"Gak bisa seperti itu Jah..., gampang ketahuan kita sekongkol," kata Ken Angrok tegas.
"Lha terus piye? kayaknya cuma itu yang bisa kita lakukan," Gajah mencoba mempertahankan rencananya.
"Nggak bisa Jah, Bimo pasti curiga. Ini mangganya terlalu banyak. Sepertinya, mau ndak mau, besok Sumi harus terlibat langsung," kata Ken Angrok sambil memutar otak mencari solusi.
"Maksudmu terlibat gimana Ken?" kata Kidang yang dari tadi lebih banyak diam.
"Sumi sendiri yang harus bilang ke Bimo agar mangga itu jangan di antar langsung ke rumahnya. Sumi harus menyuruh agar mangga itu di antar ke tempat yang sudah kita rencanakan." kata Ken Angrok sambil garuk-garuk kepala karena tidak yakin dengan rencananya kali ini. "Masalahnya...," kata Ken melanjutkan, "Sumi tidak mau sama sekali bicara sama Bimo!"
Mereka berlima serempak diam. Mereka seperti tertimpa masalah besar dan jalan buntu. Gajah, Kidang, Singo, dan Boyo seperti menanti ide cemerlang Ken Angrok yang biasanya tiba-tiba muncul dan menjadi solusi.
"Eeemmm, coba kamu Singo, kira-kira disimpan di mana dulu mangga yang sebanyak itu?" Tanya Ken Angrok memecahkan kesunyian.
"Aku juga lagi mikir itu Ken..., kemarin kalo cuma lima puluh butir cukup di Pos Ronda dulu, lha sekarang 100 butir gimana nyimpennya?" jawab Singo sambil garuk-garuk kepala.
Tiba-tiba Singo teringat satu tempat, "Kidang..., lumbung padi yang dekat sawah, deket gang masuk rumahnya Sumi itu lho, punya Pak Lik-mu kan?" Tanya Singo pada Kidang.
"Oh..., iya! Kita simpen di sana aja. Lagian itu deket sama gang masuk ke rumah Sumi sama Boyo," kata Kidang seperti mendapat ide mendadak.
"Ndak perlu bilang Pak Likmu dulu?" Tanya Gajah.