Mohon tunggu...
Atika Hayati
Atika Hayati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pejuang pena

Tak ada yang mustahil jika Allah telah berkehendak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Persimpangan Jalan

27 Desember 2022   20:07 Diperbarui: 27 Desember 2022   20:11 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Mentari perlahan muncul dari persembunyiannya setelah sesaat awan yang menyelimutinya beranjak pergi, kini tinggalah langit yang memantulkannya. Terlihat seorang wanita menggandeng gadis kecil berjalan menuju sebuah pusara dibawah pohon kamboja, kemudian duduk dan mendoakan empunnya.

"Ayah, semoga engkau tenang disana. Kini Putri kecilmu sudah dewasa, Putri yang dulu kau manja sudah menjadi seorang ibu"

Dalam sapuan lembut angin yang menggoyangkan kerudung mereka, terciptalah keheningan.

***

"Happy Birthday Putri" teriak ketiga temannya yaitu Bella, Layla, dan Karin. Tak disangka diamnya mereka selama di sekolah, untuk memberikannya kejutan.

"Ayo tiup lilinnya Put" pinta Karin sambil menjulurkan sebuah kue. Terlihat kue brownies dihias cantik dengan lilin berangka 17.

"Pokoknya kita rayakan sweet seventeen kamu Put, kita udah pesankan tempat" ajak Bella bersemangat, diikuti anggukan teman yang lainnya.

Melihat temannya mengajak ke sebuh cafe Putripun menjadi bergairah, dan iapun beralasan kepada ayahnya jika ia belajar kelompok dan berjanji akan pulang sebelum makan malam.

Janji tinggalah janji, pada kenyataannya mereka terhanyut dan menikmati suasana cafe tersebut. Suara musik, nyanyian, senda gurau telah mengalihkan dunia mereka. Hingga akhirnya Putri tersadar ketika melihat jam pada ponselnya yang menunjukan sudah pukul 20.00, Putripun bergegas untuk pulang.         

***

Seorang pria paruh baya sedang mondar-mandir di depan pintu rumahnya, sesekali matanya melihat jam yang ada di tangannya. Guratan wajahnya tampak cemas menunggu seseorang.

"Dari mana saja kamu?" sergapnya tatkala orang yang ia tunggu berada didepannya

"Belajar kelompok Ayah" jawabnya

 "Apa ini yang kamu maksud dengan belajar kelompok?" sambil menunjukan sebuah foto kami berempat di sebuah cafe.

"Maafkan Putri Ayah" Putri tak menduka jika ia ketahuan.

Tanpa memperdulikan permintaan maaf dari putrinya, ia terus mengomelinnya tanpa henti, semua perilaku Putri yang diluar batas ayahnya lontarkan. Putri yang tersulut emosinya mulai membalas setiap kata yang dilontarkan oleh ayahnya. Suasana menegang antara keduanya mulai memanas, nada-nada tinggi mulai menghiasinya. 

 "Plak" hingga tangan kekar Ayah mendarat di pipi Putri, seketika suasana menjadi hening. Keempat pasang mata saling bertatapan tak percaya dengan apa yang barusan terjadi, tanpa berkata-kata Putri langsung menuju kamarnya.

 "Tak kusangka Ayah melakukannya, ini kali pertama Ayah menamparku selama 17 tahun, tapi kenapa hal ini terjadi di hari spesialku, di hari ini seharusnya aku merasakan bahagia, bukankah 17 tahun itu tandannya aku sudah dewasa, harusnya aku bebas melakukan apa saja" gerutu Putri di kamar dengan isak tangisnya yang tersedu, serta omelannya yang tak karuan.

Karena jenuh, Putri mulai memainkan ponselnya dan melihat story WhatsApp, tanpa sengaja dia melihat forum dengan judul Dipersimpangan Jalan Aku Menemukan-Mu yang akan diadakan esuk.

Kak Dil mau dong ikut acarannya, tapi kak Dilla yang mintakan izin. Komentar Putri kepada pemilik story tersebut tanpa basa-basi.

Siap dek InshaAllah. Balasnnya singkat.

Putri merasa lega, setidaknya besuk ia tak bertemu Ayahnya seharian. Karna ia tahu bagaimana Ayahnya ketika marah, anak-anaknya harus stay at home.

***

Suasana pagi kali ini berbeda dengan biasanya, terasa dingin antara Ayah dan Putrinnya. Kejadian tadi malam masih membekas antara keduannya, hingga Dillapun datang kerumah mereka. Terlihat Dilla meminta izin kepada Ayah dan Ibu Putri yang kebetulan berada diteras, Ibupun menyuruh Putri untuk bersiap.

Sesampainya ditempat acara Putri merasakan suasana yang berbeda, dimana seperti yang ia ketahui biasanya, jika tempat kajian adalah tempat yang membosankan dan monoton. Akantetapi tidak dengan saat itu, ada game, makan bersama, reward, interaksi antar peserta dan panitia yang membuatnya menarik.

"Gimana dek forumnya?" tanya Dilla

"Seru kok kak"

"Trus gimana, mau kajian intenskah?"

"Lihat nanti aja dulu ya kak, masih belum siap"

 "Sewaktu-waktu malaikat maut tak menunggumu siap lo Put" Putri hanya menghela nafas tak menjawab.

"Bruk" montor yang mereka kendarai turun dari jalan dan ambruk seketika karna tak seimbang, seketika lecet yang mereka dapat.

Beberapa detik kemudian montor yang memepet mereka beradu dengan mobil dari arah yang berlawanan, tabrakanpun tak terhindarkan. Dengan reflek orang-orang berdatangan membantu atau sekedar melihat.

Paju jantung Putri bergejolak hebat melihat apa yang ada didepannya, ditambah diforum tadi dia juga melihat adegan yang sama dalam film. Apalagi tiga dari enam korban meninggal ditempat, salah satunya masih seumuran dengannya. Hati dan fikirannya tak karuan dengan isiden ini, ia terus memikirkan perkataan Dilla sebelum kejadian tersebut.

***

Seminggu semenjak insiden tersebut tak mudah untuk Putri lupakan, bayang-bayang itu masih menempel dipelupuk matanya serasa tak mau pergi. Hampir tengah malam ia terbangun dan sering terkejut ketika ada suara yang keras, sehingga jantungnya terus bergejolak.

Karna tak tahan akhirnya Putri mendatangi Dilla yang sama-sama mengalami kejadian tersebut. Putripun menumpahkan kegelisahan yang ia rasakan berharap ada solusinya dari Dilla.

"Pertama istigfar, kita serahkan semuannya kepada pemilik hati, semoga dikuatkan dan kita harus yakin" Dilla mencoba menenangkan sambil mengusap bahu Putri.

  "Mungkin ini bentuk cinta Allah kepada Putri, ibarat orang yang jatuh cinta ia ingin orang yang ia cintai menyebut namanya. Begitu juga Allah ingin Putri menyebut nama-Nya setiap saat" lanjutnya ketika Putri mulai tenang. Dilla juga mengulangi pembahasan seminggu yang lalu ketika diforum, bahwa semuanya adalah titipan dan sewaktu-waktu Sang Pemilikpun berhak mengambilnya tanpa adanya kompromi. Yang menjadi persoalan apa yang harus kita persiapkan untuk menjemputnya. Sambil mengingat materi di forum tersebut tanpa sadar Putripun meneteskan air mata, seketika itu Dilla memeluknya.

Putri membayangkan jika perbuatannya selama ini tak memenuhi syarat diterimannya amal, terkadang ia ikhlas tapi caranya salah begitupun sebaliknnya. Dalam hati Putri berazam untuk memperbaiki kualitas diri.

***

Hari demi hari perilaku Putri mulai berubah, ia tak lagi berkata tinggi, tak membatah, sopan, dan hal-hal baik lainnya akan tetapi ia masih enggan untuk menutup sempurna auratnya. Meskipun begitu hubungan dengan Ayahnya semakin membaik, bahkan Ayahnya menjadi lebih sayang kepadanya.

Hingga pada hari itu dimana hujan sangat deras dan angin kencang, sedangkan Ayah masih belum pulang dari kantornya. Perasaan cemas menyelimuti Putri dan ibunya, karna tak ada kabar. Hingga akhirnya seorang memberi kabar jika Ayahnya meninggal dalam kecelakaan. Isak tangispun tak terbendungkan.

"Ayah waktu itu aku belum mau menutup auratku, tapi sekarang aku sudah melakukannya, karna aku sayang Ayah. Ada sebuah hadits mengatakan selangkah anak perempuan keluar dari rumahnya tanpa menutup aurat, maka selangkah juga ayahnya itu hampir ke neraka. Putri belum sempat membahagiakan ayah, maka tak mau Ayah sengsara" setelahnya, wanita itupun meninggalkan pusara tersebut.

***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun