Dia benci menjadi miskin. Dia ingin menyerah, tapi sudah semester 5. Dia harus bisa lulus tepat waktu dan mencari kerja, meskipun dia sendiri tidak yakin dengan kemampuannnya. Setidaknya, hidupnya, hidup keluarganya akan sedikit lebih mudah jika dia punya sedikit uang.
Gadis itu ragu-ragu mengambil telepon genggam yang data internetnya tinggal sedikit lagi. Di tengah-tengah rasa sesak yang membanjiri hati dan lapar yang menggerogoti diri, ada satu nama yang menjadi harapannya di tengah gulita.
Gadis itu sudah terlalu sesak menahannya sendirian.
Sebuah pesan berhasil dia kirimkan kepada seseorang, sahabatnya semasa sekolah menengah, yang kini terpisah jarak dan kesibukan.
Ra, aku tahu gak tau diri menghubungi tiba-tiba saat aku tidak menjawab pesanmu berhari-hari. Tapi aku mau cerita, aku tidak tahan lagi.
Sebuah panggilan telepon masuk sesaat setelah tanda centang berubah menjadi biru pada pesan yang ia kirimkan.
“Kamu kenapa? ada masalah? sini, ceritaaaa…” Sebuah suara penuh kekhawatiran menyapanya di seberang sana.
Tangis gadis itu meledak begitu saja. Perlahan, isak kecilnya berubah jadi sedu sedan.
Bionarasi
Halo, Saya Salma Rihhadatul Aisy, mahasiswa sastra sekaligus penulis pemula. Cerpen saya sudah diterbitkan beberapa kali di antologi cerpen dan beberapa platform menulis. Sekarang, saya berdomisili di Tangerang. Temui saya pada akun instagram @meisalma_