kematian di depan mata. nafas tersumpal dingin air
dalam gelagap membayangkan, hancur jantungnyaÂ
meninggalkan keluarga di puncak keheningan yang tabu dalam ruang
kenangan menyeruakkan bising dalam dada
ketika tawa lepas seorang anak balita mengiang mengepung ingatanÂ
juga ciuman seorang wanita melekat hangat di bibir keringnya. mantra prasangka gagal menolongnya
siapa yang mampu menerimanya jika ia apa adanya?
sepintal sesal menggumpal dirasa kini menerus
kepada ruang ia bertanya. dengan mata yang hampir butaÂ
mengawasi tembok empat sisi meminta ampun pada segala. ketakutan meredupkan pancarannya
tak kuasa ia membendung gejolak dusta
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!