Diangkat Dari Kisah Nyata
Aku masih disibukan oleh pekerjaanku. Suara telfon dari orang yang kusayangi masih saja kuacuhkan. Lantaran pekerjaan ini benar-benar menguras tenaga dan menyita pikiranku. Sudah sebulan belakangan ini targetku harus cepat terlaksana. Selain tuntutan dari kantor tempat aku bekerja, ini juga demi menunjukan keprofesionalan dalam bekerja.
Pukul delapan malam, aku masih berada diruang kantor. Semestinya aku sudah berada didalam kamar, istirahat sambil menonton DVD ditemani secangkir moccacino dan kacang atom. Namun sepertinya aku harus terus berkutat didepan layar komputer.
Kulirik telfon genggamku yang tak kuusik semenjak siang tadi. Ada enam panggilan tidak terjawab. Siapa lagi kalau bukan, Astri. Calon istriku yang amat kucinta. Namun ambisi dalam menyelesaikan pekerjaanku, membuat asmaraku terbengkalai dan waktu yang kujanjikan untuk pergi dinner malam ini kubatalkan.
"Gion!" suara Astri tatkala aku menghubunginya, menyempatkan waktuku diantara tuntutan dan himpitan pekerjaan
"Ia sayang? Ada apa?"
"Banyak sekali hal yang ingin aku omongin" suara Astri terlihat ada yang berbeda, namun aku tak mau berprasangka apapun. Aku tak ingin fikiranku terbagi kembali
"Ngomongin apa?"
"Soal pernikahan kita"
"Ia sayang, lain waktu saja. Aku sekarang tengah sibuk. Aku masih dikantor, belum pulang" ujarku, berharap Astri mengakhiri percakapan, agar aku bisa kembali menyelesaikan pekerjaan yang tengah menggunung dan satu persatu harus terselesaikan malam ini juga.
Aku dan Astri sudah menjalin hubungan semenjak 4 tahun silam, saat itu kami sama-sama kuliah di Universitas swasta di ibu kota. Perkenalan kami berawal dari salah seorang sahabatku, dan juga teman masa sma ia sewaktu di Serang. Ia mengenalkan pada sosok wanita muslim yang lembut itu. Walau kami berbeda keyakinan, namun nampaknya Astri sangat serius mencintaiku. Terbukti hingga sampai sekarang, kami sampai menuju tahap level persiapan pernikahan kami.