Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Membangun Kesatuan Tanpa Kehilangan Daya Kritik Konstruktif

22 Februari 2024   09:04 Diperbarui: 26 Februari 2024   08:35 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pentingnya Kritik. Mural kritik di kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (24/8/2021). (Foto: Antaranews.com/Galih Pradipta via kompas.com)

Latar belakang pemahaman membangun wadah kesatuan dengan melibatkan pengakuan demi kebutuhan kolaborasi yang efektif untuk mencapai tujuan bersama. 

Dalam konteks politik, membangun kesatuan tidak hanya tentang menyatukan berbagai kelompok atau individu dengan pandangan atau kepentingan yang berbeda, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang memungkinkan dialog terbuka, pertukaran ide, dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (Pemilihan Umum) di Indonesia. Undang-Undang ini merupakan peraturan yang mengatur secara komprehensif mengenai penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia, termasuk pemilihan umum presiden, pemilihan umum legislatif (DPR, DPD, DPRD), serta pemilihan umum kepala daerah. 

Salah satu poin dalam UU 7 Tahun 2017 ini mengatur persyaratan dan prosedur pendaftaran calon dalam pemilihan umum, termasuk syarat-syarat yang harus dipenuhi calon presiden, anggota legislatif, dan kepala daerah. 

Pesyaratan minimal kursi 20% bagi partai politik untuk mencalonkan presiden dan wakil presiden. Bagi partai politik yang memiliki kursi 20% dapat mencalonkan sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai politik lainnya. 

Jika tidak, maka diwajibkan untuk berkoalisi dengan partai politik lainnya untuk mencapai jumlah dukungan minimal 20% kursi DPR.

Koalisi Partai Politik

Koalisi merupakan sebuah atau sekelompok persekutuan, gabungan, atau aliansi beberapa unsur yang masing-masing memiliki kepentingan sendiri-sendiri. 

Koalisi partai politik merupakan hal lumrah yang terjadi dalam sistem politik demokratis. Koalisi partai politik memiliki arena dan motif yang berbeda-beda. 

Namun, sering kali publik mempertanyakan apa yang melatarbelakangi pembentukan koalisi partai politik. Terutama ketika terdapat partai politik yang ketika pemilu bersaing cukup kompetitif, tetapi pasca-pemilu memilih bekerjasama dan membentuk koalisi di pemerintahan. Lantas apa sebetulnya yang memotivasi partai politik dalam membangun arena koalisi?

Berdasarkan sifatnya, koalisi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain: Pertama, Koalisi bersifat Voluntaristik, koalisi di mana partisipasi anggota didasarkan pada keputusan sukarela atau kehendak mereka sendiri. 

Anggota koalisi memilih untuk bekerja sama atas dasar kesepakatan dan kepentingan bersama, bukan karena adanya kewajiban atau tekanan eksternal. Kedua, Koalisi bersifat Terpaksa, koalisi di mana partisipasi anggota dipaksakan atau diatur oleh aturan hukum, tekanan eksternal, atau kebutuhan strategis. 

Anggota koalisi terlibat dalam kerja sama tersebut karena mereka tidak memiliki pilihan lain atau karena ada kewajiban formal yang mengikat mereka. 

Ketiga, Koalisi Elektoral, koalisi politik yang terbentuk dalam konteks pemilihan umum atau pemilihan lainnya untuk mengumpulkan dukungan politik yang lebih besar dan memperoleh kekuatan mayoritas. 

Keempat, Koalisi Sosial, koalisi yang terbentuk di antara kelompok atau individu dalam masyarakat sipil untuk memperjuangkan tujuan sosial atau isu tertentu, seperti hak-hak sipil, lingkungan, atau kesejahteraan sosial. 

Koalisi sosial dapat terdiri dari organisasi non-pemerintah, kelompok advokasi, atau individu yang memiliki kepentingan yang sama dalam memperjuangkan perubahan sosial. 

Kelima, Koalisi Internasional, koalisi yang terbentuk antara negara-negara atau organisasi internasional untuk mencapai tujuan bersama dalam konteks hubungan internasional, seperti keamanan regional, perdamaian, atau isu-isu lingkungan global.

Memahami Kesatuan dan Kritik

Dalam dinamika politik kontemporer, kekuatan koalisi seringkali menjadi penentu utama dalam merumuskan kebijakan dan mencapai tujuan bersama. Kesatuan dalam sebuah koalisi tidak hanya mencakup harmoni di antara anggota-anggota yang berbeda, tetapi juga menyangkut integrasi visi, nilai, dan agenda bersama. 

Kesatuan ini tidaklah selalu mudah dicapai, mengingat adanya keragaman pendapat, kepentingan, dan pandangan yang seringkali menjadi sumber gesekan. 

Membangun kesatuan dalam koalisi tidak bisa diabaikan, karena kesatuan adalah kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan bersama dan mencapai tujuan yang lebih besar. 

Dalam konteks ini, penjagaan daya kritik juga menjadi esensial, karena kritik yang konstruktif dapat menjadi landasan bagi perbaikan dan pembaruan yang diperlukan dalam koalisi tersebut. 

Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan dijelaskan bagaimana membangun kesatuan dalam arena koalisi tanpa menghilangkan daya kritik konstruktif.

Berkoalisi dalam kesatuan mengacu pada upaya untuk mencapai tujuan bersama dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan, pandangan, dan nilai dari anggota-anggota yang berbeda. 

Kesatuan bukanlah sekadar penekanan pada persamaan atau penghapusan perbedaan, tetapi lebih kepada kemampuan untuk bekerja bersama secara efektif meskipun adanya keragaman. 

Sementara itu, kritik dalam konteks koalisi merupakan proses memberikan umpan balik atau evaluasi terhadap kebijakan, tindakan, atau pendekatan yang diambil oleh koalisi tersebut. Kritik yang konstruktif dapat membantu memperbaiki kelemahan, mendorong inovasi, dan memastikan akuntabilitas dalam mencapai tujuan bersama.

Kesatuan merujuk pada upaya untuk mencapai tujuan bersama atau mengatasi tantangan bersama dengan mengintegrasikan berbagai kelompok, pandangan, dan kepentingan yang berbeda. 

Kesatuan politik biasanya terjadi ketika berbagai faksi atau kelompok dengan tujuan atau pandangan yang sama bersatu untuk mencapai kekuatan politik yang lebih besar atau untuk mencapai tujuan tertentu. 

Di sisi lain, kritik dalam konteks politik dan sosial mengacu pada evaluasi atau penilaian terhadap kebijakan, tindakan, atau sistem yang ada. 

Kritik ini bisa berasal dari dalam kelompok atau dari luar, dan dapat berupa masukan yang konstruktif untuk meningkatkan kebijakan atau tindakan yang diambil, atau sebagai bentuk protes terhadap ketidaksetujuan terhadap kebijakan atau tindakan yang dianggap tidak sesuai dengan kepentingan atau nilai-nilai tertentu.

Kesatuan dan kritik merupakan dua elemen yang saling terkait, di mana kesatuan menciptakan platform untuk dialog dan pemecahan masalah, sementara kritik membantu memastikan akuntabilitas, memperbaiki kelemahan, dan memperkuat proses demokratisasi. 

Peran yang dimainkan oleh kesatuan dan kritik sangat penting dalam memperkuat koalisi, baik dalam konteks politik maupun sosial. Pertama-tama, kesatuan memungkinkan koalisi untuk mencapai tujuan bersama dengan menggabungkan sumber daya, energi, dan visi dari berbagai anggotanya. 

Kesatuan menciptakan kekuatan kolektif yang lebih besar daripada kekuatan individu, memungkinkan koalisi untuk menghadapi tantangan dengan lebih efektif dan efisien. 

Selain itu, kesatuan juga menciptakan stabilitas dan konsistensi dalam upaya koalisi, membantu dalam mempertahankan fokus terhadap tujuan akhir.

Di sisi lain, kritik memainkan peran penting dalam memperkuat koalisi dengan dua cara utama. Pertama, kritik yang konstruktif membantu mengidentifikasi kelemahan, kesalahan, atau celah dalam strategi, kebijakan, atau tindakan koalisi. 

Dengan mengakui dan mengatasi kritik ini, koalisi dapat memperbaiki diri dan menjadi lebih efektif dalam mencapai tujuan bersama. Kedua, kritik juga memainkan peran dalam memastikan akuntabilitas dan transparansi dalam operasi koalisi.

Mekanisme yang memungkinkan kritik terbuka dan konstruktif, koalisi menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi anggotanya serta masyarakat pada umumnya. 

Dengan demikian, kombinasi antara kesatuan dan kritik adalah kunci untuk memperkuat koalisi dan memastikan kesuksesannya dalam mencapai tujuan bersama.

Pengaruh Koalisi dan Tantangannya

Meskipun kritik memiliki peran penting dalam memperkuat koalisi, terdapat sejumlah tantangan yang seringkali dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah potensi konflik antara tujuan individu dan tujuan bersama koalisi. 

Anggota koalisi mungkin memiliki kepentingan atau agenda yang berbeda-beda, dan kritik terhadap kebijakan atau tindakan koalisi dapat dianggap sebagai ancaman terhadap pencapaian tujuan individu atau kelompok. Hal ini dapat menciptakan ketegangan internal dan mengganggu harmoni di dalam koalisi.

Selain itu, adanya ketakutan akan konsekuensi sosial atau politik dari kritik juga merupakan tantangan yang signifikan. 

Anggota koalisi mungkin khawatir bahwa menyuarakan kritik terhadap kebijakan atau tindakan koalisi akan menyebabkan penolakan atau isolasi sosial, atau bahkan mengancam posisi politik mereka di dalam koalisi atau di mata publik. 

Ketakutan akan reputasi yang rusak atau kehilangan dukungan, ketakutan kedudukan yang dominan juga dapat menghambat anggota koalisi untuk menyuarakan kritik dengan jelas dan terbuka.

Membangun kesatuan tanpa kehilangan kritik merupakan tantangan kompleks, namun strategi yang tepat dapat membantu menciptakan lingkungan di mana koalisi dapat berfungsi secara efektif sambil memelihara ruang untuk evaluasi kritis. 

Salah satu strategi kunci adalah mempromosikan budaya diskusi terbuka di dalam koalisi. Ini dapat dicapai dengan memfasilitasi forum diskusi teratur di mana anggota dapat dengan bebas menyuarakan pandangan mereka, termasuk kritik terhadap kebijakan atau tindakan yang diambil. Penting juga untuk membangun sikap penghargaan terhadap kritik konstruktif di dalam koalisi. 

Anggota harus diajarkan untuk melihat kritik sebagai peluang untuk pembelajaran dan perbaikan, bukan sebagai ancaman terhadap kesatuan.

Mengakui kontribusi kritik terhadap proses pengambilan keputusan dan menunjukkan apresiasi terhadap orang yang memberikan kritik yang membangun dapat mendorong lebih banyak anggota untuk menyuarakan pandangan mereka dengan lebih percaya diri. 

Semua anggota koalisi harus merasa bahwa mereka memiliki suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan dan bahwa kritik mereka akan didengar dan dihargai.

Untuk mempertahankan kritik konstruktif dalam upaya membangun kesatuan dalam sebuah koalisi, para pemimpin dan anggota koalisi perlu mengadopsi beberapa rekomendasi penting. 

Pertama, penting bagi pemimpin koalisi untuk membangun budaya yang memprioritaskan dialog terbuka dan penghargaan terhadap beragam pandangan. 

Ini dapat dicapai dengan memberikan contoh positif dalam menerima kritik, mengundang dan mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam diskusi, dan menegaskan pentingnya penghargaan terhadap kritik yang konstruktif. 

Kedua, transparansi dalam proses pengambilan keputusan juga sangat penting. Para pemimpin koalisi harus berkomitmen untuk mengkomunikasikan alasan di balik keputusan yang diambil, serta memberikan kesempatan bagi anggota untuk memberikan masukan sepanjang proses tersebut. 

Hal ini tidak hanya memungkinkan kritik yang lebih baik informataif dan bertanggung jawab, tetapi juga membangun kepercayaan di antara anggota koalisi. Ketiga, pembentukan mekanisme formal untuk menyampaikan kritik dan memperbaiki kebijakan atau tindakan yang dianggap tidak tepat juga diperlukan. 

Ini bisa berupa forum khusus, komite evaluasi, atau jalur komunikasi yang jelas antara anggota dan pemimpin koalisi. Mekanisme ini harus memastikan bahwa kritik diterima dan ditindaklanjuti dengan serius, serta memastikan transparansi dalam proses tanggapan terhadap kritik. 

Keempat, penting bagi para pemimpin dan anggota koalisi untuk membangun budaya saling menghormati di dalam koalisi. Ini melibatkan mendengarkan dengan teliti, memperlakukan kritik sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh, serta menghindari reaksi defensif atau penolakan terhadap pandangan yang berbeda.

Pesan penting dalam membangun kesatuan tanpa kehilangan daya kritik konstruktif adalah bahwa kesatuan sejati tidaklah tercipta dengan mengesampingkan perbedaan pendapat atau mengabaikan kritik. 

Sebaliknya, kesatuan yang kuat adalah hasil dari kemampuan untuk menghormati dan mengintegrasikan berbagai perspektif serta menerima kritik sebagai sarana untuk pertumbuhan dan perbaikan. 

Dalam membangun kesatuan, penting bagi kita untuk mengakui bahwa perbedaan pendapat adalah keniscayaan dan kritik adalah bagian alami dari proses berdemokrasi. 

Kesatuan yang sesungguhnya bukanlah tentang menyamakan pikiran, tetapi tentang membangun jembatan yang menghubungkan beragam pandangan untuk mencapai tujuan bersama. 

Dengan menjadikan kritik sebagai bahan bakar untuk pertumbuhan dan menciptakan budaya penghargaan terhadap perbedaan, dapat memperkokoh kesatuan dan memastikan bahwa arena koalisi tetap relevan, responsif, dan efektif dalam mencapai tujuan bersama untuk menghadapi tantangan masa depan. (*)

*Oleh : Salmun Ndun,S.Pd. Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain -- Rote Ndao

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun