Mohon tunggu...
Salma Sakhira Zahra
Salma Sakhira Zahra Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir di Jakarta, 28 Februari 2002. Alumni TK Putra III (2007/2008), SDSN Bendungan Hilir 05 Pagi (2013/2014), dan SMPN 40 Jakarta (2016/2017). Kini bersekolah di SMAN 35 Jakarta.

Nama : Salma Sakhira Zahra TTL : Jakarta, 28 Februari 2002 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sahabatku? (Bab 5)

16 Agustus 2019   15:03 Diperbarui: 16 Agustus 2019   15:05 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begini efek masa haid, badan lemah, wajah pucat, nafsu makan meningkat, hampir dehidrasi, ya... karena kita mengeluarkan darah kotor. Ini sedang lagi banyak-banyaknya. Aku belum pengalaman akan hal itu, yakinlah sampai di rumah ekspresiku sama seperti saat Dewa ke rumah.

Tuh kan, cermin saja paham.

---

Hari ke hari Fada aneh, terkadang baik, terkadang seperti perangko, terkadang mencela, dia maunya apa? Apa aku harus percaya pada firasat dua karib priaku?

Padahal pandai IPS, tapi aku dibilang bodoh saat bertanya materi yang belum ku paham. Kalau aku bodoh, berarti harus banyak belajar bukan? Hm.

Aku tidak memaksa, terserah, namun sebaliknya, Fada bersifat pemaksa ketika aku benar-benar tak ingin menjawab entah karena kondisi fisik atau perasaanku yang sedang tidak mendukung.

Hari ini hujan deras, aku terpaksa pulang ke rumah menerobos hujan dan tubuhku basah semua.

"Kasihan!" ucap suara yang melesat seperti angin usai sebuah mobil berwarna hitam melewatiku. Aku mengenal suara itu. Seperti suara Fada. Kaca mobil bagian belakang terbuka dan bersamaan itu hujan berhenti.

"Hujan berhenti?" batinku namun dugaanku salah. Ada payung yang melindungiku. Ekspresi Fada yang hampir seperti tokoh jahat di film gagal karena sosok itu.

"Harusnya aku bawa payung dua. Syukurlah Aron pulang dengan transportasi umum!" ucap suara itu masih setia memayungiku. Aku menoleh, ya, dia salah satu karibku, Dewa.

Memang, Dewa lebih sering bersamaku ketimbang Aron karena Aron cenderung mengejar waktu untuk bersama keluarga. Jadi aku lebih sering bertelepon atau mengirim pesan singkat untuk berbincang layaknya karib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun