Mohon tunggu...
Atika Hayati
Atika Hayati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pejuang pena

Tak ada yang mustahil jika Allah telah berkehendak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Persimpangan Jalan

27 Desember 2022   20:07 Diperbarui: 27 Desember 2022   20:11 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Apa ini yang kamu maksud dengan belajar kelompok?" sambil menunjukan sebuah foto kami berempat di sebuah cafe.

"Maafkan Putri Ayah" Putri tak menduka jika ia ketahuan.

Tanpa memperdulikan permintaan maaf dari putrinya, ia terus mengomelinnya tanpa henti, semua perilaku Putri yang diluar batas ayahnya lontarkan. Putri yang tersulut emosinya mulai membalas setiap kata yang dilontarkan oleh ayahnya. Suasana menegang antara keduanya mulai memanas, nada-nada tinggi mulai menghiasinya. 

 "Plak" hingga tangan kekar Ayah mendarat di pipi Putri, seketika suasana menjadi hening. Keempat pasang mata saling bertatapan tak percaya dengan apa yang barusan terjadi, tanpa berkata-kata Putri langsung menuju kamarnya.

 "Tak kusangka Ayah melakukannya, ini kali pertama Ayah menamparku selama 17 tahun, tapi kenapa hal ini terjadi di hari spesialku, di hari ini seharusnya aku merasakan bahagia, bukankah 17 tahun itu tandannya aku sudah dewasa, harusnya aku bebas melakukan apa saja" gerutu Putri di kamar dengan isak tangisnya yang tersedu, serta omelannya yang tak karuan.

Karena jenuh, Putri mulai memainkan ponselnya dan melihat story WhatsApp, tanpa sengaja dia melihat forum dengan judul Dipersimpangan Jalan Aku Menemukan-Mu yang akan diadakan esuk.

Kak Dil mau dong ikut acarannya, tapi kak Dilla yang mintakan izin. Komentar Putri kepada pemilik story tersebut tanpa basa-basi.

Siap dek InshaAllah. Balasnnya singkat.

Putri merasa lega, setidaknya besuk ia tak bertemu Ayahnya seharian. Karna ia tahu bagaimana Ayahnya ketika marah, anak-anaknya harus stay at home.

***

Suasana pagi kali ini berbeda dengan biasanya, terasa dingin antara Ayah dan Putrinnya. Kejadian tadi malam masih membekas antara keduannya, hingga Dillapun datang kerumah mereka. Terlihat Dilla meminta izin kepada Ayah dan Ibu Putri yang kebetulan berada diteras, Ibupun menyuruh Putri untuk bersiap.

Sesampainya ditempat acara Putri merasakan suasana yang berbeda, dimana seperti yang ia ketahui biasanya, jika tempat kajian adalah tempat yang membosankan dan monoton. Akantetapi tidak dengan saat itu, ada game, makan bersama, reward, interaksi antar peserta dan panitia yang membuatnya menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun