Karena itu sebuah solusi untuk meningkatkan hal tersebut adalah hal yang sangat dibutuhkan. Tidak muluk-muluk, menurut Bapak Anies Baswedan, peningkatan tersebut bisa dicapai dengan cara memperkaya kosakata dengan bahasa daerah. Karena bahasa daerah adalah sumber yang sangat jelas dalam wilayah kita. Bisa dilihat bagaimana bahasa sunda, untuk menyatakan jatuh saja ada 24 jenis kosakata tergantung konteksnya.
Namun, di sinilah kemudian dibutuhkan peran oleh semua pihak, karena penggunaan bahasa daerah sendiri kurang digandrungi. Masyarakat kita lebih suka mengambil bahasa orang lain. Lihat saja bagaimana kata Tsunami menjadi bahasa Indonesia. Padahal. Kata tersebut berasal dari jepang, sementara di Indonesia sendiri atau lebih khususnya di Aceh, penyebutan untuk tsunami memiliki bahasa tersendiri yang disebut dengan smong.
Terakhir, bahwa memang dua permasalahan yang disampaikan oleh Bapak Anies Baswedann, pertama mengenai bagaimana menumbuhkan mental juara . Kedua , bagaimana mendongkrak perkembangan kosakata bahasa Indonesia.
Maka, tidak lain penulis-penulis dari kompasianer sangat dibutuhkan untuk menyiarkan, meyakinkan, seluruh publik mengenai hal ini. Atau sama halnya dengan orang-orang yang memiliki kesempatan untuk berbicara di depan umum, atau kesempatan untuk menyampaikan materi, lewat-lewat media tersebut.
Peran seperti itu sangat dibutuhkan. Semisal pembaca berita dengan menggunakan satu atau dua kosakata menengenai hal tersebut. Atau juga dengan pewarta melaporkan berita dengan bahasa medannya. Pada awalnya, publik mungkin akan bingung, tetapi mereka juga akan tahu makna kata tersebut setelah melakukan pencarian dan mendengarkan penjelasan lebih lanjut. Tapi setidaknya itu ada, meskipun benar ataupun salahnya belakangan, artinya jangan memperhitungkan benar –salah dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H