Awalnya, Ken Angrok bisa menerima dan menuruti saran sahabatnya. Namun, Gajah Ijo semakin menjadi-jadi mengolok-olok dia sebagai pengecut. Dia sendiri tidak tahu apa penyebab Gajah Ijo tiba-tiba menantang duel. Dia sudah mencoba berpikir dan membicarakan pada para sahabatnya mengapa Gajah Ijo seperti itu. Sahabatnya selalu menjawab, "karena Gajah Ijo itu ga waras!"
Geng Molimo punya nama cukup terkenal dan disegani dikalangan siswa SMP. Geng-geng lain pun cukup menaruh rasa hormat pada kelompok Ken Angrok ini. Bagaimana tidak? Dari soal balap motor liar, tawuran, hingga narkoba eksistensi Geng Molimo selalu ada di atas. Bahkan, dalam sisi yang lain, prestasi anggota Geng Molimo cukup mengejutkan. Posisi pelajar dengan nilai terbaik se-Kabupaten Tumapel sesuai tingkatan kelasnya selalu di pegang Ken Angrok nomor satu dan Sumi nomor dua. Esha juga tak kalah terkenal, acara-acara resmi di Kabupaten sering menugaskan untuk menjadi MC atau menyanyi. Prestasi positif inilah yang membuat perusahaan Tumapel Inc. memberi Ken Arok dan Sumi beasiswa.
Ken Angrok juga tidak bisa memahami mengapa Pak Tunggul Ametung sebagai penguasa tertinggi Tumapel Inc. tetap memberinya beasiswa walapun nama Ken Angrok juga tercatat di kepolisian sebagai salah satu anak yang sering terlibat kenakalan remaja. Ken Angrok tiba-tiba tersentak, tidak hanya beasiswa aneh itu tapi beberapa kali dia mengalami peristiwa yang janggal. Pada saat dia terkena razia ketika ikut balap liar atau saat terciduk dalam keadaan mabuk oleh polisi, dia selalu dibebaskan paling cepat. Dia selalu dipisahkan dari anak-anak yang lain kemudian diam-diam disuruh pulang begitu saja. Gajah, Singo, dan Boyo sempat menginap tiga hari di kantor polisi saat ditangkap bersama, namun Ken Angrok bisa pulang pada hari yang sama walaupun di malam hari. "Mengapa aku bisa semudah itu dilepaskan?" pikir Ken Angrok.
Ken Angrok teringat dongeng ayahnya tentang anak seorang Dewa yang lahir dari rahim manusia biasa, rahim seorang perempuan desa. Lalu pikirannya melayang lagi mengingat dongeng itu.
***
Tok! Tok! Tok!.., "Ken Angrooook... sudah siang, kamu ga berangkat sekolah?" Terdengan suara Genuk Buntu mengetok pintu kamar Ken Angrok. Ken Angrok kaget lalu melihat jam dinding di kamarnya, sudah pukul 6.30 pagi! "Iyaa Bu, sekolah!," jawab Ken Agrok buru-buru bersiap diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H