Mohon tunggu...
Shylla Arista Muchri
Shylla Arista Muchri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Andalas

桜が咲く時に生まれた

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Kesalahpahaman Pragmatik Lintas Budaya Sunda dan Minang dalam Percakapan Sehari-hari

23 Juni 2024   16:15 Diperbarui: 23 Juni 2024   16:18 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minang: Orang Minang juga menghormati adat istiadat dan tata krama, namun mereka lebih menekankan pada penghormatan berdasarkan prestasi dan kemampuan individu. Meritokrasi lebih terasa dalam budaya Minang.

Tunduk dan Anggukan: Tunduk sedikit saat berbicara dengan orang yang dihormati atau lebih tua sebagai tanda hormat.

Gestur Tangan: Penggunaan tangan dengan telapak menghadap ke bawah saat menunjukkan sesuatu atau meminta seseorang untuk mendekat adalah umum untuk menunjukkan rasa hormat dan kesopanan.

Perbandingan dan Konteks

Ketika orang Minangkabau dan Jawa berinteraksi, perbedaan ini bisa menyebabkan miskomunikasi jika tidak dipahami dengan baik. Misalnya, orang Jawa mungkin menafsirkan kurangnya tundukan dalam bahasa tubuh orang Minangkabau sebagai tanda kurang hormat, sementara orang Minangkabau mungkin merasa bingung dengan gestur tangan orang Jawa yang tidak mereka kenali.

Contoh Kasus:

Seorang Minangkabau berbicara dengan seorang Jawa di acara resmi. Orang Minangkabau mungkin menggunakan senyuman dan anggukan kecil, sementara orang Jawa mungkin mengharapkan sedikit tundukan sebagai tanda hormat. Jika tidak ada kesadaran budaya, ini bisa menyebabkan salah paham.

Jadi, kesalahpahaman pragmatik antara budaya Sunda dan Minangkabau dalam percakapan sehari-hari menunjukkan perbedaan signifikan dalam gaya komunikasi. Orang Sunda cenderung menggunakan bahasa yang halus dan menghindari konflik, sementara orang Minangkabau lebih langsung dan lugas. Perbedaan ini sering menyebabkan misinterpretasi, di mana orang Sunda mungkin melihat gaya Minangkabau sebagai kasar, dan sebaliknya, orang Minangkabau menganggap gaya Sunda sebagai tidak tegas. Memahami dan menghargai perbedaan ini sangat penting untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dan mencegah konflik antarbudaya. Strategi komunikasi yang sensitif terhadap konteks budaya dapat membantu menciptakan interaksi yang lebih harmonis dan produktif dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia.

Referensi:

 Leech, G. (1983). Principles of Pragmatics. Longman.

Chaer, A. (2007). Linguistik Umum. Rineka Cipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun