Spin lubang hitam akan maksimal saat radius ISCO-nya sama dengan radius Schwarzschild (spin maksimal dicapai saat kondisi tersebut karena jika radius ISCO lebih kecil dari radius Schwarzschild, akan terjadi apa yang disebut naked singularity yang akan saya bahas di artikel terpisah).
Terlihat pada gambar di bawah: lubang hitam yang tidak berotasi memiliki daerah gelap di tengah yang lebih besar dari yang berotasi karena radius ISCO untuk lubang hitam yang tidak berotasi lebih besar sehingga materi masuk ke event horizon pada radius yang lebih besar (istilah prograde mengacu pada arah rotasi lubang hitam yang searah dengan arah rotasi piringan akresi yang akan dijelaskan di part selanjutnya).
Dalam kasus Gargantua, Kip Thorne mengatakan bahwa rotasinya sangat mendekati nilai spin maksimal tersebut. Gargantua berotasi dengan sangat cepat! Oleh karena spin Gargantua mendekati spin maksimal lubang hitam, maka radius ISCO-nya juga mendekati event horizon.Â
Perhitungan kasar yang saya lakukan menunjukkan bahwa ternyata, dengan menganggap spin Gargantua adalah sebesar 0,9999x spin maksimal, maka radius ISCO Gargantua adalah sekitar 148 juta km. Dekat namun masih lebih kecil dari radius Planet Miller yang diharuskan agar menghasilkan dilatasi waktu seperti yang dikatakan Romilly. Dengan begitu, Planet Miller berada di zona aman dan tidak akan terhisap ke dalam Gargantua.
Lihat betapa detailnya aspek-aspek yang Kip Thorne perhitungkan untuk membuat Interstellar seakurat mungkin. Luar biasa bukan? Tapi, apa itu saja? Sama sekali tidak. Sederet keajaiban-keajaiban Gargantua lainnya akan menunggu di part 3 selanjutnya lima hari lagi! Persiapkan diri Anda ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H