Mohon tunggu...
Salim Rahmatullah
Salim Rahmatullah Mohon Tunggu... Freelancer - Scholarship Hunter

Scholarship Hunter I Soc-Environment Campaigner I HIMMAH NW I Blogger I Traveller and so on.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

20 Menit Bersama Anies Baswedan: Ungkap Fenomena Pendidikan, Kebahasaan, dan Tindakan.

13 Desember 2015   06:15 Diperbarui: 13 Desember 2015   11:04 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena itu sebuah solusi untuk meningkatkan hal tersebut adalah hal yang sangat dibutuhkan. Tidak muluk-muluk, menurut Bapak Anies Baswedan, peningkatan tersebut bisa dicapai dengan cara memperkaya kosakata dengan bahasa daerah. Karena bahasa daerah adalah sumber yang sangat jelas dalam wilayah kita. Bisa dilihat bagaimana bahasa sunda, untuk menyatakan jatuh saja ada 24 jenis kosakata tergantung konteksnya.

Namun, di sinilah kemudian dibutuhkan peran oleh semua pihak, karena penggunaan bahasa daerah sendiri kurang digandrungi. Masyarakat kita lebih suka mengambil bahasa orang lain. Lihat saja bagaimana kata Tsunami menjadi bahasa Indonesia. Padahal. Kata tersebut berasal dari jepang, sementara di Indonesia sendiri atau lebih khususnya di Aceh, penyebutan untuk tsunami memiliki bahasa tersendiri yang disebut dengan smong.

Terakhir, bahwa memang dua permasalahan yang disampaikan oleh Bapak Anies Baswedann, pertama mengenai bagaimana menumbuhkan mental juara . Kedua , bagaimana mendongkrak perkembangan kosakata bahasa Indonesia.

Maka, tidak lain penulis-penulis dari kompasianer sangat dibutuhkan untuk menyiarkan, meyakinkan, seluruh publik mengenai hal ini. Atau sama halnya dengan orang-orang yang memiliki kesempatan untuk berbicara di depan umum, atau kesempatan untuk menyampaikan materi, lewat-lewat media tersebut.

Peran seperti itu sangat dibutuhkan. Semisal pembaca berita dengan menggunakan satu atau dua kosakata menengenai hal tersebut. Atau juga dengan pewarta melaporkan berita dengan bahasa medannya. Pada awalnya, publik mungkin akan bingung, tetapi mereka juga akan tahu makna kata tersebut setelah melakukan pencarian dan mendengarkan penjelasan lebih lanjut. Tapi setidaknya itu ada, meskipun benar ataupun salahnya belakangan, artinya jangan memperhitungkan benar –salah dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun