Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ken Angrok - 05

23 Juli 2023   10:37 Diperbarui: 24 Juli 2023   12:04 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perpisahan

Bramantyo nampak tidur telentang, lengan tangan kanannya menjadi bantal kepala Ken Endok. Jemari tangan kanan Bramantyo itu memainkan lembut rambut halus Ken Endok. Tangan Ken Endok melingkar erat di dada Bramantyo.

Ini adalah hari ke 3 Ken Endok bertugas menjadi juru masak Bramantyo. Namun, setiap selesai makan siang, keduanya seperti sebuah magnet yang saling menarik. Tanpa perlu lagi adegan pijat memijat, keduanya selalu saling melumat dan bertempur hebat di atas ranjang putih bersih itu. Janji Bramantyo untuk tidak menyentuh Ken Endok pun tidak bisa terpenuhi. Bahkan, gairah Ken Endok pada tubuh Bramantyo seolah menuntut agar janji itu dilanggar. Jika awalnya Ken Endok terlena dan menyangka sedang berhubungan dengan Gajah Para, hari berikutnya dia sangat sadar telah melakukan itu dengan Bramantyo!

"Mas Bram..., beneran besok jadi pulang?" tanya Ken Endok sambil mengelus-elus dada bidang Bramatyo. Kini dia tidak lagi memanggil 'Ndoro" pada Bramantyo.

"Pengin rasanya aku tetap di sini di temani Kamu, Ken..." jawab Bramantyo, lalu lanjutnya, "Tapi aku harus menyelesaikan segala tanggungjawabku di Kediri. Banyak yang masih harus aku selesaikan di Daha Corporation"

"Iya Mas, saya tahu itu..."

"Aku sebetulnya juga ingin mengajakmu, tapi sepertinya itu tidak mungkin karena statusmu sebagai istri Gajah Para. Selain itu, satu desa ini pasti akan geger."

"Jadi apakah ini akhir dari hubungan kita Mas?"

"Aku harap tidak, namun aku baru bisa kembali ke sini saat musim tanam. Aku juga tidak tahu, bagaimana jika aku merindukanmu?" kata Bramantyo sambil mengecup kening Ken Endok.

Mata Ken Endok terpejam. Rasanya begitu cepat 3 hari berlalu. Hari-hari yang selalu dipenuhi dengan pergumulan birahi yang hebat. Dia tidak tahu harus bagaimana. Dia melakukan semua itu dengan kesadaran penuh, namun apakah ini cinta? atau karena dia tidak pernah bisa memdapatkan rasa nikmat itu dari Gajah Para?

"Saya ini hanya 'Wong Ndeso'," kata Ken Endok masih sambil terpejam, "Apa ya mungkin 'orang besar' seperti Mas Bram merindukan saya," lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun