Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ken Angrok - 16

4 Agustus 2023   06:13 Diperbarui: 5 Agustus 2023   06:51 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wooi...., berhenti kalian semua!" tiba-tiba terdengar orang berteriak. enam anak yang sedang berhadap-hadapan serentak menengok ke arah suara itu. Terlihat beberapa orang laki-laki berlarian ke arah mereka, jumlahnya mungkin sekitar sepuluh orang lebih. Badan mereka tegap-tegap dan rambut mereka cepak. Singo berbisik, "Gagak Abang...?"

"Polisiiii...!" teman Gagak Ijo berteriak dan siap berlari. Namun gerombolan orang itu terlihat sangat cepat beraksi. Tiga orang langsung mengepung kelompok Gagak Ijo sambil menodongkan senjata api, enam orang lagi mengepung kelompok Ken Angrok dan juga menodongkan senjata api. Salah satu dari mereka berteriak, "Kamu ikut kita!" sambil menunjuk Ken Angrok. Tiga orang meangkap Ken Angrok dan menyeret paksa ke arah jalan. Di pinggir jalan terlihat dua mobil kijang dan beberapa orang berjaga-jaga disekitarnya.

Terlihat Ken Angrok dipaksa masuk ke dalam mobil. Lalu seluruh orang yang datang mengepung tadi tiba-tiba berlari menyusul ke arah mobil itu meninggalkan anak-anak yang berkelahi tadi begitu saja. Mereka semua terlihat masuk ke dalam mobil lalu dua kijang itu bergerak pergi. Anak-anak yang berkelahi tadi seperti shock atas kejadian yang begitu cepat, mereka masih terdiam mematung.

Hanya dalam hitungan detik setelah 2 mobil kijang tadi bergerak pergi, datang 3 mobil polisi. Polisi-polisi itu berlompatan turun dari 2 mobil pickup dan berhamburan berlari ke arah anak-anak yang masih berdiri terdiam mematung. Kali ini agak berbeda dari kelompok yang membawa Ken Angrok. Polisi-polisi itu berteriak-berteriak, "Diam ditempat! Jangan ada yang melawan!" lalu meringkus lima anak yang masih terlihat shock memikirkan apa yang terjadi. Gagak Ijo dan teman-temanya yang masih mengenggam senjata tajam itu seperti tak berdaya, terlihat pasrah saat dijatuhkan dan digeledah. Kelima anak itu pun di bawa naik ke mobil pickup. Rombongan 3 mobil polisi yang terdiri dari sebuah mobil sedan dan 2 mobil pickup itu pun bergerak, suara sirene pun terdengar meraung-raung. Beberapa polisi tampak ditinggal di lokasi.

Kejadian itu begitu cepat, mungkin hanya hitungan menit yang singkat. Masyarakat yang kebetulan lewat atau mendengar sirene polisi yang meraung-raung hanya bisa bertanya-tanya ada kejadian apa. Sumi dan Esha yang memonitor melalui video call tidak begitu jelas melihat kejadian setelah Gajah menaruh HPnya. Mereka hanya mendengar suara-suara. Adegan terakhir yang mereka lihat adalah ketika Ken Angrok melompat menghindari sabetan belati Gagak Ijo yang mengarah kakinya. Esha kemudian menghubungi Boyo dan Kidang untuk segera melihat ke lokasi dan mencari tahu ada kejadian apa.

Di sebuah kota kecil setingkat Kabupaten seperti Tumapel ini, berita tentang anak-anak SMP yang berkelahi di persawahan di tangkap polisi menyebar begitu cepat dari mulut ke mulut. Berita ini pun membuat para orang tua murid dan sekolah dibuat sibuk mencari siapa saja anak-anak itu. Menjelang sore, berita itu semakin jelas, anak-anak yang terlibat dalam perkelahian adalah antara Geng Ken Angrok dan Geng Gagak Ijo. Semua yang terlibat telah diamankan Polisi kecuali Ken Angrok yang tidak diketahui keberadaannya.

Informasi tentang Ken Angrok yang tidak diketahui keberadaannya ini menjadi berita liar yang simpang siur. Ada yang menyebutkan Ken Angrok dibawa Geng Gajah Abang, ada juga yang mengatakan kabur sebelum polisi datang, bahkan ada yang bilang terbunuh saat perkelahian dan mayatnya disembunyikan.

Malam itu juga selepas magrib, tampak berkumpul 4 orang anak Geng Molimo di rumah Sumi. Mereka adalah Sumi, Esha, Boyo, dan Kidang. Kidang dan Boyo baru saja sampai, mereka membawa kabar baru lagi yang lebih mengejutkan. Rumah Ken Angrok diberi garis polisi dan dijaga ketat aparat!

Mereka tampak cemas membicarakan kejadian yang menimpa teman-temannya. "Aku tidak tahu di mana Ayah dan Ibu Ken," kata Kidang, "Kita sepertinya hanya bisa menunggu kabar dari Gajah atau Singo yang masih di Kantor Polisi," lanjutnya. "Polisi-polisi yang berjaga itu tidak mau memberi tahu kita!" tambah Boyo.

"Iya..., informasi yang beredar sangat membingungkan dan Polisi juga belum memberikan keterangan resmi." kata Esha, "Aku sudah coba tanya Bu Bupati lewat WA, tapi statusnya cuma dibaca. Belum dibalas," lanjut Esha. Esha memang dekat dengan Istri Bupati karena sering mengisi acara di Kabupaten.

"Kita sama sekali tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya? Dimana Ken Angrok sebenarnya?" kata Sumi sangat kuatir. Tiba-tiba terdengar notifikasi WA di HP Esha. "Bu Bupati membalas!" seru Esha buru-buru membuka HPnya. Yang lain spontan merubungi Esha ingin segera tahu apa kata Bu Bupati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun