar.

"Kenapa Ana harus rajin bersedekah ma? Padahal kan kalo Ana punya uang Ana bisa menggunakan uang itu untuk keperluan Ana sendiri." kata Ana menatap mamanya karena bingung.

Kemudian Vanya berucap kembali. "Ana, bersedekah tidak akan membuatmu menjadi miskin nak, malah dengan kamu bersedekah akan mendatangkan banyak rezeki. Dengan kamu bersedekah, artinya kamu sudah membantu meringankan beban seseorang."

(Ana pun diam menyimak semua perkataan mamanya).

"Dan kamu harus ingat Ana, bersedekah juga tidak harus dalam berbentuk uang, masih banyak kok yang bisa kamu sedekahkan kepada orang-orang. Contohnya pakaian, pakaian yang sudah tidak muat atau tidak pantas untuk kamu pakai bisa kamu sedekahkan kepada anak-anak yang lebih membutuhkan." ucap Vanya dengan halus nan lembut.

"Bahkan dengan kamu tersenyum tulus kepada orang pun artinya kamu telah bersedekah senyuman sayang." lanjutnya.

Ana pun menjawab dengan  senyum tipisnya."Oh gitu ya ma? Okay, akan aku jadikan ini sebagai tantangan setiap waktu. Karena dengan adanya tantangan ini akan menjadikan Ana untuk terbiasa bersedekah kepada orang-orang. Makasih mama sayang." begitulah respon Ana terhadap ucapan yang dilontarkan oleh sang mama.

Di kemudian hari, ketika Ana akan keluar dari tempat parkir ada seorang paruh baya yang sedang duduk di emperan sembari menata rapih kue yang akan ia jual. 

Tak lama Ana pun keluar kembali dari mobil nya untuk menghampiri nenek itu dengan ukiran senyum yang begitu manis dan terlihat dengan tulus.

Lalu Ana pun menyapa sang nenek tersebut. "Halo nek, kue ini semua buat dijual ya nek?" tanya Ana tanpa melepas senyuman tulusnya.

Dan nenek pun menjawab. "Iya nak, silahkan dicicipi dulu jika kamu penasaran bagaimana dengan rasanya nak. Jika memang terasa tidak sedap nenek minta maaf, tapi nenek jamin kue-kue ini enak ko. Kalaupun tidak sedap tidak apa jangan kamu beli nak." ujar sang nenek meyakinkan Ana.

Dengan sigap Ana pun mengambil satu kue untuk ia cicipi. Ternyata apa yang dikatakan sang nenek tersebut memang benar, bahwa kue yang ia cicipi terasa begitu sedap. Hingga pada akhirnya Ana pun berniat untuk membeli semua kue itu.

"Wah... Nek ini kuenya enak sekali, Ana mau beli dong semua kue ini untuk Ana kasih ke anak-anak di panti asuhan Kasih Bunda. Pasti mereka senang."

Dengan mata berkaca-kaca, sang nenek pun segera membungkus seluruh kuenya ke dalam plastik besar hingga beberapa bungkusan. Total harga kuenya itu sebesar Rp. 150.000, karena harga 1 kue nya saja sebesar Rp. 3000 keseluruhan nya nenek itu membuat 50 kue saja, namun Ana tidak ada uang pas sehingga ia memberikan uang sebesar Rp. 200.000 kepada nenek itu tanpa sebuah kembalian. 

Lalu nenek pun berkata "Alhamdulillah Ya Allah", begitu senangnya nenek itu ketika kue dagangannya ludes semua. Dan nenek pun akhirnya meneteskan air mata sambil bersujud di kaki Ana, karena selama nenek berjualan kuenya tidak pernah terjual habis semua. Ana pun merasa kaget atas perlakuan sang nenek itu, dengan cepat Ana membawa nenek untuk berdiri.

"Ya ampun nek, sudahlah Ana mohon jangan seperti ini. Mungkin ini memang sudah rezeki nenek melalui perantara yaitu saya. Udah ya nenek tidak usah menangis lagi." lagi-lagi Ana menenangkan nenek itu dengan tulus nan lembut. Setelah itu akhirnya Ana pun pulang dengan membawa kue yang telah ia beli dari sang nenek.

Ketika waktu menunjukkan pukul 5 sore, Ana hendak pergi ke panti asuhan Kasih Bunda. Selama dalam perjalanan, Ana kepikiran nenek itu terus menerus. Betapa senangnya ia melihat kegirangan si nenek itu. Jarak dari rumahnya ke panti asuhan Kasih Bunda cukup jauh hingga ia membutuhkan waktu kisaran 45 menit jika jalanan tidak macet. 

Sesampainya di panti asuhan Kasih Bunda, anak-anak pun datang menghampiri Ana kemudian mereka memeluk tubuh Ana. Karena semenjak Ana mendapat nasehat dari mama nya, ia berubah menjadi sosok orang yang sangat amat baik, ramah kepada semua orang apalagi terhadap anak-anak, Ana begitu ramah sehingga anak-anak pun terlihat merasa nyaman didekat Ana.

Adzan maghrib pun telah berkumandang, Ana beserta yang lainnya siap-siap untuk melaksanakan sholat maghrib bersama. Selesai sholat maghrib mereka lanjut dengan membaca Al-Qur'an hingga waktu isya pun tiba dan adzan isya berkumandang, kemudian mereka pun melaksanakan sholat bersama lagi.

Setelah selesai sholat, Ana beserta ibu pemilik panti asuhan Kasih Bunda tersebut membagikan kue yang telah Ana beli dari sang nenek itu, serta membagikan sekumpulan baju yang sudah tidak layak untuk Ana pakai.

Keesokan harinya, Ana bangun dari tempat tidur dan turun tangga menuju ruang makan. Karena setiap pagi mama Vanya selalu ada di dapur sedang menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya.

"Good morning, mama cantik" sapa Ana di pagi hari sambil meluk mamanya dengan suara yang cukup lantang sehingga membuat Vanya merasa kaget.

"Bujug buseeettt... Ana, kamu bikin mama kaget aja. Bagaimana kalo pisau ini kepeleset ke jari-jari mama, mau tanggung jawab kamu?" tanya Vanya dengan nada kesalnya.

"Ututu tayang, jangan marah-marah nanti awet mudanya ilang loh hahaha" canda manja Ana kepada sang mama.

"Eh, ma. Papa sama abang kemana?" tanya nya lagi.

"Ada tuh di ruang makan, mereka sedang menunggu makanan mama yang selalu sedap nan lezatos haha. Sana gabung sama mereka!" ujar mama.

Ana pun menjawab. "Em oghey, Ana kesana dulu ya ma". Begitulah respon seorang Ana.

Sesampainya di ruang makan, Mereka bertiga ngobrol akur, jarang-jarang seorang Ana dan Bayu Marthio Widyatama itu akur. Ya, seperti biasa Ana akur kepada abang nya itu pasti karena ada maunya.

"Tumben-tumbenan kamu ramah sama abangmu, nak. Papa tebak pasti kamu lagi ada maunya sama abang ya? Hahaha" ujar papa.

"Ih papa, sssttt! Ana mau bujuk abang buat nganter Ana shopping, pa" bisikan Ana kepada papa sambil menunjukkan puppy eyes nya yang gemoy itu.

Kemudian mama datang dari arah dapur, lalu keluarga Widyatama pun melangsungkan sarapan paginya hingga selesai.

Selesai sarapan, Ana pun menjalankan aksinya. Ya, Ana menjalankan aksinya untuk membujuk abangnya sendiri agar bisa menemani ia shopping. Awalnya sih Bayu menolak mentah-mentah bujukan Ana. Namun, Bayu terkena semprot omelan dari sang papa hingga pada akhirnya Bayu menerima bujukan Ana untuk pergi menemani ia shopping. Dan Ana hanya senyum kegirangan karena abangnya bisa dengan mudah dibujuk atas bantuan papanya.

Selama dalam perjalanan, mereka bersenda gurau berdua. Namun tanpa sengaja mata Ana melihat seorang paruh baya sedang duduk sambil mengusap keringat. 

Dipikir Ana sepertinya ia mengenali orang paruh baya tersebut, hingga Ana pun meminta abangnya untuk berhenti didekat tempat yang diduduki oleh seorang paruh baya itu, kemudian Ana turun dari mobil dan menghampiri orang tersebut. Ternyata dan ternyata tanpa diduga seorang paruh baya tersebut adalah sosok nenek yang kemarin ia temui di tempat parkir.

"Halo nek, senang sekali saya bisa bertemu kembali dengan nenek. Gimana nek dagangan nenek hari ini? Sudah terjual berapa?" tanya Ana dengan sopan.

Nenek itu pun menjawabnya. "Alhamdulillah, nak. Hari ini kue-kue nenek sudah terjual setengahnya." senyuman manis yang terukir dibibir nenek itu begitu tulus dan ia pun merasa senang karena kue-kuenya bisa terjual setengah dengan cepat.

Hati Ana lega rasanya ketika mendengar ucapan sang nenek itu. Ana pun mencoba mencari tau siapa nenek itu sebenarnya, setelah Ana mencari tau identitas nenek itu, akhirnya dia tahu akan kehidupannya karena nek Sumi yang mau bercerita sendiri kepada Ana. Ya, ternyata nenek itu bernama Sumiati. Beberapa bulan yang lalu ia ditinggal suaminya meninggal karena sakit jantung. Dan nenek Sumi itu tinggal sendirian semenjak suaminya meninggal, karena anak-anaknya sudah tak pernah berkunjung menemui nek Sumi. Mungkin mereka sudah lupa? I don't know. Lalu, Ana pun memperkenalkan abangnya kepada nek Sumi.

"Oh iya, nek. Kenalin ini abang saya, namanya Bayu." kata Ana.

"Halo, nek. Saya bayu abangnya Ana, hehe." Bayu pun memperkenalkan dirinya dengan sopan.

Tak lama nek Sumi juga menjabat tangan Bayu untuk berkenalan. "Oh, iya den. Nama nenek Sumiati. Pasti orang tua kalian sangat bangga karena punya anak seperti kalian yang baik, sopan, nan ramah" ucap nenek sambil mengukir senyum manis dibibirnya.

Ana pun menjawab. "Ah nenek bisa aja, hehe. Alhamdulillah nek, kami diajarkan mamah papa untuk berbuat baik kepada orang tanpa memandang apapun. Karena dengan kita berbuat baik, lingkungan sekitar pun akan baik-baik tentunya. Oh iya nek, Ana mau membeli kuenya dong 10 kue aja buat cemilan kami nanti di perjalanan."

"Baik neng, tunggu sebentar." ucap nek Sumi.

Namun ketika Ana hendak memberikan uang, nek Sumi tidak mau mengambilnya. Anggap saja ini balasan nenek untuk Ana karena kemarin Ana membantu nenek membeli kue-kuenya semua, katanya. Dan setelah itu Ana pun izin pamit untuk kembali melanjutkan perjalanan nya menuju ke mall untuk shopping bersama abangnya. Ketika diperjalanan Bayu pun berucap kepada Ana.

"Ana, abang bangga dengan diri kamu yang sekarang. Ana yang abang kenal sudah cukup dewasa yaa" dengan keusilan abangnya yaitu mencubit pipi gemoy milik Ana, hingga si pemilik pipi gemoy pun merasa kesakitan hingga pipinya memerah.

"Ish.. Abang meresahkan!" jawab Ana dengan muka kesalnya.

Sesampainya di Mall, ketika Ana sedang memilih baju yang pas untuk ia beli, ada 2 orang temannya yang dari masa SMP nya tidak suka kepada Ana karena sifat angkuhnya. Kebetulan 2 orang itu sedang membeli pakaian juga. Dan ketika Ana tdi berbincang ramah dengan nek Sumi, ternyata mereka pun menyaksikannya. Karena tidak percaya Ana bisa seramah itu sama orang, akhirnya mereka pun nyinyir kepada Ana. Namun Ana sekedar melihatnya tanpa menghampiri untuk membalas nyinyiran teman-temannya itu. Setelah pasangan adik-kaka itu selesai membeli pakaian, Bayu mengajak Ana untuk bermain ke kebun binatang.

Setibanya mereka di kebun binatang, disana banyak sekali orang yang bekerja sebagai badut hanya untuk mencari uang. Disana banyak sekali badut yang menyerupai berbagai kartun. Ada badut hello kitty, badut Elsa frozen, badut ayam, badut doraemon, dll. Sampai Ana pun tergiur untuk berfoto dengan badut doraemon karena itu sebagai salah satu boneka kesukaan seorang Ana. Akhirnya ia pun difotokan oleh abangnya, kemudian Ana menyumbangkan sedikit uangnya karena seperti biasa untuk penghasilan badut itu.

Karena Ana adalah orang yang ceria sejak lahir, ia pun merasa senang dibawa ke tempat itu, bahkan ia sampai membeli balon tiup layaknya bocah yang berumur dibawah 6 tahun. Abang pun merasa senang karena melihat adiknya yang terlihat begitu bahagia. Ya, Bayu akui mereka jarang bermain bersama karena kesibukannya sebagai seorang dokter.

Waktu demi waktu telah mereka lalui bersama, kemudian mereka pun pulang menuju rumah.

Sesampainya di rumah ketika malam hari pada pukul 7 malam, Ana melangkahkan kakinya ke kamar untuk bersih-bersih. Sehabis Ana dan abangnya membersihkan badan, mereka berkumpul di ruang makan untuk makan malam bersama. Keluarga mereka menjadi keluarga yang harmonis semenjak sifat angkuh Ana hilang secara perlahan akibat nasehat sang mama. Mereka pun berbincang tak mengenal waktu sehingga waktu menunjukkan pukul setengah 10 malam. Ketika Ana hendak menuju kamar, namun ada orang yang mengetuk pintu. Dengan cepat Ana membuka pintu tersebut, namun diluar tidak ada orang satupun. Akan tetapi, didepan pintu terdapat sebuah box yang berbentuk seperti pesanan paket online, padahal orang rumah tidak ada yang memesan barang di online. Tertera dengan jelas bahwa paket tersebut "ditujukan untuk seorang Mariana Zenata Widyatama dari seseorang yang dulu teramat cengeng." Wawww...

Ana lari ke kamar untuk membongkar box itu, bahkan ditanya mama pun Ana tetap berlari namun ia menjawab pertanyaan mamah dengan lantang.

"Dari siapa itu, nak?" tanya mama kebingungan karena Ana senyum-senyum sendiri.

"Em ini ma, dari orang untuk aku" seperti itulah jawaban Ana karena ia belum bisa mengetahui sendiri siapa yang memberikan box itu, dengan menggunakan suara lantangnya.

Lalu, sang papa dan abang pun berkata "dasar" dengan bersamaan dan geleng kepala bersamaan juga. Ternyata oh ternyata, orang yang memberikan Ana box itu adalah dia orang yang Ana rindukan sejak SMP. Ya, dia adalah Ziva Anastasya. Sahabat kecil Ana yang begitu cengeng. Yang Ana dapatkan dari box itu adalah sebuah boneka berukuran sedang dan bertuliskan "I MISS YOU", dan ternyata Ziva pun menuliskan nama lengkapnya di surat yang ada dibalik boneka tersebut.

Keesokan harinya tepat di hari Minggu, keluarga Widyatama melakukan olahraga bersama. 

Ketika Ana dan mamanya sedang duduk istirahat dipinggir lapangan, mereka pun berbincang. Sedangkan papa dan abangnya sedang bermain bulu tangkis berdua di lapangan.

Ana merasa kelelahan hingga ia manyandarkan kepalanya kepada bahu milik sang mama. Dan ia pun bercerita tentang perubahan yang ia alami setelah ia menjadi rajin bersedekah.

"Ma, terimakasih karena mama aku bisa hidup tenang. Karena mama juga udah ngingetin Ana tentang kebaikan dalam hidup untuk Ana. Ternyata benar ya, ma. Bahagia itu sederhana, dan bahagia juga tidak harus dari segi materi atau uang saja." begitulah curahan hati seorang Ana.

"Iya dong sayang. Kenapa mama dulu bilang seperti itu, ya karena ini. Mama cuman mau liat kamu bahagia terus, mama gamau kamu jadi anak yang angkuh seperti sebelum mama kasih nasehat ke kamu." ucap mama sembari mengelus kepala Ana.

Dan Ana pun melihat mata mama dengan senyuman.

"Dan kamu harus ingat, nak. Yang terbaik diantara kamu adalah mereka yang membawa manfaat bagi banyak orang." lanjut mama, kemudian Ana pun mendapatkan sebuah pelukan hangat dari sosok seorang mama untuk Ana.

Tak lama dari setelah mereka berpelukan, akhirnya papa dan abang kembali menemui mama dan Ana. Lalu, mereka pun pulang bersamaan dengan penuh tawa bahagia. Dan ya, selama ini Ana berhasil melakukan tantangannya sendiri. Huwaaaa, akhirnyaaa!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun