Pertama, Figur (orang) para Nabi, Rasul dan para ulama semuanya menjadi wasilah hamba kepada Allah SWT. Sebab dengan perantaraan mereka hamba bisa mengenal Allah SWT. Dari perantaraan ulama kita mengenal Nabi Muhammad saw, maka sosok ulama pewaris nabi merupakan wujud kesempurnaan nikmat Allah SWT kepada umat manusia.
Manusia pilihan Allah SWT dapat menjadi wasilah bagi umat. Dalam Al Quran disebutkan:
"Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya diri mereka datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Penerima Taubat lagi Penyayang." (QS an-Nisa [04]: 64)
Rasulullah saw bersabda,
.
Dari Anas bin Malik,Umar bin Khathab ra ketika kaum muslimin tertimpa kemarau panjang paceklik, ia meminta hujan dengan berwasilah kepada Abbas bin Abdul Muthalib seraya berdoa, "Ya Allah, kami meminta hujan kepada-Mu dengan perantaraan Nabi kami, kemudian Engkau menurunkan hujan kepada kami, dan sekarang kami memohon kepada-Mu dengan perantaraan paman Nabi kami maka turunkanlah hujan untuk kami." Anas berkata, "Mereka pun kemudian mendapatkan hujan." (HR Bukhari)
Ketika hamba mempunyai banyak kekurangan, doa pun terhijab oleh dosa. Sepatutnya --seperti yang dicontohkan oleh Umar bin Khathab-- berwasilah kepada pribadi soleh yang akan menjadi perantara terkabulnya doa.
Kedua, Amal Saleh. Wasilah amal seperti diceritakan dalam hadis mengenai keadaan tiga orang yang terjebak dalam gua. Masing-masing dari mereka mengungkapkan amal saleh yang pernah mereka lakukan untuk dijadikan wasilah permohonan mereka berupa terbukanya pintu gua. Akhirnya permohonan mereka terkabul.
Sedangan hadits yang menjadi landasan tawassul dengan amal perbuatan, sebagaimana disinggung di depan adalah:
" Abdullah bin Umar ra berkata: "Saya telah mendengar Rasulullah saw, bersabda: "Terjadi pada masa dulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam dalam gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang dalam gua itu, jatuh sebuah batu besar dri atas bukit dan menutupi gua itu, hingga mereka tidak dapat keluar. Maka berkata mereka: "Sungguh tiada suatu yang dapat menyelamatkan kami dari bahaya ini, kecuali jika tawassul kepada Allah dengan amal-amal saleh yang pernah kamu lakukan. Maka berkata seorang dari mereka: "Ya Allah dulu saya mempunyai ayah dan ibu, dan saya biasa tidak memberi memberi minuman susu pada seorang pun sebelum keduanya (ayah-ibu), baik pada keluarga atau hamba sahaya, maka pada suatu hari agak kejauhan bagiku mengembalakan ternak, hingga tidak kembali pada keduanya, kecuali sesudah malam dan ayah bundaku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya dan saya pun segan untuk membangun keduanya, dan sayapun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapapun sebelum ayah bunda itu. Maka saya tunggu keduanya hingga terbit fajar, maka bangunlah keduanya dan minum dari susu yang saya perahkan itu. Padahal semalam itu anak-anakku menangis minta susu itu, di dekat kakiku. Ya Allah jika saya berbuat itu benar-benar karena mengharapkan keridhaan-Mu, maka lapangkanlah keadaan kami ini. Maka menyisih sedikit batu itu, hanya saja mereka belum dapat keluar daripadanya.