"Sudah nanti lihat saja, kamu sudah selesai makannya ga nambah lagi?" tanya Tirta sambil tersenyum.
"Hahaha..., sudah cukup Tirta!"
Tirta lalu memanggil pelayan dan membayar semua makanan. Dia mengajak Ken Angrok untuk ke rumah dulu lagi dan membantunya bicara pada orang tuanya. "Nanti kamu aku antar ke penginapan setelah ketemu bapak sama ibuk saja," kata Tirta.
***
Hari sudah mulai gelap dan lampu-lampu rumah megah itu mulai dinyalakan, Tirta dan Ken Angrok yang duduk di teras rumah itu melihat sebuah mobil sedan memasuki halaman rumah. "Itu bapak sama ibu Ken..." kata Tirta memberi tahu Ken Angrok.
Tampak seorang pria dan seorang wanita turun ketika mobil itu sudah terpakir rapi di depan dua mobil yang sudah ada di sana. Mereka berjalan mendekat ke arah teras. Ken Angrok berdiri tapi Tirta tetap duduk dan hanya menoleh, ketika dua orang itu mulai memasuki teras rumah.
"Lho!? Kenok opo iku raimu Tirta?!" kata yang pria kaget sambil memandangi Tirta dan Ken Arok berganti-ganti lalu buru-buru mendekat.
"Lha..., iya! Kenapa kamu Tirta?" kata yang perempuan.
Pria itu memegang kepala Tirta dan melihat-lihat memar di wajah Tirta, "Kamu jatuh? atau kenapa?"
"Gelut Pak! (berkelahi pak)" jawab Tirta santai seolah tidak peduli dengan kekagetan bapak ibunya.
"Gelut piye to? kamu itu lho! macem-macem aja!" kata yang wanita ikut memandangi wajah Tirta yang memar-memar.