Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ken Angrok - 05

23 Juli 2023   10:37 Diperbarui: 24 Juli 2023   12:04 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Seandainya saja kamu belum menjadi istri Gajah Para, aku pasti akan membawamu ke Kediri. Ken..., apakah kamu bisa meninggalkan Gajah Para?"

Ken Endok diam tidak bisa menjawab. Dia sadar betapa sulitnya jalan untuk berpisah dengan Gajah Para. Seandainya pun Gajah Para rela, ayahnya pasti akan marah besar. Orang-orang desa ini pun pasti akan sibuk membicarakan dia. Katakanlah dia mampu menghadapi itu semua lalu dia ikut Bramantyo, apakah akan membuat masa depannya lebih baik? Saat ini dia tidak tahu menahu tentang Bramantyo yang sesungguhnya.

"Aku tahu Ken, aku paham kenapa kamu tidak bisa menjawab. Berpisah dengan Gajah Para akan menempatkanmu pada situasi yang sangat sulit."

"Iya Mas..., sepertinya yang terbaik adalah melupakan semua apa yang sudah kita lakukan ini walaupun itu juga sangat sulit."

Kini giliran Bramantyo yang diam tidak menjawab tetapi tangannya memegang dagu Ken Endok dan menariknya menghadap persis kemukanya. Mereka saling menatap. Bramantyo mendekatkan mulutnya ditelinga Ken Endok dan berbisik, "Aku ingin kamu tidak melupakan ini..." Lalu Keduanya pun kembali tenggelam dalam lautan biarahi.

***

Jam hampir menunjukkan pukul 10 malam. Bramantyo dan Ken Endok yang sudah mengenakan pakaian lengkap itu tampak berdiri berpelukan erat di ruang tamu Paviliun. "Ken...," kata Bramantyo sambil pelahan melepaskan pelukan dan menetap dalam-dalam Ken Endok. "Sungguh, aku tidak ingin malam ini berakhir. Tapi, aku juga tidak ingin kamu mendapat kesulitan dengan orang-orang di sekitarmu."

"Iya Mas..," kata Ken Endok lirih.

"Ini ada sesuatu untukmu, jangan engkau buka di sini. Bukalah di rumah saja." kata Bramantyo sambil menyerahkan sebuah bungkusan dalam amplop coklat.

Ken Endok menerima bungkusan itu, dia merasakan seperti sebuah kotak yang lumayan berat, "Apa ini mas?" tanya Ken Endok sambil memperhatikan bungkusan itu.

"Nanti kamu juga akan tahu sendiri. Aku juga sudah menyuruh Pak Tunggul untuk menunjuk Gajah Para sebagai Mandor di sektor 8 mulai bulan depan. Tapi jangan kamu yang kasih tahu Gajah Para, biar Pak Tunggul saja agar Gajah Para tidak berpikir macam-macam tentang kita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun