Wahai Perempuan Agung
kau berjalan menapaki bumi dengan penuh santun
anggun langkah mu
cantik parasmu
dalam balutan jilbab yang teruntai menutupi lekuk-lekuk tubuhmu
Wahai Perempuan Agung
kau masih mempertahankan hijab mu
ditengah perempuan masa kini yang kian mempertontonkan auratnya
ketika pertanyaan menghampirimu
“mengapa mau berpakaian tertutup?”
“tidak kah kau merasa panas dan berkeringat?”
kau hanya berbisik : “lebih baik aku kepanasan di dunia yang hanya sebentar, ketimbang kepanasan di neraka yang kekal didalamnya”
Wahai Perempuan Agung
terkadang aku iri padamu
kecerdasan yang kau miliki melampaui perempuan pintar yang pernah ku kenal
bahkan tak jarang kau mengalahi kaum adam
gagasan mu sungguh menakjubkan
kau mampu mewakili suara perempuan diantara sepuluh lelaki yang berada dalam diskusi kala itu
Wahai Perempuan Agung
tak pernah ada yang tersakiti ketika engkau berucap
tak pernah ada yang merasa bosan menatap cantiknya wajah mu
tak pernah ada yang suntuk ketika engkau bertutur kata
tak ada yang berani usil kepada mu, karena engkau mampu mempertahankan kehormatan mu
Wahai Perempuan Agung
ketika kau berjalan, tak sengaja aku melihat engkau menyantuni pengemis
kau pun hadir beberapa kali dalam masjid untuk menyantuni fakir dan miskin
kau pergi ke panti asuhan untuk menyantuni anak yatim dan janda-janda
kau pun dengan tangan terbuka membantu kaum dhuafa
Wahai Perempuan Agung
kau mengubah cara pandang tentang diri sebagai perempuan
aku dulu menganggap bahwa aku adalah perempuan yang lemah
perempuan yang bodoh
perempuan yang hanya terkungkung dalam wilayah manak, masak, macak
perempuan yang karena nasib selalu terdiskriminasikan
perempuan yang selalu mendapat streotype negatif
Wahai Perempuan Agung
tak kan habis rasanya tinta emas ini melukiskan kisah mu
karena rasanya akan terus berlabuh mengiringi perjalanan hidupmu
ku hantur kan rasa terima kasih sedalam-dalamnya
ku yakin akan ada banyak perempuan yang ingin sepertimu
dan percayalah lelaki pun akan terpikat oleh pesona mu