Aku tak peduli, aku terus berjalan mengiringi langkahku. Bagiku Ridwan adalah benalu. Lelaki bermulut comel itu selalu meledeku. Mungkin karena aku yang mudah meledak, jadi ia senang sekali mencari keributan.
"Gak usah cari masalah deh!"
"Siapa yang mau cari masalah sama lo, gue Cuma mau nanya aja"
"Nanya apa?" kulihat ada keseriusan diwajah Ridwan, kali saja benar ia serius ingin menanyakan sesuatu.
"Ayah lo masih jadi banci kaleng gak?" ia ketawa dan langsung berlari kecil
Aku membiarkannya dan tak mengejar. Pelan kuhentikan langkahku, kuambil sebuah botol kecil air mineral, yang isiinya masih setengah. Kemudian aku melanjutkan langkahku,kulihat Ridwan kini bersama teman-temannya. Berjalan menuju kegerbang sekolah.
Setelah aku menyamai langkahnya, akulangsung membuka tutup botol tanpa sepengetahuannya.tanpa rasa takut, kusiramkan air tepat dimukanya, dan bajunya. Hingga basah. Ada kepuasan tersendiri bagiku, untuk melakukan tindakan kasar bagi siapa saja yang menghina ayahku.
"Woi, asal kalian tahu yah. Teman kalian ini ada satu yang banci,nih!" kutunjuk muka Ridwan "Laki-laki kok mulutnya comel, suka bikin gossip"
"Alah emang nyatanya bener, bapak lo bencong"
Plak...sebuah tamparan mendarat dipipi Ridwan yang bersumber dari tanganku
Aku kemudian pergi meninggalkan ia yang kini menjadi bahan tertawa teman-temannya. Akh...itu yang kubenci. Selalu saja Ayah yang menjadi lelucon, tidak dirumah tidak dikelas.tapi kenapa setiap kali aku melapor pada ayah,Ayah tidakpernah marah.ia hanya tertawa dan bilang "Ada-adasaja,mana mungkinlah. Biar saja teman-temanmu beranggapan apa saja. Tapi kamu cukupdiam,dan janganhiraukan"