Senja masih sama ketika Toro duduk di kursi bacanya menikmati pemandangan sore itu. Melempar pandang ke luar jendela untuk mengamati anak-anak muda yang bermain basket di lapangan rumah susunnya. Mereka tampak lihai dalam memainkannya, melemparkan bola, menangkapnya, merebutnya dari yang lain dan melompat sambil memasukkannya ke keranjang.
 "Hei Tor, Mbak Sisi menelponku. Dia butuh bantuanmu untuk mengantarnya ke Rumah sakit. Sepertinya dia akan melahirkan hari ini." Ucap Fahri, teman sekolah yang selama ini bersamanya.
"Baik. Kamu yang nyetir mobilku, biar aku yang menjemput ke kamarnya." Toro mengambil kunci mobilnya dari saku dan melemparkannya ke Fahri. " Innova parkir di depan warungku."
Hari itu dia merasa beruntung memiliki kesempatan untuk terlibat  dalam proses kelahiran generasi baru. Setidaknya membantu saja sudah cukup membuatnya bahagia, ditambah dengan kebahagiaan menyambut seorang manusia baru. Hatinya terasa mengembang, bulu kuduknya berdiri ketika langkah kakinya menjejaki satu demi satu tangga Rusun ke kamar mbak Sisi yang berada  dua lantai di atasnya.
Baru enam bulan lamanya Mbak Sisi tinggal di Rusun itu sendiri tanpa disertai keluarga. Selain memasak, dia melakukan aktifitasnya sendiri mulai dari mencuci hingga membersihkan kamarnya. Untuk urusan makan, dia lebih memilih Warung Makan dan caf milik Toro yang bertempat di lantai dasar Rusun. Dari sanalah dia dan Toro berkenalan serta menjalin komunikasi layaknya tetangga Rusun lainnya.
"Mbak, Kamu tidak apa?" Ucap Toro ketika menyaksikan Mbak Sisi duduk panik di sofanya dengan napas terengah-engah. Terdapat darah segar mengalir melewati betisnya.
"Sepertinya bayiku aku akan lahir Ro." Jawab mbak Sisi dengan mengangkat tangan kanannya ke arah Toro.
"Tenang, aku akan membawamu ke Rumah sakit." Toro membuka Gawainya, mengetikkan permintaan pertolongannya di Group Whatapps penghuni Rusun. "Mbak Sisi yang tinggal di lantai 5 kamar 507 akan melahirkan. Tolong merapat ke kamarnya!"
Toro membersihkan darah yang mengalir di betis Mbak Sisi. Mengambil sebuah selimut dari lemari dan menutupkannya pada tubuh Mbak Sisi. Dia keluar kamar mencari tandu yang tersimpan di Gudang lantai 6. Â Ketika kembali, tetangganya telah berdesakan di depan kamar. Mereka tampak antusias untuk ikut membantu.
"Rio, Ardian dan Yongkie, tolong kalian angkat mbak Sisi dan taruh di atas tandu ini! Untuk yang lain, tolong bersihkan tetesan darah yang menetes di lantai dan cuci Sofa Mbak Sisi! Sepertinya nanti mbak Sisi akan menerima banyak tamu setelah kelahiran anaknya." Toro menaruh Tandu di lantai dan menunggu ketiganya mengangkat Mbak Sisi.
Bersama dengan Rio, Ardian dan Yongki, Toro menandu mbak Sisi menuruni tangga. Beberapa ibu-ibu yang tinggal di Rusun itu berlari mengikuti mereka, dalam hati mereka berdoa agar keselamatan selalu terlimpah untuk mbak Sisi.