" Iya, ada yang hanya dikirim dua kali seminggu saja si perempuan sudah kelabakan. Malam tidak bisa tidur dan siang terasa begitu panas. Semua lelaki yang mereka lihat menjadi tampak menarik."
" Kamu mendapat cerita dari tetanggamu yang bunuh diri?"
" Iya, dan aku juga mengamatinya." Tangan wanita itu tiba-tiba bergetar hebat ketika ingin melanjutkan ceritanya.
" Kamu tidak perlu melanjutkan Ceritamu Ly."
" Ini penyakit selalu datang saat aku mengingat apa yang menimpa kami di desa. Aku serasa ingin membalas semuanya." Wanita itu mengatur napasnya. Ketika yakin semua telah kembali normal, dia melanjutkan. " Mereka berempat akan bergantian melewati rumah perempuan-perempuan itu. Jika salah satu perempuan sudah tidak kuat menahan karena efek dari ramuan itu, dia akan meminta si lelaki mampir. Setelah mampir yang pertama itulah, bagian yang tabu telah terpecahkan. Â Seorang wanita pada mulanya akan merasa tabu saat melakukannya dengan orang lain, namun ketika tabu itu telah terpecahkan maka semua akan mengalir begitu saja. Hanya tinggal menambah dosis ramuannya agar semua lelaki dapat menikmati wanita itu dan memecahkan hal tabu lainnya."
"Bagaimana kamu di usir dari desa?"
" Setelah aku ketahuan mengintip mereka, semua orang menjadi ketakutan saat bertemu denganku. Para perempuan takut kalau tindakannya aku laporkan ke suami mereka dan mungkin akan berakhir pada perceraian, sedangkan para lelaki ketakutan kalau mereka bakal di hakimi masa. Maka pada suatu hari, aku dijebak di rumah kakakku." Tangannya kembali bergetar hebat. Tresno segera memijat tangan wanita itu dan memberikan contoh agar si wanita menarik napasnya dalam-dalam seperti sebelumnya. Tetapi wanita itu tidak menghiraukannya, dia melanjutkan ceritanya." Tangan dan kakiku diikat dengan kerudung oleh Lima orang perempuan yang salah satunya adalah kakakku. Setelah mengikatku, mereka memanggil para lelaki itu dan kemudian mereka keluar. Â Boleh aku minta rokoknya?"
Tresno mengambilkan sebatang rokok, menaruhnya diantara bibir wanita itu dan menyalakannya. Setelah wanita itu menghisapnya, Tresno mengambil rokok itu dan menghisapnya sendiri.
" Aku sudah tidak bisa menangisi peristiwa itu lagi. Tetapi kamu tentu penasaran dengan akhir ceritaku?"
Tresno mengangguk.
" Aku di arak bersama dengan salah seorang lelaki yang memperkosaku. Aku diarak dengan tanpa mengenakan busana ke balai desa. Menjadi tontonan seluruh orang. Waktu itu aku sudah tidak bisa lagi mendengarkan perkataan mereka yang hadir dalam pertemuan itu. Aku juga tidak bisa membandingkan lebih besar mana rasa sakit akibat pemerkosaan atau malu akibat di arak keliling kampung dalam keadaan seperti itu. Di balai desa itu, aku telah mati."