Mohon tunggu...
Salma Asti
Salma Asti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Journalism Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Emotional Abuse, Kekerasan Tak Kasat Mata

30 Desember 2022   15:00 Diperbarui: 3 Januari 2023   12:30 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Bunga, penyintas kekerasan seksual revenge porn. (sumber: Davies Surya/BBC Indonesia via kompas.com)

"Ya.. setiap orang kan punya caranya masing-masing buat nunjukin rasa cintanya", pernyataan tersebut menjadi cara korban untuk memaafkan dan menormalisasikan perlakuan kekerasan verbal yang dilakukan oleh pasangannya.

Pelaku emotional abuse dalam sebuah hubungan memiliki pikiran bahwa mengontrol hidup pasangannya merupakan cara untuk menunjukkan rasa peduli dan cinta. 

Film mengenai emotional abuse berjudul
Film mengenai emotional abuse berjudul "MAID". Sumber: Ne  

Pelaku akan menuntut pasangannya untuk selalu menjawab pesannya, mengangkat teleponnya, mengabari siapa yang sedang duduk di sebelahnya, mengontrol pakaian yang digunakannya dan jika hal tersebut tidak dituruti, pelaku akan marah. 

Mungkin contoh yang lebih gila lagi, pelaku biasanya memiliki akses media sosial pasangannya untuk mengontrol followers lawan jenis yang dimiliki pasangannya. 

Rupanya setelah termanipulasi pelaku tidak puas jika pasangannya tidak juga terisolasi. Hal tersebut dilakukan untuk meyakinkan bahwa pasangannya adalah miliknya seorang, prioritas dalam hidupnya sehingga mau tidak mau semua perhatian harus tertuju kepada dirinya. 

Jika korban sudah berani untuk membela dirinya, pelaku akan membuat korban merasa tidak layak melakukan hal tersebut dengan melontarkan kalimat-kalimat intimidasi seperti "Oh, sudah mulai berani ya sekarang".

Pelaku emotional abuse biasanya akan mencegah pasangannya untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman atau bahkan keluarganya sendiri. 

Mereka akan menyalahkan korban atas tindakan kekerasan yang pelaku perbuat, memaki dengan kata kasar atau nama hewan hingga korban merasa terpuruk. 

Namun, canggihnya pelaku dapat memanipulasi hal tersebut sehingga korban berujung merasa bersalah padahal tidak melakukan kesalahan apapun.

Seorang pelaku emotional abuse dapat melakukan hal-hal yang memiliki dampak berkepanjangan bagi korbannya. Kondisi emosional para pelaku tidak tertebak dan dapat berubah dalam hitungan jam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun